Perusahaan investasi VanEck menegaskan kembali proyeksinya, bahwa harga BTC bisa menjadi US$180 ribu. Pada Sabtu (23/11/2024) dini hari harganya hampir mencapai US$100 ribu.
Pada 21 November 2024, VanEck, perusahaan manajemen aset global yang berbasis di Amerika Serikat, merilis proyeksi harga Bitcoin yang optimistis, dengan prediksi harga BTC bisa mencapai angka US$180.000 atau setara dengan Rp2,8 miliar (dengan kurs saat ini).
Proyeksi ini ditulis oleh Nathan Frankovitz (Investment Analyst, Digital Assets) dan Matthew Sigel (Head of Digital Assets Research) di VanEck, yang menggambarkan prospek positif untuk Bitcoin meskipun pasar sedang berada dalam kondisi yang dinamis. Menurut Sigel, lonjakan harga Bitcoin yang terjadi setelah pemilihan umum AS, di mana Donald Trump jadi pemenang, hanya merupakan awal dari sebuah potensi rally besar yang lebih lanjut.
Mereka mencatat bahwa pergerakan harga Bitcoin pada November 2024 menunjukkan tanda-tanda yang lebih menggembirakan. Harga Bitcoin yang mengalami lonjakan signifikan, menandakan bahwa tidak ada hambatan teknis yang menghalangi potensi kenaikan harga lebih lanjut.
“Dengan pasar yang sudah semakin matang, kami melihat Bitcoin terus mencatatkan rekor baru dan berpotensi melanjutkan kenaikan harga yang lebih signifikan dalam beberapa bulan mendatang,” ungkap para penulis atas nama VanEck.
Pentingnya prediksi ini terletak pada kepercayaan yang tinggi dari VanEck terhadap perkembangan pasar Bitcoin dan kripto secara keseluruhan.
VanEck menilai bahwa penguatan minat terhadap Bitcoin tidak hanya datang dari kalangan individu, tetapi juga dari para investor institusional yang semakin aktif berpartisipasi dalam ekosistem kripto. Hal ini menjadi faktor utama yang mendukung prediksi kenaikan harga yang lebih tinggi.
Sigel juga menekankan bahwa meningkatnya minat dari kalangan penasihat investasi terhadap Bitcoin sebagai aset digital yang aman, serta munculnya kecenderungan untuk memasukkan Bitcoin dalam portofolio investasi, berpotensi menjadi katalis utama dalam mendorong harga Bitcoin ke level yang lebih tinggi.
Tidak hanya itu, lonjakan minat pasar yang tercermin dari data pencarian Google dan meningkatnya unduhan aplikasi Coinbase semakin memperkuat keyakinan VanEck terhadap prospek jangka panjang Bitcoin.
Namun, Sigel juga memberikan peringatan tentang potensi volatilitas pasar. Walaupun proyeksi harga Bitcoin sangat optimis, ia menyarankan agar investor tetap berhati-hati dengan fluktuasi pasar yang bisa terjadi di sepanjang tahun 2024.
Volatilitas harga Bitcoin sering kali meningkat menjelang peristiwa besar, dan pergerakan harga yang cepat bisa terjadi tanpa peringatan.
“Bitcoin berpotensi melanjutkan tren bullish, namun kami juga melihat bahwa pasar ini tetap rentan terhadap perubahan besar dalam waktu singkat,” tambah Sigel.
Selain itu, proyeksi harga Bitcoin menuju angka US$180.000 juga didorong oleh adopsi teknologi blockchain yang semakin luas dan meningkatnya penerimaan Bitcoin oleh sektor keuangan tradisional.
Harga BTC Jadi US$180 Ribu
“Mengingat lingkungan regulasi yang mendukung Bitcoin saat ini, kami memperkirakan periode kinerja tinggi lainnya, yang mirip dengan fase pasca pemilu 2020 ketika tingkat pendanaan yang berkelanjutan di atas 10 persen mendorong kenaikan 260 persen dalam 186 hari. Dengan Bitcoin saat ini diperdagangkan di sekitar US$90.000, sasaran harga kami sebesar US$180.000 tetap realistis, mencerminkan potensi imbal hasil siklus sekitar 1.000 persen dari titik terendah ke puncak siklus,” tegasnya.
Institusi besar seperti perusahaan manajemen aset dan dana pensiun telah mulai melirik Bitcoin sebagai alternatif investasi yang dapat memberi diversifikasi pada portofolio mereka. Perkembangan ini semakin menguatkan pandangan VanEck bahwa Bitcoin akan mencapai harga yang lebih tinggi di masa mendatang.
Dengan kondisi pasar yang semakin matang dan semakin banyaknya dukungan dari sektor institusional serta adopsi yang berkembang di seluruh dunia, VanEck melihat bahwa Bitcoin memiliki potensi untuk mencapai harga yang jauh lebih tinggi dari level saat ini.
Menurut Sigel, Bitcoin bukan hanya sebagai instrumen spekulatif, tetapi juga sebagai aset yang dapat berfungsi sebagai “store of value” atau penyimpan nilai dalam jangka panjang.
“Meskipun kami tetap waspada terhadap tanda-tanda overheat, kami menegaskan kembali sasaran harga siklus kami sebesar US$180.000 per BTC, karena sejumlah indikator kunci yang kami pantau terus menunjukkan sinyal positif untuk reli ini,” sebutnya.
VanEck sendiri mengakui bahwa meskipun proyeksi harga Bitcoin sangat positif, tetap ada ketidakpastian terkait dengan regulasi yang bisa mempengaruhi pasar kripto secara keseluruhan.
Namun, perusahaan tetap optimis bahwa faktor-faktor fundamental yang mendukung Bitcoin akan terus memperkuat posisi Bitcoin sebagai aset utama dalam dunia kripto, yang dapat mengarah pada reli harga yang lebih tinggi dalam waktu dekat.
Bitcoin Cetak Rekor Baru Hampir US$100 Ribu
Berdasarkan pantauan Redaksi Blockchainmedia.id di TradingView, harga BTC pada Sabtu (23/11/2024) petang berada di kisaran US$98.482 usai turun dari ATH terbarunya, US$99.802 pada Sabtu dini hari. Angka itu hampir mencapai angka psikologis US$100.000.
Di sisi lain, berdasarkan data dari CryptoQuant, harga aset kripto berkapitalisasi lebih dari 1,9 triliun itu bisa berpuncak menjadi US$140 ribu atau setara dengan Rp2,2 miliar.
Trader kawakan Peter Brandt sebelumnya memproyeksikan harga BTC 2025 bisa mencapai US$150 ribu berdasarkan siklus halving pasar, sementara analisis dari crypto exchange Gate memperkirakan harga BTC bisa berada di kisaran US$114 ribu hingga US$144 ribu pada tahun 2030.
Selain itu, Ecoinometrics juga memperkirakan BTC dapat mencapai US$130 ribu jika pasar mendukung, dengan faktor-faktor seperti aktivitas on-chain yang stabil dan momentum aset berisiko yang kuat.
VanEck sendiri pernah juga meramalkan harga kripto nomor wahid itu bisa mencapai US$3 juta kelak pada tahun 2050. [ps]