IKLAN

Venom Foundation Dorong Perusahaan Bangun Infrastruktur Blockchain Sendiri

Venom Foundation mendorong banyak perusahaan untuk membuat blockchain sendiri untuk meningkatkan nilai produk dan layanan mereka.

Christopher Louis Tsu, CEO Venom Foundation, menegaskan bahwa teknologi blockchain kini telah melampaui fungsi awalnya sebagai teknologi pendukung mata uang kripto (aset kripto) dan menjadi infrastruktur penting yang dimanfaatkan perusahaan Web2 di berbagai sektor ekonomi. Menurutnya, penerapan blockchain dewasa ini semakin mampu meningkatkan efisiensi, transparansi, dan pertumbuhan bisnis tradisional melalui solusi pembayaran lintas negara, tokenisasi aset, serta otomatisasi rantai pasok (supply chain).

“Blockchain memungkinkan transaksi langsung antar pihak tanpa perantara, sehingga biaya transfer internasional dapat ditekan dari 3–7 persen menjadi hanya 0,1–0,5 persen, dengan waktu pemrosesan yang berkurang dari beberapa hari menjadi hitungan menit. Dan ini sudah terbukti sejak lama,” kata Tsu kepada Blockchainmedia.id dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.

Ia menjelaskan bahwa perusahaan yang mengadopsi teknologi ini dapat mengakses pasar baru dan menjangkau konsumen yang membutuhkan transaksi cepat dan transparan, termasuk kalangan milenial, Gen Z, serta klien di negara berkembang yang sistem perbankannya belum maju. Hal ini juga berlaku bagi perusahaan berorientasi ekspor yang membutuhkan penyelesaian pembayaran (payment setllement) dengan mitra asing tanpa hambatan mata uang.

Penerapan Tokenisasi Real World Asset (RWA)

Tsu juga menyoroti tokenisasi aset nyata (RWA) seperti properti, emas, saham, dan komoditas yang dapat membuka peluang bagi investor ritel melalui kepemilikan fraksional.

BACA JUGA  Andalkan Blockchain, IBM Luncurkan Aplikasi "Thank My Farmer"

“Tokenisasi memberi likuiditas tinggi dan menurunkan biaya pengelolaan aset berkat otomatisasi, sambil memastikan riwayat kepemilikan yang transparan,” ujarnya.

Keamanan dan transparansi menjadi keunggulan lain dari blockchain. Setiap transaksi diverifikasi secara kriptografi, tercatat permanen, dan dapat diakses publik, sehingga risiko penipuan berkurang.

“Kini klien atau mitra dapat memverifikasi data secara real-time dengan kepastian penuh,” kata Tsu.

Berdasarkan penelusuran Blockchainmedia.id di RWA.xyz per Jumat (15/8/2025), nilai pasar sektor tokenisasi real-world assets (RWA) yang memanfaatkan teknologi blockchain saat ini mencapai US$25,93 miliar, meningkat 1,51 persen dibandingkan 30 hari sebelumnya. Jumlah pemegang aset tercatat sebanyak 350.849 pemegang, naik 11,88 persen dalam periode yang sama.

Nilai pasar sektor tokenisasi RWA melonjak
Nilai pasar sektor tokenisasi RWA melonjak sejak 2019. Sumber: RWA.xyz.
Semua jenis aset yang ditokenisasi menggunakan blockchain di sektor RWA
Semua jenis aset yang ditokenisasi menggunakan blockchain di sektor RWA. Sumber: RWA.xyz.

Terdapat 262 penerbit aset aktif di ekosistem ini. Sementara itu, nilai total stablecoin yang beredar mencapai US$262,96 miliar, naik 6,43 persen dari bulan lalu, dengan jumlah pemegang stablecoin mencapai 190,02 juta, meningkat 3,33 persen dalam 30 hari terakhir. Angka itu tersebar di puluhan jenis aset di lintas 26 blockchain berbeda.

BACA JUGA: Apa Itu Real World Assets (RWA)? Ini Pengertian dan Daftar Koinnya!

Usungan Blockchain Venom

Tsu juga membandingkan dua model infrastruktur blockchain yang sukses di pasar berbeda, yakni Paxos di Amerika Serikat dan Venom Foundation. Paxos, berbasis di New York, merupakan platform terdaftar yang mendukung berbagai blockchain seperti Ethereum dan Solana, digunakan oleh perusahaan besar termasuk PayPal, Mastercard, Mercado Libre, dan Interactive Brokers untuk transfer internasional, penyelesaian B2B, dan kliring sekuritas.

BACA JUGA  Smart City Berbasis Teknologi Blockchain, Beginilah Konsepnya!

Sementara itu, Venom Foundation mengembangkan blockchain Layer-1 dengan arsitektur permissioned dan permissionless yang dapat menyesuaikan diri dengan beragam regulasi, sekaligus mengusung kedaulatan finansial. Infrastruktur ini dirancang modular agar dapat diadopsi oleh negara atau institusi tanpa ketergantungan pada jalur keuangan berbasis dolar AS.

Venom Foundation saat ini aktif mendorong adopsi blockchain di Afrika melalui kerja sama dengan pemerintah dan institusi keuangan. Di Kenya, Venom telah mengajukan proposal integrasi blockchain yang tengah dipertimbangkan pemerintah dan sektor perbankan.

Di Uganda, diskusi serupa sedang berlangsung. Fokus utama proposal tersebut meliputi penurunan biaya transfer uang, pembangunan infrastruktur stablecoin berbasis dolar AS untuk perdagangan harian, serta modernisasi registri tanah guna memerangi penipuan dengan verifikasi identitas digital.

BACA JUGA: Pasar Real Estat Tokenisasi Diprediksi Meledak Jadi US$4 Triliun pada 2035

Tsu mengakui bahwa adopsi besar-besaran, khususnya dalam digitalisasi pendaftaran aset tanah, membutuhkan kerangka tata kelola yang stabil dan investasi besar. Meski demikian, ia optimistis kawasan Afrika memiliki potensi besar untuk mengadopsi solusi terdesentralisasi di masa depan.

“Blockchain dapat membuka inklusi keuangan, mempercepat tata kelola, dan mendorong pertumbuhan ekonomi—tetapi hanya jika peluang itu dimanfaatkan sejak sekarang,” pungkas Tsu.

BACA JUGA  Biaya Gas BNB Chain Turun, Kriptonya Menggeser XRP

Berdasarkan arsip Blockchainmedia.id, selain perusahaan bisa memanfaatkan langsung teknologi blockchain Venom, perusahaan bisa membuat jaringan tersendiri di atas Venom sesuai dengan kebutuhan spesifik. Fitur ini bernama workchain.

Sederhananya, workchain ini seperti jalur blockchain pribadi yang tetap terhubung dan diamankan oleh jaringan utama Venom (Masterchain), tapi bisa diatur sepenuhnya sesuai kebutuhan, mulai dari aturan transaksi, jenis token, keamanan, hingga kepatuhan regulasi.

Dengan begitu, perusahaan bisa menciptakan sistem yang pas untuk tujuan spesifik—misalnya pembayaran cepat, pencatatan aset, atau blockchain privat untuk data sensitif—tanpa harus membangun infrastruktur dari nol, namun tetap mendapat manfaat dari keamanan dan konektivitas ekosistem Venom.

Contohnya di sektor Real World Asset (RWA), sebuah perusahaan properti bisa membangun workchain berbasis blockchain Venom untuk melakukan tokenisasi aset seperti gedung perkantoran atau apartemen.

Melalui workchain ini, setiap properti direpresentasikan sebagai token digital yang dapat dibagi menjadi unit-unit kecil, sehingga investor bisa membeli sebagian kepemilikan tanpa harus membeli seluruh aset.

Semua transaksi pembelian, penjualan, dan pencatatan kepemilikan tercatat otomatis dan transparan di blockchain, memudahkan verifikasi kepemilikan sekaligus menekan biaya administrasi.

Nah, karena workchain ini dapat diatur sesuai kebutuhan, perusahaan bisa menerapkan aturan kepatuhan hukum lokal, membatasi akses bagi investor yang memenuhi kriteria tertentu, dan tetap terhubung ke ekosistem Venom untuk memanfaatkan likuiditas pasar global. [ps]


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait