Volume Transaksi Bitcoin di Argentina Meroket Akibat Krisis Ekonomi

Alexander Tapscott, pengusaha dan penulis dari Kanada yang melakukan riset tentang peran teknologi blockchain dan kripto, mencuit melalui akun Twitternya bahwa volume transaksi Bitcoin meroket di Argentina, seperti dilansir CryptoGlobe, Minggu, (16/09).

Tapscott juga mengomentari krisis ekonomi yang sedang berlangsung di negara di Amerika Selatan tersebut. Kata Tapscott nilai Peso Argentina (ARS) anjlok 35% terhadap dolar AS. Kini, tampaknya Argentina sedang menuju resesi ekonomi diakibatkan manajemen kebijakan keuangan yang keliru.

Presiden Argentina, Mauricio Macri mencoba membangkitkan perekonomian negaranya dengan memangkas anggaran serta beragam langkah penghematan lainnya. Macri juga telah menaikkan tingkat suku bunga hingga 60 persen, salah satu paling tinggi di dunia.

Meskipun berbagai usaha telah dilakukan, Argentina terus “bergulat” dan banyak warganya kini lebih percaya dengan kripto dibandingkan sistem uang tradisional. Volume transaksi mingguan Bitcoin di Argentina di bursa peer-to-peer LocalBitcoins melonjak ke nilai US$7 juta.

Pada bulan September tahun lalu, volume perdagangan BTC melalui LocalBitcoins di Argentina hanya sekitar US$2 juta. Mengomentari hal tersebut, Tapscott bertanya, “Bagaimana efek global pelemahan mata uang nasional di negara-negara berkembang terhadap penggunaan Bitcoin di negara-negara lain, seperti India dan Brazil?”

Transaksi Bitcoin yang meroket di Argentina menyusul kabar warga Turki yang semakin banyak menyimpan dan menggunakan kripto dibanding sistem perbankannya yang keteter.

Lira Turki terpuruk 14% terhadap dolar AS setelah pemerintah AS, dipimpin Presiden Trump, menggandakan biaya tarif terhadap ekspor besi dan aluminium Turki ke Amerika. Seiring jatuhnya nilai Lira, volume perdagangan di beberapa bursa kripto terbesar di Turki, seperti Btcturk, Koinim dan Paribu melonjak lebih dari 100 persen.

Di saat yang sama, warga Venezuela juga berpindah hati ke kripto, ketika mata uang nasional sovereign bolivar ambruk total dan hampir tidak bernilai dikarenakan korupsi merajalela dan sanksi yang diberlakukan AS.

Walaupun warga Venezuela tidak menggunakan kripto nasional Petro yang didukung cadangan minyak, CEO Dash Core Group Ryan Taylor mengatakan belakangan ini rata-rata 200 pedagang Venezuela mulai menerima pembayaran menggunakan Dash (Digital Cash) setiap bulannya.

Taylor mengungkapkan bahwa terjadi puluhan ribu pengunduhan wallet Dash di Venezuela setiap bulannya. Pada awal tahun 2018, Venezuela menjadi pasar terbesar kedua bagi Dash, melebihi Tiongkok dan Rusia, di mana kripto sangat digemari.

Walau pasar kripto saat ini sedang mengalami penurunan harga dan belum ada kejelasan regulasi yang mengatur kripto, banyak analis pasar yang mengakui potensi jangka panjang kripto. Ahli perbankan Spanyol Fransisco Gonzalez mengatakan bahwa kripto sebagai uang elektronik adalah uang yang “sempurna”.

Gonzalez, Ketua Eksekutif bank terbesar kedua di Spanyol, menekankan bahwa komunitas kripto harus bersatu dan membersihkan ekosistem ini, di mana kripto (token) banyak disalahgunakan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait