Warga Indonesia Berminat Tingkatkan Transaksi Kripto Tahun Ini

Warga Indonesia disebutkan ingin lebih meningkatkan transaksi kripto mereka pada tahun ini, berdasarkan hasil survei YouGov terbaru.

“Berdasarkan survei kami pada Desember 2021 lalu, salah satu hasilnya menunjukkan, bahwa lompatan terbesar dalam aktivitas transaksi akan terlihat di antara mereka yang berusia 35-44 tahun, dengan hampir tiga dari sepuluh responden asal Indonesia berniat untuk meningkatkan transaksi kripto mereka pada tahun 2022 (27 persen),” sebut YouGov dalam keterangannya, Jumat (1/4/2022).

Berdasarkan pernyataan lain, aktivitas yang konsisten di seluruh kelompok usia dapat dikaitkan dengan tingkat minat reguler yang sama, terlepas dari demografi.

Tingkat keingintahuan kripto tertinggi berasal di Indonesia, dengan tujuh dari sepuluh tertarik untuk berinvestasi dalam lima tahun ke depan (72 persen).

Data tambahan dari YouGov juga mengungkapkan kepercayaan jangka panjang yang kuat pada kripto, dengan empat dari sepuluh orang setuju bahwa kripto adalah masa depan transaksi keuangan daring (40 persen).

Indonesia juga disebutkan punya minat yang lebih besar untuk terus meningkatkan transaksi kriptonya, dibandingkan dari negara lain, berdasarkan responden yang disurvei (lihat grafik di bawah).

Warga Indonesia dan Peningkatan Minat Transaksi Kripto

“Survei kami menemukan bahwa Indonesia tidak hanya memimpin dunia dalam perilaku transaksi saat ini, dengan 1 dari 6 orang Indonesia telah bertransaksi kripto pada akhir 2021 (17 persen), tetapi juga melampaui dari negara lainnya, dengan seperempat responden mengatakan mereka akan melakukannya dalam dua belas bulan ke depan (25 persen),” sebut YouGov.

Emma McInnes, Global Sector Head of Financial Services di YouGov, mengatakan industri jasa keuangan telah mengalami perubahan cepat yang didorong oleh perubahan ekspektasi konsumen dan fragmentasi industri yang lebih luas.

“Kami telah melihat dampak mendalam digitalisasi terhadap perilaku dan harapan konsumen dan efek dramatis pandemi pada perubahan teknologi dan pola perilaku,” katanya.

Dia juga mengatakan, bagi penyedia jasa keuangan yang sudah mapan, ini menciptakan tantangan dalam hal kemampuan untuk memahami tingkat perubahan, potensi keberhasilan dan umur panjang dari adopsi inovasi yang muncul, dan di mana mereka harus memfokuskan upaya transformasi mereka sendiri.

“Bagi pendatang baru di pasar ini, tantangannya adalah tetap berada jalur inovasi yang lebih agresif dan memahami bagaimana itu mendorong adopsi konsumen sebelum perusahaan konvensional masuk lebih cepat,” pungkasnya. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait