Teknologi AI semakin berkembang pesat dan kini mulai terlibat dalam transaksi kripto, membuka peluang baru bagi para scammer untuk melakukan tindakan yang merugikan.Â
Coinbase baru-baru ini melaporkan transaksi pertama yang dilakukan oleh kecerdasan buatan (AI) dengan menggunakan cryptocurrency. Namun, dibalik inovasi canggih tersebut, terdapat potensi penyalahgunaan artificial intelligence yang membuat para pengguna harus lebih waspada.
Sistem AI yang Semakin Canggih
Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan telah berkembang menjadi teknologi revolusioner yang mampu mengubah berbagai industri, termasuk keuangan dan cryptocurrency.Â
Artificial intelligence tidak hanya dapat melakukan tugas-tugas sederhana, tetapi juga mampu terlibat dalam proses yang lebih kompleks seperti transaksi keuangan.
Perkembangan teknologi ini membuka peluang baru dalam dunia kripto. Kecerdasan buatan kini dapat memiliki dompet kripto sendiri dan melakukan transaksi tanpa campur tangan manusia.Â
Misalnya, saat ini kecerdasan buatan dapat menggunakan token kripto untuk membeli layanan digital atau melakukan pembayaran dalam platform berbasis blockchain, membantu riset pada bidang kesehatan dan masih banyak lainnya.Â
Namun, dengan semakin canggihnya teknologi AI, muncul kekhawatiran bahwa sistem ini juga dapat dimanfaatkan oleh scammer.
Implementasi Teknologi AI pada Kripto
Coinbase, salah satu platform pertukaran cryptocurrency terkemuka di dunia, baru-baru ini mengumumkan bahwa artificial intelligence telah berhasil menyelesaikan transaksi kripto pertamanya.Â
Menurut Brian Armstrong, CEO Coinbase, kecerdasan buatan ini mampu berinteraksi satu sama lainnya dan melakukan transaksi kripto.Â
“AI tidak memiliki rekening bank, tetapi mereka bisa mendapatkan dompet kripto. Mereka bisa menggunakan USDC di platform Base untuk bertransaksi dengan manusia, pedagang, atau AI lainnya,” ungkap Armstrong pada Sabtu (12/10/2024).
Penemuan ini menciptakan peluang baru bagi sistem AI untuk terlibat dalam transaksi lintas batas dengan cepat dan bebas biaya. Brian Armstrong juga menyebut bahwa kemajuan ini adalah langkah signifikan dalam meningkatkan produktivitas teknologi AI.Â
Hal ini mengisyaratkan bahwa kecerdasan buatan berpotensi menjadi komponen yang sangat penting dalam transformasi ekonomi digital di masa depan.
Artificial Intelligence Jadi Celah Baru untuk Scammer
Sayangnya, perkembangan artificial intelligence di dunia kripto ini juga memunculkan ancaman baru. Teknologi AI yang semakin canggih bisa menjadi celah bagi para scammer untuk melakukan penipuan dalam transaksi cryptocurrency.Â
Baru-baru ini terdapat rumor baru yang memberitahukan bahwa memecoin “Goatseus Maximus” (GOAT) adalah koin yang diluncurkan oleh kecerdasan buatan bernama “Truth Terminal” yang sebelumnya didukung oleh pendiri a16z, Marc Andreessen.
Menurut data terakhir dari platform GeckoTerminal, GOAT telah berhasil mencapai nilai pasar sebesar US$100 juta dan harganya telah naik lebih dari 100 persen hanya dalam empat hari semenjak rumor tersebut tersebar.
Namun, Andy Ayrey, sebagai pencipta bot tersebut, membantah klaim itu dan menjelaskan bahwa itu hanyalah respons otomatis dari bot yang terjadi setelah seseorang menandainya.
“Itu sebenarnya tidak dibuat oleh bot. Seseorang lain yang melakukannya dan menandainya, lalu bot tersebut memberikan dukungannya,” tegasnya di X, Senin (13/10/2024).
Walaupun teknologi AIÂ ini tidak secara langsung bertanggung jawab atas peluncuran token, promosi yang dilakukan oleh bot tersebut berkontribusi secara signifikan pada lonjakan nilai pasar GOAT.Â
Sistem AI yang didukung oleh a16z tersebut menggunakan model bahasa Llama 3.1 dari Meta, secara semi-otonom mengirimkan unggahan di media sosial yang mempromosikan token memecoin ini, yang akhirnya menarik perhatian banyak investor.
Dia juga menekankan betapa berbahayanya penggunaan artificial intelligence jika dimanfaatkan untuk tujuan yang merugikan.
“Ini adalah studi tentang penularan memetik dan risiko-risiko dari generasi ide tak terawasi yang tidak terbatas di era LLM!!!” tambahnya.Â
Hal tersebut menunjukkan bagaimana kecerdasan buatan dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi pasar kripto dan mengarahkan investor kepada proyek yang dibuat oleh scammer.
Penggunaan sistem AI dalam mempromosikan kripto seperti memecoin tanpa pengawasan ketat dapat menciptakan situasi di mana investor tertipu oleh informasi yang tidak akurat.
Kecerdasan Buatan (AI): Pedang Bermata Dua?
Penggunaan teknologi AI dalam cryptocurrency adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, kecerdasan buatan dapat mempercepat proses transaksi dan meningkatkan efisiensi. Namun, di sisi lain, artificial intelligence juga bisa digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menipu pengguna kripto.
Salah satu contohnya adalah Rhadamanthys, malware AI yang telah menginfeksi perangkat dan mencuri informasi sensitif. Sejak kemunculannya, malware ini terus beradaptasi dan mengembangkan teknik baru untuk mengelabui pengguna.
Oleh karena itu, penting bagi pengguna kripto untuk lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan teknologi baru ini. Pengawasan yang lebih ketat dan regulasi yang jelas sangat diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi AI di dunia kripto.Â
Potensi sistem AI dalam pasar kripto sangat besar, tetapi dengan potensi tersebut juga datang risiko yang perlu dikelola dengan hati-hati. Semakin canggih teknologi AI, semakin penting bagi kita untuk tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan. [dp]