Whitepaper Bitcoin yang ditulis oleh Satoshi Nakomoto, diumumkan terbit pada Jumat, 31 Oktober 2008 silam. Tanggal itu menandai lahirnya sistem uang elektronik yang revolusioner, sekaligus jenis uang baru yang belum pernah ada sebelumnya dalam peradaban manusia. Lalu apa saja yang terkikis darinya?
OLEH: Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id
Hari ini, wajah Bitcoin jauh berbeda, mulai El-Salvador yang menjadikan kripto itu sebagai alat pembayaran yang sah selain dolar AS, hingga semakin banyak perusahaan yang menyadari keunggulannya sebagai aset yang mengalahkan imbal hasil emas. Dan tentu saja yang terbaru adalah Reksadana Bitcoin Berjangka di bursa efek Amerika Serikat.
Atikel panjang ini membawa kita ke masa lalu, ketika Satoshi Nakamoto memproklamirkan sistem baru ini.
Berikutnya, penulis menyaripatikan sejumlah perkembangan teranyar (lihat di subjudul: Simpul Penting Dinamika Bitcoin Hari Ini, di bawah).
Di bagian akhir penulis memaparkan sejumlah nilai-nilai Bitcoin yang dianggap sudah “terkikis” (lihat subjudul Bitcoin dan Pendapat Tak Popular, di bawah).
Whitepaper Bitcoin dan Satoshi Nakamoto
“I’ve been working on a new electronic cash system that’s fully peer-to-peer, with no trusted third party. The paper is available at: http://www.bitcoin.org/bitcoin.pdf,” tulis Satoshi Nakamoto di online forum Metzdowd, Jumat, 31 Oktober 2020, pukul 14:00 EDT (Eastern Daylight Time).
Sosok Satoshi, entah dia itu pribadi, sekelompok orang atau perusahaan, masih menjadi misteri hingga saat ini.
Ia sama misteriusnya dengan alasan mengapa dia memilih mengumumkan terbit whitepaper itu pada 31 Oktober.
Kita sah-sah saja menafsirkan itu bukan sebuah kebetulan, melainkan direncanakan untuk mendapatkan momen khusus dan spesifik, sekaligus menandai satu makna yang penting dan besar.
Itu sama halnya dengan blok perdana alias genesis block transaksi Bitcoin pada 3 Januari 2009, yang dikaitkan dengan krisis ekonomi global yang dimulai tahun 2008. Sebuah peristiwa besar yang sulit dilupakan.
Di genesis block itu Satoshi menulis: “The Times 03/Jan/2009 Chancellor on brink of second bailout for banks”.
Pesan itu mengacu pada judul utama surat kabar Inggris, The Times, soal dana talangan tahap kedua oleh Pemerintah Inggris kepada sejumlah bank, terkait krisis hebat yang melanda kala itu.
Lantas mengapa Satoshi memilih tanggal 31 Oktober sebagai tanggal pengumuman diterbitkannya whitepaper itu? Kita penting mengajukan pertanyaan ini, karena tidak ada debat soal ini oleh Satoshi kala itu.
Penting pula diingat, bahwa paparan kami berikut ini sangat mudah ditafsirkan sebagai “cocoklogi”.
Seram Halloween, Lebih Seram Ekonomi
Tanggal 31 Oktober dikenal luas sebagai hari raya Halloween yang digelar di sejumlah negara di dunia, utamanya di wilayah Barat.
Kendati saat ini menjadi pop culture Halloween bersimbolkan “si labu seram berlampu” dan beraneka kostum mengerikan lainnya, Halloween dalam perjalanannya punya kaitan erat dengan ritual Kekristenan Barat.
Halloween atau Hallowe’en adalah kependekan dari “All Hallows’ Evening”, yang berarti Malam Hari Semua Orang Kudus. Sebutan lainnya adalah “Allhalloween“, “All Hallows’ Eve“, atau “All Saints’ Eve“.
Singkatnya, secara historis, Halloween adalah perayaan untuk mengenang orang-orang yang telah meninggal dunia, termasuk orang-orang Kristen yang kudus/suci (santo, santa), arwah orang-orang martir dan yang beriman.
Dari sana Anda bisa menafsirkan sendiri, bahwa Satoshi mungkin menggunakan hari Halloween sebagai penanda unik, sehingga lebih mudah diingat ataupun dikenang.
Atau pula sejumlah sifat dari Halloween itu memiliki kemiripan dengan situasi keuangan global di masa tahun 2008, termasuk potensi serupa di masa depan. Dan sekarang kita menghadapi situasi yang tak kalah peliknya, belum sembuh sakit tahun 2008, rapuh, lalu dihantam pandemi COVID-19.
Jadi, jikalau Halloween adalah “seram” dalam konteks kearwahan, klenik, “astral”, “hidup yang kekal”, maka keuangan global parah adalah “horor” yang tak kalah menakutkan dan menyengsarakan, bahwa membunuh.
Bisa pula ditafsirkan bahwa dunia memang perlu sistem uang yang baru, terpisah sebagian dari negara dan dikembalikan kepada orang-orang biasa.
Oleh Satoshi, mungkin pula ada pendekatan terhadap karakter orang-orang Kristen yang suci (terkait sejarah awal Halloween), bahwa pembuat kebijakan harus bersikap bijak dan berani untuk membela rakyat yang lemah.
Protes Demi Perubahan
31 Oktober 1517 juga diperingati sebagai Hari Reformasi Protestan, yang berpangkal pada kritik Martin Luther terhadap praktik penjualan indulgensi oleh Gereja Katolik.
Kala itu Martin menerbitkan satu tulisan lengkap tentang protes dan kritiknya itu, yang dikenal dengan “95 Dalil“. Martin memang dikenal luas sebagai profesor cerdas di Universitas Wittenberg, Jerman, sekaligus ia sebagai imam Katolik.
Dalam beberapa segi yang kecil, tentu argumen tertulis Satoshi dan Martin punya motif yang teguh, sebuah antitesis dan keinginan untuk mengubah status quo yang mengekang masyarakat. Isi tulisan mereka senada, yakni sifat berani, kritis, agresif dan melawan.
Bulan Oktober Hanya 21 Hari, 21 Juta Pasokan Maksimal Unit Bitcoin
Pada tahun 1582 bulan Oktober hanya memiliki 21 hari di benua Eropa. Hal ini terjadi karena adanya kesepakatan para oleh dewan Katolik yang merupakan agama dengan penganut terbanyak di Eropa.
Saat itu mereka tidak menggunakan tanggal 5 hingga 14, mengubah sistem Kalender Julian. Namun karena memicu protes dan kericuhan, akhirnya dikembalikan dengan sistem kalender saat ini.
Namun, peristiwa besar dan bersejarah “21 hari bulan Oktober” itu selayaknya sebagai penanda baru, alih-alih tafsir motif Satoshi dengan pasokan maksimal Bitcoin sebanyak 21 juta unit.
Namun yang pasti, 31 Oktober 2021 lalu kita menghadapi angka-angka cantik itu dengan beragam tafsiran yang menarik: “12 Tahun Whitepaper Bitcoin”, “21 Juta Unit Pasokan Maksimal Bitcoin”, “US$12.000 per BTC (lebih dari Rp120 juta) Sebagai Wilayah Penting Penguatan Baru yang Telah Tercapai, “Whitepaper Bitcoin sudah dirujuk lebih dari 12 Ribu Kali di Google”, termasuk “Rp200.100.000 per BTC (28 Oktober 2020)”.
Ada sejumput hal lain yang bisa Anda tafsirkan sendiri atau bolehlah lakukan “cocokologi“: 1. Transaksi Bitcoin bersifat kekal, 2. Halloween merayakan keinginan hidup kekal, 3. Hal Finney, teman mining Satoshi Nakamoto “wafat abadi” di peti cryogenic.
9 Simpul Penting Dinamika Bitcoin Hari Ini
Ada banyak dinamika sejak Bitcoin dilahirkan, berikut 9 simpul penting yang patut disoroti, sebagai penentu masa depannya.
Pertama, perusahaan sudah menyadari Bitcoin sebagai store-of-value alernatif dibandingkan emas dan saham. Ada banyak perusahaan ternama, di antaranya adalah Tesla, MicroStrategy, Square, Twitter dan banyak lagi.
Kedua, Tesla dan MicroStrategy sudah menjadikan Bitcoin sebagai bagian dari neraca keuangannya. Pembelian Bitcoin pertama oleh MicroStrategy pada tahun 2020 dan menyusul Tesla pada Februari 2021.
Ketiga, Elon Musk pendiri Tesla juga mendukung penuh Bitcoin, walaupun menyoroti soal penggunaan listrik berlebih dalam proses penambangannya, yang dianggap tidak ramah lingkungan karena menggunakan sumber energi tak terbarukan, seperti batu baru.
Sementara Michael Saylor, tercatat sebagai mantan pembenci Bitcoin, sudah insyaf, dan menjadi pembela Bitcoin. Akun Twitter pribadi setiap hari dipenuhi wacana itu.
Saking pentingnya Bitcoin, situs perusahaannya menampilkan perbandingkan imbal hasil investasi Bitcoin dibandingkan dengan kelas aset lain, mulai dari emas hingga sekuritas besar lain, seperti saham dan obligasi. Emas memang kian tersungkur gara-gara Bitcoin ini.
Keempat, perbankan pun sudah menyadari kenyataan bahwa generasi milenial menggemari Bitcoin dan kripto lain sebagai pusat investasi pilihan. JPMorgan, BlackRock, VISA, Mastercard sudah menyadari ini perubahan masif ini. Mereka dan sebagian perusahaan lain yang dulu mencibir Bitcoin, berbalik mendukung. Satu kata: ini adalah pasar baru.
Kelima, Reksadana Bitcoin menjadi satu simpul penting perubahan, sebagai pedati yang lebih mudah memasukkan kapital ke aset ini. Untuk kali pertama sepanjang sejarah Bitcoin, pada Februari 2021, Kanada menyetujui bursa efek Kanada menjual Reksadana Bitcoin, dikenal lazim sebagai ETF (exchange-traded fund) Bitcoin.
Keenam, Amerika Serikat menyusul Kanada untuk melakukan hal serupa, karena AS adala pasar ETF terbesar di dunia. Per 19 Oktober 2021, dimulai dari reksadana BITO yang bernilai Kontrak Berjangka Bitcoin CME, mampu melejitkan harga Bitcoin ke rekor tertinggi baru, US$66.930.
Ketujuh, Tiongkok, yang sebelumnya menjadi tuan rumah hash rate Bitcoin global, kini terhapus dari peta itu. Ini beralih ke Amerika Serikat, pasca Tiongkok melarang total aktivitas terkait penambangan kripto, termasuk Bitcoin di negerinya.
Kepada publik alasannya adalah merugikan pasokan listrik nasional yang masih menggunakan energi batubara yang merusak lingkungan.
Kabar teranyar Tiongkok “bertanya kepada publik” apakah larangan itu akan dicabut.
Kedelapan, El-Salvador memproklamirkan sebagai negara pertama di dunia yang menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah alias legal tender selain dolar AS.
Di sinilah teknologi Lightning Network, lewat dompet Chivo, untuk kali pertama “naik kelas” sebagai teknologi pendukung blockchain Bitcoin yang terkenal sangat lambat untuk mengirim uang digital.
Jadilah mengirim Bitcoin menjadi lebih cepat, hampir instan, dengan biaya yang hampir nol rupiah, ke negara mana saja lintas benua.
Kesembilan, mulai ada geliat bahwa kripto (belum pasti Bitcoin) akan menjadi alternatif cadangan devisa oleh negara, menggantikan dolar AS. Ini diwacanakan sebelumnya oleh Kementerian Keuangan Rusia.
Bitcoin dan Pendapat Tak Popular
Di kesempatan monumental ini ada satu kegundahan yang ingin penulis sampaikan. Mungkin ini tak popular dan terkesan terlalu melankolis dan enggan beradaptasi dengan perubahan.
Saya ingat benar dengan pernyataan Craight Wright yang hingga detik ini mengaku-ngaku sebagai Satoshi Nakamoto. Beberapa bulan lalu ia mengatakan, bahwa nilai-nilai asli Bitcoin sudah jauh dari apa yang dipaparkan Satoshi di whitepaper 2008 itu.
Penulis bukan ingin memperlebar gagasan tak sesuai itu, melainkan konsep “melencengnya”.
Salah satunya begini. Sebagai sebuah sistem keuangan yang modern, dalam makna kecepatan dan efisiensi, blockchain Bitcoin sudah pasti tak selaras. Itulah sebabnya muncul blockchain lain, seperti Ethereum, Solana, Tron, Cardano dan lain sebagainya. Blockchain Bitcoin tiada mungkin diandalkan setara Visa untuk urusan pengiriman uang yang instan.
Dari sini, lead developer Bitcoin, yang salah satunya didanai oleh Adam Back (dua makalahnya dijadikan komponen penting di Bitcoin) lewat Blockstream, sangat mendewakan teknologi Lightning Network dan itu disematkan sebagai Layer2 di atas blockchain Bitcoin.
Maksud penulis adalah Bitcoin secara teknologi, pada prinsipnya sudah kolot dan bisa diabaikan begitu saja. Supaya tetap bernilai, ia perlu dukungan sistem eksternal, bukan perubahan inheren dalam dirinya.
Namun di atas itu semua, protokol inti di tubuh Bitcoin tak berubah banyak, khususnya konsep Halving per 210.000 block itu yang tetap dipertahankan dan jumlah maksimal Bitcoin yang bisa ditambang tetap 21 juta BTC (setidaknya saat ini).
Walaupun lambat dalam mengirimkan uang, nostalgia terhadap Bitcoin sebagai sistem pelopor, tidak bisa diabaikan begitu saja, hingga generasi berikutnya berubah pikiran dan kripto nomor wahid ini mungkin hanya jadi artefak bersejarah, digantikan oleh sistem lain yang mumpuni. [vins]