7 Dampak Bitcoin Terhadap Dunia

Dengan pertumbuhan Bitcoin sebesar 9 juta persen dalam kurun waktu 10 tahun, Bitcoin kian berdampak terhadap keuangan dunia. Dianggap berideologi pasar bebas, karena tidak ada entitas tunggal dan sentralistik yang mengendalikannya, Bitcoin menggoncang ekosistem investasi tradisional, mulai dari emas, minyak mentah hingga saham. Bitcoin memimpin. Di atas itu semua, ada 7 dampak Bitcoin terhadap dunia.

Pertama, spekulasi. Sebagai kelas aset baru yang disokong oleh program komputer dan ilmu kriptografi, Bitcoin punya nilai dan harga. Karena itu pula Bitcoin berpotensi dipresiasi sebagai aset bervolalitas tinggi. Tentu ini cocok bagi spekulator yang siap menolerir resiko yang sangat tinggi.

Kedua, adopsi trader. Trader Bitcoin akan semakin mengadopsi Bitcoin, sebab mereka bisa menambah cuan dengan menghindari biaya transaksi menggunakan kartu kredit atau jenis teknologi pembayaran lainnya. Bitcoin dan sejumlah teknologi blockchain lainnya memang menawarkan efisiensi: cepat, murah dan berskala global.

Ketiga, adopsi konsumen. Bitcoin bisa dipakai oleh konsumen untuk menghemat uang di beberapa toko tertentu. Selain itu, konsumen bisa membeli barang yang tidak mudah dibeli jika tanpa Bitcoin.

Sebagai contoh, warga Amerika Serikat bisa membeli karpet Persia atau rokok Kuba kendati ada embargo ekonomi. Bitcoin meningkatkan efisiensi ekonomi, terutama di area-area khusus seperti ini.

Keempat, keamanan. Adopsi oleh trader, konsumen dan spekulator mengakibatkan harga lebih tinggi, sehingga menjadi insentif bagi lebih banyak penambang Bitcoin untuk terus berperan serta dan mengamankan jaringan Bitcoin. Ini tercermin dari hash rate Bitcoin yang terus naik.

Sifat penyimpanan riwayat transaksi yang desentralistik dan tidak dapat diutak-atik justru meningkatkan faktor kepercayaan dan akuntabilitas dalam sistem. Ini sama sekali tidak ada di sistem keuangan tradisional sebelumnya, seperti bank.

Kelima, penelitian oleh pengembang. Bitcoin adalah jaringan komputer yang mudah diramalkan dengan aturan-aturan sederhana dan kode sumber yang bisa diaudit oleh publik. Hal ini menjadi lahan subur bagi pengembangan algoritma yang lebih rumit daripada Bitcoin, protokol pembayaran dari mesin ke mesin, kontrak pintar (smart contract) dan sejumlah peluang bisnis lainnya.

Sifat desentralistik blockchain secara umum kian membuka jalan bagi inovasi tanpa harus meminta izin. Altcoin seperti Litecoin (LTC) dan Ether (ETH) sejatinya tidak mengancam posisi Bitcoin, sebab Bitcoin sudah menjadi alat simpan nilai yang dominan dan alat tukar di sektor kripto, dengan segala “kekurangannya”.

Keenam, keuangan. Bitcoin akan terus memakan lebih banyak pangsa pasar perbankan tradisional di sektor-sektor seperti pengiriman uang, pembayaran mikro, peer-to-peer lending dan perdagangan saham serta bentuk sekuritas lainnya.

Proses ini sudah terjadi seperti dukungan NASDAQ bagi Open Asset/Colored Coins untuk transfer sekuritas, dan juga investasi Bursa Efek New York di bursa kripto Coinbase. Bank tradisional terancam punah, jika tidak mengadopsi protokol seperti Bitcoin.

Ketujuh, adopsi sebagai mata uang dunia. Semua transaksi pada akhirnya akan diselesaikan di atas blockchain, termasuk akte tanah, kepemilikan saham, surat kepemilikan kendaraan bermotor dan instrumen keuangan lainnya serta mata uang.

“Efek jaringan” dari dampak pertama hingga keenam di atas menghasilkan dampak ketujuh tersebut. Pendatang baru di dunia kripto, bahkan uang tradisional, harus mengalahkan Bitcoin di ketujuh aspek tersebut.

Hal ini hampir mustahil mengingat laju pengembangan Bitcoin Core, tingkat investasi di usaha-usaha Bitcoin di seluruh dunia, bertumbuhnya basis pengguna Bitcoin dan lain-lain. Harga yang semakin meningkat hanya akan mempercepat proses ini. Serangan spekulatif pun bisa membuat harga Bitcoin melonjak drastis dalam satu malam saja. [nakamotoinstitute.org/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait