Ada Visa di Balik Rencana Stablecoin Bank Spanyol, BBVA

Visa ternyata ada di balik rencana penerbitan stablecoin besutan bank besar asal Spanyol, BBVA. Visa sendiri memiliki sistem terpadu mempermudah perusahaan untuk membuat stablecoin dan sejak tahun 2018 Visa memang sudah melirik keunggulan teknologi blockchain.

BBVA, salah satu bank terbesar di Spanyol, akan meluncurkan stablecoin pada tahun 2025 dengan dukungan Visa. Langkah ini memperkuat posisinya dalam pasar digital yang semakin berkembang.

BBVA telah mengumumkan rencananya untuk memasuki pasar stablecoin yang semakin padat. Bank Spanyol ini berencana meluncurkan aset digital baru pada tahun depan dengan bantuan dari Visa.

Menurut Francisco Maroto, Kepala Aset Digital dan Blockchain BBVA, bank saat ini berada pada tahap uji coba dari sistem tokenisasi Visa (VTAP) yang dirancang untuk membantu lembaga keuangan meluncurkan aset token mereka sendiri. Ia berharap proyek ini mencapai tahap prototipe dan aktivitas langsung pada tahun 2025.

Maroto menyatakan bahwa BBVA masih belum memutuskan apakah stablecoin yang akan diluncurkan akan didukung oleh deposito, dana pasar uang, atau mata uang fiat seperti euro atau dolar AS. Ia menambahkan bahwa rencananya aset ini akan digunakan sebagai lapisan penyelesaian di bursa-bursa.

“Kami ingin memastikan bahwa teknologi blockchain dapat mengubah cara kami bertukar nilai secara digital, dan pada akhirnya memengaruhi cara sistem keuangan bekerja,” ujarnya, dilansir dari Fortune, Kamis (3/10/2024).

BBVA telah berkecimpung dalam dunia aset digital sejak tahun 2014. Maroto berharap bahwa proyek terbaru ini akan memungkinkan bank untuk memanfaatkan tren yang berkembang dalam tokenisasi aset seperti real estate dan dana kredit swasta.

Tokenisasi telah menjadi salah satu perkembangan paling signifikan dalam dunia keuangan, memungkinkan aset fisik untuk diubah menjadi bentuk digital yang dapat diperdagangkan secara lebih efisien dan meningkatkan likuiditasnya.

7 Skenario Logis VTAP, Sistem Tokenisasi Aset Besutan VISA

Persaingan Stablecoin

Stablecoin merupakan kategori luas dalam ruang kripto, menggambarkan aset yang dimaksudkan untuk mempertahankan harga tertentu dan didukung oleh cadangan seperti mata uang fiat, komoditas, atau bahkan mata uang kripto lainnya.

Meskipun sektor ini sudah ada selama satu dekade, stablecoin yang didukung dolar seperti USDC dari Cirle dan USDT dari Tether, telah meledak dalam popularitas dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan yang mendukung stablecoin ini menghasilkan keuntungan besar melalui hasil dari aset dasar, yang biasanya mencakup Treasury AS (surat utang Pemerintah AS) dan aset lain bernilar dolar lainnya.

Namun, sektor tradisional keuangan juga mulai terjun ke dalam persaingan. Misalnya, PayPal meluncurkan stablecoin PYUSD pada Agustus 2023. Belum lama ini PayPal membolehkan merchant mereka bertransaksi kripto di akun bisnis mereka. Selain itu, berbagai penawaran dari luar negeri juga memberikan hasil kepada pelanggan mereka, pilihan yang masih terbatas di AS karena ketidakpastian regulasi.

Dari arsip Blockchainmedia.id, pemain besar lainnya yang ingin terjun ke sektor stablecoin adalah Ripple Labs yang selama beberapa bulan terakhir mengujicoba RLUSD mereka. Jepang pun disebut-sebut sebagai salah satu sasaran pasar mereka.

Ada pula BlackRock yang mendukung stablecoin UStb dengan token RWA BUILD sebagai underlying asset-nya. Pasar Real-World Asset (RWA) diperkirakan dapat mencapai US$16 triliun pada tahun 2030.

PYUSD PayPal Tembus US$1 Milyar: Apa Langkah Selanjutnya?

BBVA Pakai Teknologi Tokenisasi Milik Visa

Visa minggu lalu mengumumkan produk baru yang memungkinkan lembaga keuangan, seperti bank, untuk meluncurkan stablecoin mereka sendiri, yang disebut VTAP alias Visa Tokenized Asset Platform.

Meskipun use casenya akan bervariasi, tujuannya adalah agar bank dapat memilih jenis aset yang akan menjadi cadangan, yang bisa berupa mata uang fiat atau deposito. Token ini awalnya hanya akan berfungsi dalam ekosistem bank itu sendiri, namun Cuy Sheffield, kepala kripto Visa, mengatakan kepada Fortune pada April bahwa rencana jangka panjang adalah untuk memfasilitasi interoperabilitas antar lembaga yang berbeda, yang menjadi keunggulan dari stablecoin yang lebih universal seperti USDC yang dapat berfungsi di berbagai blockchain.

Mengapa Perbankan Lirik Tokenisasi Real Asset?

Kerjasama BBVA dengan Visa

BBVA memilih untuk bekerja dengan Visa daripada menggunakan opsi stablecoin yang sudah ada, karena reputasi Visa yang sudah mapan dan kepatuhan regulasinya. Sebagai salah satu lembaga keuangan pertama yang bereksperimen dengan produk baru ini, BBVA memiliki keunggulan karena sebagian besar beroperasi di Eropa, yang baru-baru ini memberlakukan pengawasan terhadap stablecoin.

BBVA berencana membangun stablecoin ini dengan basis euro, mengingat kehadiran kami yang kuat di Eropa. Stablecoin ini dapat digunakan untuk settlement di bursa yang menawarkan aset berupa token, dengan BBVA mengelola mekanisme mint dan burn yang mengonversi mata uang fiat ke dalam ekosistem kripto,” tegas Francisco Maroto.

XRP Resmi Hadir di Aplikasi Garanti BBVA, Cek Fitur Barunya!

Meskipun BBVA berharap dapat memulai uji coba langsung tahun depan, Maroto menjelaskan bahwa pasar AS tidak termasuk dalam rencana jangka pendek mereka.

“Kami saat ini menawarkan layanan kustodian dan perdagangan Bitcoin, Ethereum, dan USDC di Swiss untuk pelanggan perbankan pribadi dan institusional, dan akan segera diluncurkan di Turki,” ujarnya.

Indonesia Minati Stablecoin

Sebelumnya, dalam sebuah penelitian yang disponsori oleh VISA, terungkap bahwa penggunaan stablecoin di Indonesia semakin beragam. Use case-nya tak hanya untuk crypto trading, tetapi menjadi alternatif layanan perbankan yang jauh lebih efisien.

Riset VISA: Stablecoin di Indonesia Jadi Alternatif Perbankan

“Kami menemukan bahwa pengguna di Indonesia tidak hanya menggunakan stablecoin untuk perdagangan kripto, tetapi juga sebagai alat konversi mata uang digital, melakukan pembayaran lintas negara, serta sebagai instrumen tabungan dalam dolar digital,” jelas dalam riset itu. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait