Adopsi Kripto Membubung Tinggi di Benua Afrika

Pendukung kripto telah lama melihat Afrika sebagai negara yang cocok menerima manfaat aset digital terdesentralisasi. Mata uang kripto menawarkan solusi bagi banyak permasalahan di benua tersebut dan memang penggunaannya semakin bertambah di Afrika. Kripto yang semakin erat dirangkul rakyat Afrika adalah contoh bagus akan potensi transformatif teknologi blockchain, yang dapat membawa perubahan revolusioner ke berbagai aspek masyarakat Afrika, seperti dilansir Woosh Hub, Minggu (16/09).

Walaupun belum ada data akurat tentang laju adopsi tersebut, terdapat beberapa bukti yang menunjukkan semangat masyarakat Afrika terhadap kripto lebih tinggi dibanding penduduk negara-negara maju. Sebagai contoh, negara-negara Afrika punya jumlah penelusuran paling tinggi akan istilah-istilah kripto seperti “Bitcoin” dan “blockchain.” Selain itu, survei yang dilakukan di Afrika Selatan menemukan, 47 persen warga Afrika Selatan yang belum pernah punya kripto berencana membelinya pertama kali tahun ini.

Semangat terhadap kripto ini dapat dimaklumi, mengingat rendahnya tingkat kepercayaan terhadap bank-bank Afrika, yang terkenal akan praktik kurang jujur dan gagal melayani masyarakat di daerah pedesaan. Uang kripto, walaupun volatil, dilihat sebagai uang yang lebih stabil dibanding uang fiat terbitan bank sentral Afrika yang rentan terkena inflasi. Adopsi kripto semakin dipermudah dengan maraknya aplikasi trading dan wallet berbasis perangkat seluler yang banyak dipakai di benua tersebut.

Selain adopsi, Afrika juga menunjukkan perkembangan lainnya di sektor kripto. Para pengusaha Afrika membuat sejumlah bursa, aplikasi, dan bisnis konsultasi kripto. Indikator akan kemajuan ini adalah suksesnya konferensi Blockchain Africa, yang semakin besar sejak pertama kali diadakan pada tahun 2015. Tahun ini, konferensi tersebut dihadiri perwakilan dari 23 negara, dan mengundang beberapa nama-nama besar di blockchain sebagai peserta. Konferensi tahun depan diperkirakan akan dihadiri oleh keseluruhan 36 negara Afrika sub-Sahara.

Manfaat teknologi blockchain di Afrika lebih dari sekadar uang kripto. Pencatatan terdistribusi (distributed ledger) bisa mengurangi ketidakefisienan di berbagai bidang seperti pertanian, kesehatan, dan layanan masyarakat. Blockchain juga bisa mengurangi korupsi pemerintah. Perbaikan-perbaikan tersebut sangat dibutuhkan di masa mendatang, karena Afrika sedang mengalami ledakan populasi, di mana diperkirakan populasinya akan meningkat dua kali lipat di pertengahan abad ini. Pertumbuhan tersebut sangat menantang bagi infrastruktur Afrika yang masih lemah.

Ditinjau dari skala ekonomi makro, uang kripto dan blockchain akan membuka akses ekonomi global bagi bisnis-bisnis di Afrika pada tingkat persaingan yang lebih sepadan. Usaha-usaha di Afrika dapat menggunakan aset aman dan tanpa batas yang sama yang digunakan di negara maju, sehingga mengatasi berbagai tantangan saat ini, seperti pembayaran lintas batas dan akses terhadap modal. Smart contract dapat meminimalisir penipuan dan menciptakan tingkat kepercayaan yang kuat antara para investor dan mitra potensial.

Sejauh ini, sebagian besar pemerintahan Afrika bersikap netral terhadap adopsi kripto. Menurut laporan dari Ecobank, konglomerasi perbankan terbesar di Afrika, banyak negara Afrika tidak memiliki sikap publik tentang kripto, dan sebagian negara lainnya hanya sekadar memberi peringatan. Afrika Selatan dan Swaziland adalah dua negara yang paling pro-kripto, sementara Namibia menetapkan kripto adalah ilegal. Bank-bank Afrika terlihat lebih terbuka terhadap uang kripto dibanding bank-bank di negara lain.

Beragam keunggulan yang dihadirkan kripto di Afrika adalah contoh bagaimana revolusi blockchain dapat memperbaiki kehidupan jutaan jiwa di seluruh dunia. Hal tersebut juga menunjukkan luasnya manfaat teknologi blockchain. Dalam banyak hal, sebagai benua paling terbelakang di dunia, maka Afrika bisa meraup manfaat paling banyak sebagai hasil dari adopsi blockchain. Mengingat banyaknya keuntungan yang bisa didapat dari merangkul kripto, penggunaan mainstream di Afrika tinggal menunggu waktu. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait