Dimaz Ankaa Wijaya
Peneliti pada Blockchain Research Joint Lab Universitas Monash, Australia
Tarik ulur hard fork Ethereum berkode “Constantinople” memang membingungkan banyak pihak. Hard fork yang direncanakan jauh-jauh hari ini, pada akhirnya dibatalkan (atau menurut bahasa mereka: “ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan”), tatkala detik-detik terakhir peluncurannya atas alasan keamanan implementasi kode sumber perangkat lunak Ethereum yang terbaru. Padahal, pasar telah merespons positif dengan kenaikan signifikan dalam kurun waktu sebulan terakhir.
Constantinople memang berusaha memecahkan beberapa isu sekaligus, di antaranya terkait penanganan terhadap perubahan kekuatan komputasi yang drastis di jaringan, yang dapat menimbulkan ketidakstabilan sistem Ethereum di masa-masa tersebut. Namun, hal penting lainnya yang perlu dicermati adalah, bahwa hard fork Constantinople merupakan bagian dari roadmap besar sistem Ethereum untuk beralih dari metode konsensus Proof-of-Work (PoW) menjadi Proof-of-Stake (PoS). Metode PoW mengandalkan kegiatan penambangan yang memerlukan perangkat komputer dalam jumlah besar untuk mengamankan informasi yang tersimpan di dalam blockchain, sementara PoS menggunakan mata uang kripto untuk mencapai hal yang sama dengan metode PoW.
Metode PoW merupakan metode konsensus blockchain publik yang paling tua sekaligus paling terkenal. Sejak Bitcoin mengenalkan kegiatan penambangan dengan model double-SHA256-nya, beberapa metode penambangan lain seperti scrypt, X11 dan CryptoNight muncul. Para penambang (mereka yang melakukan penambangan) berinvestasi dalam bentuk mesin-mesin komputasi seperti ASIC miner ataupun kartu grafis yang disesuaikan dengan jenis algoritma penambangan mata uang kripto yang ditargetkan. Tidak hanya cukup dengan kepemilikan mesin-mesin penambang, para penambang juga mesti menyiapkan modal untuk membayar tagihan listrik yang pastinya akan membengkak, belum termasuk infrastruktur lain seperti jaringan Internet, ruangan dan pendingin.
Metode PoW yang amat terkenal ini pada akhirnya mendapatkan tantangan dari para pegiat sadar lingkungan, karena menggunakan energi listrik amat besar, yang kerap kali berasal dari sumber energi yang tidak terbarukan—dengan demikian berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Kritik keras datang bertubi-tubi. Ben Laurie, Pendiri “The Apache Software Foundation” misalnya, mengkritik PoW sebagai aktivitas tak berguna yang menghabiskan energi secara tidak efisien. Alih-alih menambang, ia menyarankan agar koin-koin baru diciptakan dan diberikan kepada para anggota secara acak.
Sunny King bersama Scott Nadal adalah “Nakamoto-nya” PoS. Melalui paper-nya yang menjadi asas mata uang kripto Peercoin (dahulu bernama PPCoin atau PPC), ia mengajukan sebuah gagasan baru untuk memanfaatkan koin yang ada di dalam sistem dalam mengamankan informasi di dalam blockchain. Serupa dengan tujuan yang hendak dicapai oleh metode PoW, namun PoS dapat mencapainya dengan cara yang jauh lebih efisien, tanpa menggunakan energi listrik secara berlebihan. PoS adalah sebuah mekanisme yang mengizinkan para staker untuk “mempertaruhkan” koin mereka dan bersaing untuk menciptakan blok baru. Semakin banyak koin yang “ditumpuk” untuk dipertaruhkan, maka semakin besar pula peluang mereka untuk menang. Para staker akan memperoleh keuntungan dari imbalan (reward) yang diberikan oleh sistem, serupa dengan para penambang (miner) yang memperoleh keuntungan dari usaha penambangan mereka. Dengan melakukan staking, mereka akan mendapatkan koin layaknya mendapatkan bunga tabungan di bank.
Dengan semakin sadarnya para pegiat industri mata uang kripto terhadap gerakan hijau, di saat yang sama, pamor PoW semakin luntur. Mata uang kripto yang muncul beberapa tahun belakangan ini telah meninggalkan PoW dan mengadopsi PoS sebagai gantinya. Bahkan tidak hanya murni PoS, metode Delegated-PoS (DPoS) ciptaan Dan Larimer turut kecipratan ketenaran.
Ethereum yang mengekor Bitcoin dalam penerapan PoW berusaha untuk melakukan perubahan mendasar dari PoW menjadi PoS melalui pendekatan campuran (hybrid) dalam protokol Casper yang sedang digodok oleh Vitalik Buterin dan Vlad Zamfir. Namun, seperti yang kita lihat, perubahan tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bertahun-tahun roadmap menuju PoS berusaha diselesaikan, namun hingga sekarang hasil belum ditunjukkan.
Dari Miner menjadi Staker
Kesadaran akan perubahan iklim turut membawa angin perubahan dalam industri mata uang kripto. Kita mungkin akan melihat penggunaan PoS yang melampaui penggunaan PoW secara signifikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Para miner yang telah berinvestasi besar pun akan dipaksa melakukan pivot menjadi staker agar tetap signifikan dalam meraup profit. []
Comments are closed.