Angkatan Laut AS ingin memakai teknologi blockchain untuk mengamankan pesan komunikasi militernya. Perusahaan SIMBA Chain ditunjuk menyiapkan itu. Kontrak berjalan selama 5 tahun.
SIMBA Chain mengatakan, Jumat (7 Februari 2020), mereka telah mengantongi kontrak senilai US$9,5 juta dari Angkatan Laut Amerika Serikat.
Perusahaan itu diminta untuk membuat sistem khusus berbasis blockchain agar komunikasi internal mereka menjadi lebih aman daripada sebelumnya.
Sistem yang dibuat di Microsoft Azure itu akan memudahkan sistem komunikasi antara Angkatan Laut dan kekuatan udaranya. Tak hanya soal pengiriman pesan yang aman, rantai pasokan (supply chain) dan transaksi keuangan pun bisa dibuat jadi lebih efisien.
SIMBA Chain adalah tindak lanjut dari program DARPA Grant 2017, yang diberikan kepada Pusat Riset Komputasi dan ITAMCO Universitas Notre Dame.
“Kontrak ini adalah keistimewaan tak hanya bagi SIMBA dan banyak mitra kami, tetapi pula Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Mereka memerlukan satu sistem yang sangat aman dan dapat diandalkan dalam banyak operasi khusus dan misi-misi rahasia,” kata CEO SIMBA Chain, Joel Neidig.
Sebelumnya, ada Fluree yang mengantongi kontrak serupa dengan Angkatan Udara AS. Sistem itu, yang akan diterapkan pada tahun ini juga, memungkinkan Angkatan Udara AS untuk melacak bagaimana informasi masuk ke dalam sistem dan siapa siapa saja yang mengaksesnya. [Decrypt/Red]