Bank Indonesia Terus Kaji Penggunaan Blockchain

Selama 10 tahun usia Bitcoin eksis, dan dunia tengah berlomba-lomba mengembangkan teknologi canggih di baliknya, yakni blockchain. Negara lain sudah berani mengujicoba di skala industri, tak terkecuali Indonesia.

“Bahkan untuk IT kami sudah berpikir apakah nanti moving ke blockchain juga, karena memang isu dari electronic banking ini adalah keamanan,” kata Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo seperti yang dilansir dari CNBC Indonesia, Senin (5/10).

Ungkapan Bos Bank Mandiri tersebut mengisyaratkan sebuah inovasi masa depan. Hal yang sama terjadi di dunia. Industri perbankan dunia pun tengah berlomba-lomba mengadopsi kecanggihan dari teknologi yang menjadi dasar transaksi Bitcoin tersebut.

Bank Indonesia (BI) sendiri mengaku terus melakukan kajian terkait blockchain. Bukan hal mustahil jika nantinya teknologi blockchain bisa digunakan di berbagai bidang.

“Perkembangan teknologi telah mendorong berbagai perubahan dalam perekonomian. Salah satu inovasi yang berkembang adalah kripto, yang dimotori oleh teknologi distributed ledger dengan menggunakan blockchain. Kripto menarik antusiasme masyarakat global untuk memiliki dan memperdagangkannya. Beberapa kripto yang terkenal dan mempunyai kapitalisasi pasar terbesar adalah Bitcoin dan Ethereum,” demikian penjelasan BI.

Penjelasan BI tersebut tertuang dalam Laporan Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Rupiah terbaru yang disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo seperti dikutip, Rabu (11/7/2018).

Sekretaris Jenderal Asosiasi Blockchain Indonesia Pandu Sastrowardoyo mengungkapkan perkembangan blockchain di Indonesia sangat cepat sekali saat ini.

“Banyak sekali industri yang melihat blockchain ini sebagai solusi. Contoh, sebenarnya saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang menggunakan blockchain untuk membantu petani untuk menyelesaikan masalah logistik di pertanian,” kata Pandu saat dihubungi CNBC Indonesia, Sabtu (3/11/2018).

“Banyak juga dari perbankan dari perusahaan logistik yang belajar untuk menerapkan dan mengimplementasi blockchain,” imbuhnya.

Pandu mengatakan, harus bisa dibedakan antara Bitcoin atau cryptocurrency denan teknologi di belakangnya, yakni blockchain. Blockchain itu, sambungnya, positif sekali untuk diterapkan.

Saat ini, menurut Pandu, Asosiasi Blockchain Indonesia sudah banyak berbincang dengan regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sampai Bappebti dalam proses penggunaan blockchain di industri.

“Negara seperti Singapura sudah banyak perusahaan di sana yang menggunakan teknologi blockchain. Blockchain itu berbeda dengan cryptocurrency. Kemenkominfo sendiri sebenarnya bisa menerapkan blockchain untuk koordinasi antar instansi kementerian lainnya,” imbuhnya.

Perusahaan logistik dunia seperti Maersk bersama IBM mengembangkan TradeLens. Sebuah solusi keamanan dan efisiensi untuk shipping dengan menggunakan teknologi blockchain. Kemudian, beberapa perusahaan besar lainnya.

“Walaupun perbankan dalam negeri masih pada tahapan testing project dengan menggunakan blockchain, namun bukan berarti tidak mungkinn nantinya teknologi ini diadopsi secara luas di Indonesia,” papar Pandu.

Saat ini, Asosiasi Blockchain Indonesia sudah memiliki 9 anggota. Di mana sebenarnya sudah ada ratusan yang ingin bergabung.

“ketertarikannya cukup nyata dalam penggunaan teknologi blockchain. Semoga ke depan pemerintah dan perusahaan-perusahaan lain di dalam negeri bisa lebih sadar dan menggunakan teknologi blockchain sebagai solusi,” kata Pandu.

Lebih jauh Pandu mengatakan, blockchain pada dasarnya bisa diterapkan di banyak industri. Dari Perusahaan telekomunikasi, agriculture atau pertanian, logistik, bahkan edukasi. Dengan berkembangnya blockchain di Indonesia, nantinya negara tidak akan jauh tertinggal dari negara lain yang sudah banyak menggunakan teknologi di balik tenarnya Bitcoin tersebut. [cnbcindonesia/vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait