IKLAN

Bank Sentral Tiongkok Bantah Informasi Uang Digital Bersistem DCEP

Bank Sentral Tiongkok menyangkal kabar soal penerbitan uang digital bersistem DCEP (Digital Currency Electronic Payment). Berita soal DCEP mengemuka setelah Jack Lee, dari HCM Capital, mengatakan kepada CNBC, bahwa Tiongkok telah mengembangkan sistem pembayaran mata uang digital dan siap didistribusikan ke WeChat Pay dan AliPay dalam 3 bulan ke depan.

“Mereka (Bank Sentral Tiongkok-Red) sudah siap dengan sistem dan jaringan pembayarannya. Anda akan melihatnya segera, dalam dua hingga tiga bulan ke depan,” kata Lee kepada CNBC, Senin (12/11/2019).

Bank Sentral Tiongkok pun menyangkal informasi itu. “Bank Sentral Tiongkok belum menerbitkan mata uang digital resmi yang disebut oleh media menggunakan sistem DCEP (Digital Currency Electronic Payment). Kami juga belum mensahkan platform perdagangan manapun untuk melakukan transaksi. Bank Sentral Tiongkok memang telah mempelajari mata uang digital yang diterbitkan oleh negara sejak tahun 2014 dan kini masih dalam proses penelitian dan pengujian. Informasi yang beredar soal mata uang digital dan DCEP itu adalah tidak akurat,” sebut Bank Sentral Tiongkok di situs webnya.

Bank Sentral Tiongkok juga menegaskan, bahwa individu ataupun institusi yang melakukan transaksi mata uang digital berdasarkan sistem DCEP itu, dapat dianggap sebagai aksi penipuan.

Di luar istilah DCEP, pada Agustus 2019 lalu, seorang pejabat senior di Bank Sentral Tiongkok menyebutkan, bahwa negara itu akan segera meluncurkan mata uang digital bank sentral (Central Bank Digital Currency/CBDC).

BACA JUGA  Mantan Eksekutif Google Bergabung di Bursa Aset Kripto Coinbase Sebagai Chief Product Officer (CPO)

CBDC alias uang digital yang diterbitkan oleh bank sentral menggunakan teknologi blockchain, baik secara penuh ataupun campuran dengan teknologi lain.

Mu Changchun, Wakil Kepala Divisi Pembayaran dan Penyelesaian PBOC menyatakan bahwa rancangan CBDC sudah tersedia dan divisi riset di Bank Sentral telah sepenuhnya mengadopsi arsitektur blockchain untuk mata uang tersebut. CBDC itu tidak akan sepenuhnya bergantung pada arsitektur blockchain murni, sebab mata uang tidak memungkinkan memenuhi kebutuhan ritel. Menurut Changchun, mata uang tersebut tengah dalam tahap penelitian dan pengembangan sejak 2014.

“CBDC menggunakan dua tingkat pada struktur operasionalnya, di mana bank sentral adalah struktur lapis pertama dan sejumlah bank komersil adalah lapis kedua. Sistem ini (dan menggabungkan teknologi blockchain) ini sangat cocok untuk negara kita dan melancarkan sistem pengiriman uang digital,” kata Changchun seperti yang dilansir dari TheBlockCrypto. [Red]


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait