USDT Tether, stablecoin terbesar di dunia, memainkan peran vital dalam memfasilitasi miliaran transaksi setiap hari dan menggerakkan pasar kripto. Namun, berbagai pertanyaan muncul mengenai transparansi dan stabilitasnya.
Apa yang sebenarnya mendukung USDT, dan bagaimana dampaknya jika Tether mengalami kolaps? Artikel ini menguraikan risiko yang ada dan potensi dampaknya terhadap pasar kripto, termasuk Bitcoin, berdasarkan video terbaru dari Crypto Tips.
Dukungan Cadangan Tether: Benarkah Aman?
Tether mengklaim setiap token USDT didukung oleh cadangan yang cukup. Berdasarkan laporan audit independen oleh BDO Italia, Tether memiliki aset senilai US$125 miliar dengan kewajiban sebesar US$119 miliar, memberikan buffer sekitar US$6 miliar.
Cadangan ini sebagian besar terdiri dari 83,8 persen uang tunai atau setara kas, 3,95 persen logam mulia, 3,81 persen Bitcoin (BTC), dan sisanya investasi lainnya.
Namun, hanya 0,7 persen dari cadangan tersebut berbentuk uang tunai di bank, sementara 80 persen berada dalam bentuk obligasi pemerintah AS.
Menariknya, Tether adalah pemegang obligasi terbesar ke-18 di dunia, melebihi negara-negara seperti Jerman, Australia dan Uni Emirat Arab (UEA).
“Meskipun cadangan ini terlihat kuat, risiko tetap ada, terutama dari aset seperti Bitcoin dan investasi lainnya,” ujar Crypto Tips.
Bisakah Tether Runtuh?
Seperti halnya proyek besar lainnya di dunia kripto, Tether tetap memiliki risiko runtuh. Ketidakpastian ini diperparah oleh denda sebesar US$41 juta pada 2021 karena misrepresentasi cadangannya.
“Meskipun cadangan utamanya berupa obligasi pemerintah yang dianggap aman, tidak ada jaminan absolut dalam dunia kripto,” jelas Crypto Tips.
Jika Tether runtuh, dampaknya akan dirasakan secara luas. Pasar kripto kemungkinan besar akan mengalami guncangan besar, meskipun dampaknya mungkin hanya bersifat sementara.
“Teknologi dasar seperti Bitcoin akan tetap bertahan, meskipun dalam jangka pendek efeknya bisa cukup parah,” tambahnya.
Dampak Potensial terhadap Pasar Kripto
Runtuhnya Tether dapat menyebabkan kekacauan di pasar global, termasuk penjualan besar-besaran aset. Bahkan negara besar seperti Jepang dan Tiongkok, yang juga memegang banyak obligasi pemerintah AS, dapat terdampak. Meski demikian, ruang kripto memiliki sejarah belajar dari kegagalan masa lalu.
“Pasar bebas akan terus berinovasi dan memperkuat stablecoin generasi berikutnya,” ujar Crypto Tips.
Dan Bitcoin, sebagai aset utama dalam dunia kripto, juga akan terpengaruh oleh kemungkinan kejatuhan Tether. Dalam jangka pendek, harga Bitcoin dapat mengalami tekanan. Namun, sejarah menunjukkan bahwa Bitcoin mampu bertahan dari berbagai tantangan.
“Dengan visi jangka panjang, dampak ini hanyalah hambatan kecil dalam perjalanan panjang Bitcoin,” tutup Crypto Tips. [st]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.