Bitcoin (BTC) Tak Sakti Lawan Inflasi, Menuju US$12 Ribu?

Kenneth Rapoza, penulis kontributor Forbes.com, berkata Bitcoin (BTC) tidak mampu melawan inflasi dan akan menuju harga US$12 ribu.

Bitcoin dengan batas suplai 21 juta BTC disebut sebagai alat simpan nilai oleh Goldman Sachs dan perlindungan terhadap inflasi. Tetapi, ekonomi AS yang dilanda inflasi menyebabkan pasar kripto menurun tajam.

“Bitcoin tidak kebal terhadap faktor makroekonomi. Faktor seperti keputusan Federal Reserve soal suku bunga berdampak terhadap sentimen investor,” jelas Andrei Grachev dari DWF Labs.

Ia menambahkan, ketidakjelasan pasar menyebabkan investor mencari aset yang beresiko rendah, sedangkan BTC masih dipandang sebagai aset baru yang volatil.

Investor institusi yang membeli BTC akan menjualnya ketika pasar melesu. Korelasi BTC dianggap memiliki korelasi dengan pasar saham teknologi.

Bitcoin dan Inflasi 

Dalam jangka pendek, BTC terkorelasi terhadap pasar saham. Investor telah menjual indeks S&P 500 selama dua pekan terakhir, dan BTC menurun tajam pada pertengahan Agustus lalu. Selama lima hari menuju Labor Day di AS, BTC menurun 1,1 persen sedangkan S&P 500 menurun 2,6 persen.

Tahun lalu, BTC mengikuti pergerakan indeks saham NASDAQ alih-alih mengikuti aset perlindungan inflasi seperti emas.

Abraham Piha, co-founder Tomi.com, solusi cloud computing desentralistik berkata, “Harga BTC yang terkorelasi dengan pasar saham berarti kita masih jauh dari visi desentralisasi Satoshi.”

Ia menambahkan, pasar kripto masih dikuasai oleh hedge fund di Wall Street dengan likuiditas yang besar. Bila BTC berhasil mencapai desentralisasi, maka BTC bisa menjadi alat simpan nilai dan melindungi terhadap inflasi.

Sejak BTC diciptakan, ekonomi dunia berada dalam era suku bunga rendah yang mendorong investor untuk mencari aset beresiko.

Penurunan harga aset kripto disebabkan oleh suku bunga yang ditingkatkan demi mengurangi likuiditas yang berlebihan di pasar modal, mengurangi inflasi dan memperkuat dolar AS (USD).

Naeem Aslam dari AvaTrade berkata BTC dan USD memiliki sebab akibat kuat. Ketika indeks USD naik, harga BTC seringkali melemah.

Ia memprediksi bila harga BTC terus merosot akibat USD yang menguat, maka tekanan jual dapat mendorong BTC menuju US$12 ribu.

BTC belum berusia cukup untuk terbukti sebagai perlindungan terhadap inflasi. Kendati suplainya terbatas, harga BTC masih dipengaruhi oleh sentimen investor. BTC masih berpeluang diterima dalam jangka panjang dan menjadi lebih stabil.

“Alih-alih inflasi, BTC adalah perlindungan terhadap pelemahan mata uang dan menjadi alternatif terhadap uang bank sentral,” jelas Ben Caselin, Kepala Riset dan Strategi AAX Hong Kong.

Ia menambahkan, di negara seperti Argentina, Turki, Nigeria yang mengalami inflasi parah selama puluhan tahun, BTC terbukti sebagai perlindungan terhadap inflasi. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait