Harga Bitcoin (BTC) tertahan di kisaran US$85 ribu di awal pekan ini, pelaku pasar pun menanti arah tujuan baru, menurut analis Reku.
Harga Bitcoin masih tertahan di kisaran US$85.000 meskipun sempat pulih dari level terendah US$75.000 dalam sepekan terakhir. Sejak akhir pekan lalu, pergerakan Bitcoin cenderung datar di tengah minimnya pemicu baru untuk mendorong reli lanjutan.
Per Selasa (15/4/2025) malam, harga kripto nomor wahid itu sempat bertengger di US$86.444, naik tipis dibandingkan hari sebelumnya.
Kenaikan harga ini sempat ditopang oleh pelonggaran kebijakan tarif dari Amerika Serikat dan rilis data inflasi CPI bulan Maret yang berada di bawah ekspektasi pasar. Namun, kedua sentimen tersebut belum cukup kuat untuk membawa Bitcoin keluar dari fase konsolidasi.
Bitcoin (BTC) Berpotensi Menembus US$95 Ribu Kembali
Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, mengatakan Bitcoin (BTC) saat ini berada dalam fase menunggu dan kemungkinan besar akan mencoba menembus pola pergerakan mendatar. Ia menilai bahwa jika berhasil menembus area tersebut, Bitcoin berpotensi naik ke kisaran US$95.000.
Fahmi menambahkan bahwa risiko koreksi ke bawah tetap terbuka dengan potensi penurunan hingga US$74.000, terutama menjelang rilis data penjualan ritel AS pada 16 April yang dinilai bisa mencerminkan kondisi konsumsi domestik dan keyakinan konsumen terhadap arah ekonomi.
Ia juga menyoroti pentingnya data suplai uang beredar M2 di Negeri Paman Sam yang akan diperbarui pada 22 April mendatang. Menurutnya, data terakhir yang dirilis pada 25 Maret menunjukkan M2 berada di angka US$21.671 miliar, yang merupakan salah satu posisi tertingginya sepanjang sejarah.
Fahmi menjelaskan bahwa peningkatan suplai uang beredar dalam konteks pasar yang mulai stabil dapat memberikan dorongan tambahan bagi aset-aset berisiko seperti kripto. Ia menyebut bahwa indikator-indikator ini harus terus diperhatikan oleh investor karena bisa memberikan gambaran arah pergerakan pasar dalam jangka menengah.

Sementara itu, DXY yang mencerminkan kekuatan dolar terhadap mata uang global kini berada di titik terendah sejak April 2022. Menurut Fahmi, kondisi ini membuka peluang bagi investor untuk melirik aset alternatif seperti Bitcoin dan altcoin yang memiliki likuiditas serta kapitalisasi pasar yang besar.
Ia menjelaskan bahwa dinamika serupa pernah terjadi pada akhir tahun 2017, ketika pelemahan dolar menjadi awal dari reli besar di pasar kripto. Fahmi menilai bahwa kondisi saat ini memiliki kemiripan secara struktur makro dengan periode tersebut.

Di tengah ketidakpastian, Fahmi menyarankan investor untuk tetap tenang dan fokus pada strategi jangka panjang. Ia menegaskan bahwa pasar kripto masih menyimpan potensi besar meskipun volatilitas jangka pendek tidak bisa dihindari.
Fahmi merekomendasikan metode dollar cost averaging (DCA) sebagai strategi masuk yang lebih aman bagi pemula.
Dollar Cost Averaging Crypto: Definisi dan Cara Melakukannya!
Ia menyebut bahwa fitur seperti Packs di aplikasi Reku dapat membantu investor melakukan diversifikasi secara praktis sekaligus otomatis berkat sistem rebalancing yang menyesuaikan alokasi investasi sesuai kondisi pasar. [ps]