Bitcoin Harus Kembali ke Visi Awal Satoshi Nakamoto?

Wacana soal Bitcoin harus kembali ke visi awal Satoshi Nakamoto mungkin kurang popular. Bagi Sylvain Saurel, penulis di Inbitcoinwetrust, Bitcoin harus digunakan agar memberikan manfaat lebih besar, tak sekadar sebagai alat spekulasi.

Di makalah (paper) yang diterbitkan pada 31 Oktober 2008 silam, Satoshi Nakamoto menjabarkan Bitcoin sebagai uang tunai elektronik peer-to-peer yang membantu pembayaran secara daring di Internet, dikirim langsung dari satu pihak ke pihak lain tanpa melalui perantara lembaga keuangan.

Dengan kata lain, Satoshi ingin menciptakan sistem pembayaran desentralistik yang terbebas dari lembaga keuangan yang umumnya bertindak sebagai pihak ketiga. Hal ini menunjukkan Bitcoin merupakan respons serius terhadap kegagalan sistem keuangan tradisional.

Rasa tidak percaya itu sesuai dengan iklim keuangan pada akhir 2008, di mana dunia baru saja memasuki krisis ekonomi parah setelah jatuhnya bisnis sektor properti di Amerika Serikat pada tahun 2007. Bitcoin lalu menjadi popular kala itu di kalangan pegiat teknologi yang kecewa terhadap kekurangan sistem keuangan tradisional.

Pada saat itu, Bitcoin baru saja menembus harga US$1.000 ribu, sehingga menjadi daya tarik bagi media untuk menarik perhatian publik terhadap mata uang atau jenis aset digital baru itu. Tetapi, dampaknya adalah Bitcoin kemudian menjadi instrumen untuk spekulasi.

Banyak investor membeli Bitcoin sekadar untuk meraih cuan dengan membeli Bitcoin, tapi tidak membelanjakannya. Mata uang rakyat yang desentralistik dan transparan itu menjadi hanya alat spekulasi sederhana.

Hal ini diperparah oleh influencer yang meramalkan harga Bitcoin akan mencapai US$1 juta di masa depan. Akibat dari kegilaan terhadap harga ini cukup dramatis bagi Bitcoin, yaitu sisi revolusionernya kurang diketahui oleh kalangan umum.

Publik tidak berada dalam posisi untuk mampu melihat sisi revolusioner Bitcoin dan apa yang bisa dihadirkannya bagi dunia. Bank sentral, ekonom dan regulator di negara maju memanfaatkan situasi ini demi melindungi kepentingan mereka masing-masing.

Di tengah maraknya “spekulasi gila” yang terjadi di Bitcoin dan aset kripto, mudah sekali bagi bank sentral untuk mencela sisi berbahaya Bitcoin. Berbahaya, sebab Bitcoin sangat volatil tetapi juga menjadi jaringan favorit bagi kriminal untuk mencuci uang, klaim bank sentral.

Pemegang (“hodler“) Bitcoin merupakan pendukung paling setia dan ini jumlahnya banyak. Mereka meyakini di masa depan, Bitcoin akan menjadi mata uang cadangan dunia dan menggantikan sistem keuangan tradisional. Mereka tidak menjual Bitcoinnya, sebagai wujud ideologis visi awal Bitcoin.

Keyakinan ini mendorong pemegang Bitcoin untuk mengakumulasi lebih banyak pada harga berapapun setiap bulannya. Menariknya, sikap ini justru menjadikan pemegang Bitcoin sebagai lawan.

“Bitcoin harus ditransaksikan agar kegunaannya meningkat bagi orang-orang, dan memiliki peluang menggantikan sistem keuangan tradisional atau setidaknya menjadi alternatif yang mumpuni,” kata Saurel.

Sebab itu, Bitcoin harus kembali ke visi awal Satoshi, jelas Saurel. Semakin banyak Bitcoin yang digunakan dalam transaksi harian, semakin berguna Bitcoin, yang sekaligus meningkatkan harganya. [medium.com/swlh/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait