Sinyal reli parabolik Bitcoin kembali mencuat, dan tentu saja, bukan sekadar ramalan kosong. Ibrahim Cosar, seorang analis on-chain di CryptoQuant, mengungkap bahwa pergeseran perilaku investor kini mulai terlihat dari data internal jaringan.
Lewat serangkaian siaran langsung dalam sebulan terakhir, ia sudah lebih dulu menyampaikan prediksi ini. Namun kini, ia membawa satu metrik yang disebutnya sebagai kunci pembeda, yakni Growth Rate Difference antara kapitalisasi pasar (market cap) dan realized cap Bitcoin.
Tak semua orang punya waktu atau minat untuk menganalisis metrik semacam ini. Tapi jika kamu pernah mencoba menakar apakah harga sebuah rumah terlalu tinggi dibanding nilai sesungguhnya yang dibayar pemilik sebelumnya, maka kamu sudah berada di jalur yang sama.
Begitulah logika dari metrik ini, di mana ia membandingkan pertumbuhan nilai pasar BTC, harga dikalikan pasokan, dengan nilai yang “direalisasikan,” yaitu harga rata-rata saat koin terakhir berpindah tangan.
Metrik yang Membedakan Optimisme dari Realitas
Menurut Cosar, ketika market cap tumbuh lebih cepat dari realized cap, itu menandakan bahwa pasar sedang dalam fase optimis. Harga naik, pembeli baru masuk dan investor lama mulai memetik untung. Situasi ini sering menjadi ciri khas dari kondisi bull market.
Namun di sisi lain, jika realized cap justru tumbuh lebih cepat, artinya banyak investor mulai menjual aset mereka, tetapi harga tidak ikut naik. Ini menunjukkan terjadinya realisasi kerugian, dan itu bukan sinyal menyenangkan. Biasanya kondisi seperti ini terlihat saat pasar sedang koreksi atau bahkan memasuki fase bearish.
“Indikator ini menunjukkan perilaku investor di balik pergerakan harga, yang tak bisa dilihat hanya dari grafik biasa,” ujar Cosar dalam penjelasan terbarunya.
Ia pun menambahkan bahwa indikator ini sangat berguna untuk membaca potensi titik puncak atau dasar pasar sebelum pasar umum menyadarinya.
Zona Hijau yang Membawa Harapan untuk Bitcoin
Menariknya, dari grafik yang ia tunjukkan, pergeseran dari zona merah menuju zona hijau baru saja terjadi. Ini menandakan bahwa untuk kali pertama dalam beberapa waktu, market cap kembali melesat lebih cepat dari realized cap. Dan jika pola masa lalu terulang, hal ini bisa menjadi awalan dari lonjakan harga BTC yang lebih agresif.
Cosar bahkan menyamakan momen ini dengan lonjakan yang terjadi pada harga emas dalam beberapa waktu terakhir. Dengan kata lain, Bitcoin mungkin sedang mengatur napas sebelum melesat ke atas, bukan naik santai, tapi naik dengan cara yang membuat orang mengucek mata dua kali.
Namun demikian, pasar kripto bukan tempat untuk merasa terlalu nyaman. Sejarah mengajarkan bahwa kejutan bisa datang kapan saja. Misalnya, sentimen makroekonomi, keputusan suku bunga di AS, atau pergerakan besar dari institusi bisa dengan cepat mengubah arah grafik.
Tidak Cuma Harga, Tapi Keyakinan
Yang membuat metrik ini lebih menarik adalah fakta bahwa ia tak hanya melihat angka, tetapi juga mencerminkan psikologi pasar. Ketika banyak investor menambah posisi meski harga belum melonjak, itu seperti seseorang membeli lebih banyak tanah karena yakin wilayah itu akan berkembang, meskipun toko dan jalan raya belum dibangun.
Lebih lanjut lagi, transisi dari merah ke hijau pada grafik bukan sekadar visual manis. Ini bukti bahwa kepercayaan investor mulai pulih. Dan jika pola historis menjadi acuan, lonjakan semacam ini seringkali menandai awal dari siklus kenaikan besar.
Tentu, tidak ada jaminan bahwa BTC akan langsung melonjak seperti roket. Tapi data yang ditunjukkan Cosar memberikan secercah panduan di tengah kabut ketidakpastian. Dan di dunia kripto yang bergerak cepat, informasi semacam ini sering kali menjadi pembeda antara panik dan percaya diri.
Apakah ini saatnya Bitcoin kembali unjuk gigi? Jika kamu percaya pada sinyal on-chain, jawabannya mungkin lebih dekat dari yang terlihat. [st]