Bitcoin Sudah Terkoreksi 22 Persen, Ambruk?

Bitcoin terkoreksi lebih dari 22 persen sejak menyentuh harga puncak US$41.969,99 pada 8 Januari 2021 lalu. Per 11 Januari 2021 hari ini pukul 14.00 WIB, diperdagangkan di kisaran US$32.330,01. Bitcoin kehilangan nilai hingga Rp136 juta.

Dilansir dari Bloomberg hari ini, Howard Wang, salah seorang pendiri Convoy Investments LLC mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan Bitcoin saat ini tidak berkelanjutan.

“Bitcoin hampir pasti berada dalam gelembung lain dan tingkat pertumbuhannya saat ini tidak berkelanjutan. Walaupun mungkin jatuh tempo di masa depan, Bitcoin seperti yang ada sebagian besar merupakan aset spekulatif,” kata Wang.

Bahkan Scott Minerd, Kepala Investasi Guggenheim Investments mengungkapkan, bahwa pasar saat ini memang sedang beraksi ambil untung alias profit taking.

“Kenaikan parabolik Bitcoin tidak berkelanjutan dalam waktu dekat,” tegas Minerd yang sangat bullish terhadap Bitcoin, karena diprediksi mencapai US$400 ribu.

Namun Vijay Ayyar, Kepala Pengembangan Bisnis Luno di Singapura mengatakan bahwa penurunan ini belum dipastikan sebagai awal koreksi yang lebih besar.

Scott Minerd: Harga Bitcoin Bisa US$400 Ribu

“‘Gangguan parabolik’ ini tampaknya wajar. Tapi ke depan masih berpotensi pulih hingga US$44.000, sebelum koreksi sesungguhnya,” kata Ayyar.

Wilayah Overbought
Berdasarkan Grafik Mayer Multiple Price Bands, sejak 6 Januari 2021 ketika menyentuh lebih dari US$36 ribu, Bitcoin sudah mulai masuk wilayah wilayah overbought. Wilayah ini adalah penanda umum akan terjadi koreksi.

Berdasarkan indikator Squeeze Momentum pada skala harian, harga memang tampak terkoreksi dalam, setelah munculnya bar hijau tua melandai di sisi kanan bar hijau muda.

Dalam beberapa hari kita masih memastikan lagi, apakah pada skala harian itu, akan muncul bar merah berukuran pendek, yang mungkin memastikan akan terjadinya koreksi lanjutan. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait