BRICS Tak Terburu-buru Soal Mata Uang Bersama

Menteri Hubungan Internasional Afrika Selatan, Naledi Pandor, telah mendorong negara-negara BRICS untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan saat mereka bertemu pada bulan Agustus untuk membahas mata uang bersama.

Pandor mengatakan negaranya tidak akan menghindar dari diskusi yang berkaitan dengan kepentingan nasional negaranya.

Menteri tersebut juga mengungkapkan bahwa utang Afrika Selatan terutama dalam denominasi dolar, sehingga negara tersebut tidak dapat dengan mudah meninggalkan dolar.

Mendirikan Mata Uang Bersama BRICS

Dengan beberapa bulan sebelum Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan (BRICS) berkumpul di Johannesburg untuk membahas peluncuran mata uang bersama.

Menteri hubungan internasional Afrika Selatan mengatakan negara anggota harus berhati-hati dalam mengambil keputusan tergesa-gesa, dikutip dari News.Bitcoin.

Dalam pernyataannya yang dipublikasikan oleh Bloomberg, menteri tersebut, Naledi Pandor, mengatakan sementara desakan untuk mencari alternatif dari dolar semakin meningkat, negara BRICS masih perlu mendekati diskusi ini dengan tanggung jawab.

Peringatan dari menteri hubungan internasional Afrika Selatan ini muncul di tengah panggilan-panggilan yang semakin meningkat untuk mendirikan mata uang bersama yang akan digunakan oleh negara-negara BRICS.

Rusia, yang telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah memimpin panggilan-panggilan tersebut untuk menciptakan alternatif dari sistem keuangan yang didominasi oleh dolar.

Meskipun banyak negara telah menyatakan kesiapannya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar, beberapa ahli mengatakan bahwa keruntuhan dolar yang sangat diantisipasi tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Orang lain seperti Dave Ramsey, seorang ahli keuangan pribadi dan penulis terlaris, telah menyatakan bahwa negara-negara BRICS tidak memiliki kekuatan untuk menggulingkan dolar.

Tidak Mudah Meninggalkan Dolar AS Namun, meskipun ada peringatan-peringatan ini oleh komentator-komentator ekonomi yang cenderung pro-dolar AS.

Pandor mengatakan bahwa Afrika Selatan tidak akan menghindar dari diskusi yang berkaitan dengan kepentingan nasional negaranya. Pandor mengakui bahwa gagasan menggantikan dolar AS dengan mata uang lain tidak akan mudah.

“Saya tidak suka mengantisipasi diskusi para pemimpin BRICS. Ini adalah masalah yang harus kita bahas dan bahas dengan baik,” ujar Pandor.

“Saya tidak berpikir kita harus selalu menganggap bahwa gagasan tersebut akan berhasil karena ekonomi sangat sulit dan Anda harus mempertimbangkan semua negara, terutama dalam pertumbuhan yang rendah ketika Anda sedang keluar dari krisis,” tambahnya.

Menteri tersebut juga mengungkapkan bahwa utang Afrika Selatan terututama dalam denominasi dolar, oleh karena itu negara tersebut tidak dapat dengan mudah meninggalkan dolar.

Sementara itu, perusahaan pengelola uang yang berbasis di Afrika Selatan, Vestact, juga dikutip dalam laporan tersebut menolak saran bahwa dolar akan digulingkan oleh alternatif seperti yuan Tiongkok.

Menurut pengelola uang tersebut, tidak ada mata uang lain yang memiliki pengakuan, stabilitas, dan kekuatan ekonomi yang sebanding dengan dolar. [az]

Terkini

Warta Korporat

Terkait