Mengawali tahun 2019, industri kripto Indonesia kedatangan “tamu” baru dari Korea Selatan, Upbit. Bursa kripto peringkat 33 dunia, versi Coinmarketcap ini, resmi menggelar lapak di Indonesia, Selasa (29/1).
Alex Kim, CEO Upbit Asia Pasifik mengatakan, Indonesia menjadi negara ketiga lokasi peluncuran Upbit setelah Korea Selatan sendiri dan Singapura. Indonesia dipilih, karena tingginya animo masyarakat Indonesia terhadap aset kripto. Selain itu, perkembangan ekosistem kripto di negara ini juga terbilang positif.
“Kami optimistis Indonesia akan memainkan peran utama dalam strategi ekspansi Upbit di Asia Pasifik,” ujarnya di Jakarta, Selasa (29/1).
Steven Suhadi, Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) yang hadir saat peluncuran Upbit di Jakarta mengatakan, kehadiran bursa asing di Indonesia tidak serta merta akan mematikan bursa lokal. Menurutnya, fenomena kehadiran pemain asing sudah terjadi pada marketplace e-commerce. Tetapi, nyatanya marketplace lokal pun tetap eksis.
Steven mengatakan, Indonesia memang pasar yang potensial untuk industri kripto. Meski saat ini, menurutnya, baru sekitar 1 persen masyarakat Indonesia yang memegang kripto, tetapi ke depan diperkirakan akan terus bertambah. Dan secara fundamental, menurutnya semakin baik terutama dari sisi dukungan regulasi dari pemerintah.
Seperti diketaui, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan dalam Permendag No 99 tahun 2018, sudah menetapkan kripto sebagai komoditas yang layak sebagai subjek perdagangan di bursa berjangka (features). Namun, beleid ini menugaskan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) untuk membuat regulasi lebih teknis soal perdagangan kripto aset.
“Kalau saatnya regulasi sudah keluar dari Bappebti, itu membantu meyakinkan masyarakat untuk menggunakan bursa seperti Upbit dan anggota-anggota lain dari ABI,” ujar Steven.
Seperti pada marketplace e-commerce, menurutnya, pada akhirnya akan ada konsolidasi, di mana bursa yang kuat dan yang berhasil memberikan value kepada masyarakat yang akan menang dan bertahan.
“Entah itu lokal atau barangkali dari luar, kita akan lihat. Tetapi kuncinya, saya pikir mereka memberikan manfaat kepada masyarakat dan pelanggan mereka,” ujarnya.
Steven juga mengatakan, ada dua hal yang mesti diperhatikan pengelola bursa jika ingin tetap menjadi pilihan pengguna. Pertama, trust yang dibentuk dari keamanan (security).
“Soal ini, layanan mereka yang tidak diretas, mereka ini layak dipercaya,” ujarnya. Trust ini, menurutnya terbentuk dalam waktu yang tidak singkat.
Kedua, menjaga likuiditas. “Kalau saya mau beli dan jual, kalau memang fungsinya cepat, itu pasti banyak orang datang ke mereka,” ujarnya. [jul]