Bursa Kripto Diretas, Edukasi Pengguna Jangan Sampai Lepas

Masalah ini sangat serius, bahkan bisa dibilang “dua rius”. Kasus peretasan bursa kripto seakan-akan tak pernah sepi menghiasi bisnis blockchain dan kripto secara global. Di Indonesia sendiri kita melihat sendiri kian banyak perusahaan bursa kripto yang buka lapak. Pengusaha sangat memahami ceruk pasar Indonesia yang kian doyan cuan, yang didominasi oleh kaum Milenial.

Beberapa di antaranya bahkan mendirikan perusahaan dan menjalankan proyek jual koin alias Initial Coin Offerings (ICO), mulai dari yang serius sampai yang abal-abal sekalipun. Di lahan basah itu justru tersimpan resiko tinggi peretasan, khususnya terhadap bursa kripto, seiring dengan semakin banyaknya jumlah pengguna. Itu diperparah dengan belum kunjung tibanya regulasi khusus bisnis baru ini dari pemerintah negara yang sangat kita cintai ini.

Di negeri nun jauh di sana, di Jepang, kabar terakhir soal peretasan terhadap Zaif, mereka akan mengganti rugi duit nasabah yang hilang melalui perusahaan lain, yakni Fisco Digital Asset Group. Soal jadwal ganti rugi masih belum jelas, karena masih menunggu hasil perundingan lagi, yang akan dilaksanakan pada 22 Oktober dan 22 November mendatang.

Peretasan terhadap Zaif, yang dikelola oleh Tech Bureau itu, terjadi pada 14 September 2018 lalu, tetapi baru diketahui tiga hari kemudian. Total kripto yang melayang mencapai US$60 juta atau setara dengan Rp911 miliar. Sekitar Rp607,5 miliar di antaranya adalah milik nasabah. Peretas berjaya mengendalikan hot wallet yang memungkinkan peretas merampas Bitcoin, Bitcoin Cash dan Monacoin di dalamnya. Ada 5.966 Bitcoin yang berpindah tangan. Namun, untuk Bitcoin Cash dan Monacoin, jumlahnya belum dijelaskan.

Keputusan mengganti rugi itu memang patut dipuji. Tetapi permasalahan lainnya menyusul adalah Zaif memutuskan menutup perusahaannya dan menjual sebagian besar sahamnya kepada Fisco. Atau dengan kata lain, ganti rugi secara langsung datang dari tangan Fisco, yang juga mengelola bursa kripto di Jepang.

“Dalam kontrak resmi antara Fisco dan Zaif disebutkan, penggantian rugi akan ditransfer oleh Fiscal. Bagi nasabah yang kehilangan Bitcoin dan Bitcoin Cash, akan digantikan dengan cadangan milik Fiscal sendiri. Sementara itu, bagi yang kehilangan Monacoin akan digantikan dengan uang yen setara 144 yen (lebih dari Rp18 ribu) per Monacoin,” sebut pernyataan resmi Zaif, seperti yang dilansir dari CCN, 11 Oktober lalu.

Pada 20 September, dalam kontrak itu disebutkan, Zaif menyetorkan uang kontan sebesar US$44,59 juta, dan US$40 juta akan digunakan untuk proses mengganti rugi.

Jauh sebelum peretasan terjadi, Badan Jasa Keuangan Jepang atau Financial Services Agency (FSA) sudah mewanti-wanti Zaif untuk memperbaiki sistem keamanan platform-nya. Karena, berdasarkan hasil penyelidikan FSA, Zaif masih memiliki kelemahan sistem, yang berpotensi adanya peretasan. Bahkan pada Maret dan Juni FSA mendesak Zaif untuk segera memperbarui izin operasinya. Belakangan diketahui oleh FSA, beberapa akun di Zaif tidak melalui tahapan know your customer (KYC) dan anti money laundering (AML), yang membuat pihak berwenang Jepang sulit melakukan pelacakan.

Di sisi lain, FSA menerima lebih dari 160 permohonan dari banyak perusahaan untuk mendirikan bursa kripto di Jepang.

Merlina Li, Head of Partnership Triv.co.id memandang bisnis bursa kripto adalah bisnis berisiko tinggi. Katanya, sangat diperlukan moral dan tanggung jawab yang tinggi dari para pendirinya.

“Saya pikir Zaif termasuk perusahaan bursa kripto yang bertanggung jawab, karena bersedia mengganti kerugian pengguna. Secara umum saya berpandangan, pendiri sebuah bursa kripto jangan hanya mau untung saja. Untuk membuatnya diperlukan pendiri yang berpengalaman di bidangnya. Penting untuk disorot, bahwa bursa kripto yang centralized sangat berisiko, sehingga kepercayaan adalah aspek penting di sini. Pemilik juga berkewajiban mengedukasi penggunanya agar memindahkan sebagian kripto mereka ke wallet pribadi,” kata Merlina melalui Telegram, kemarin, (12/10).

Merlina Li, yang juga anggota pendiri Indonesia Blockchain Network (IBN) itu memrediksi, tren di masa depan adalah peralihan bursa kripto dari centralized ke decentralized. Dengan konsep berbeda itu, aset pengguna akan lebih aman, karena private key wallet dikendalikan secara langsung oleh pengguna, bukan oleh pengelola bursa.

Dimaz Ankaa Wijaya, peneliti pada Blockchain Research Joint Lab Universitas Monash, Australia mengatakan, rencana kompensasi Zaif itu jauh lebih baik daripada bursa lain, seperti Bitgrail.

“Bursa kripto dan layanan perbankan biasa akan selalu menghadapi persoalan peretasan. Apabila peristiwa peretasan ini terjadi, tentu saja menjadi tanggungjawab pemilik perusahaan untuk melindungi kepentingan pengguna. Langkah yang ditempuh Zaif ini perlu mendapatkan apresiasi, karena tidak semua perusahaan yang mengalami peretasan mengembalikan dana milik pengguna. Contohnya adalah Bitgrail, yang sampai detik ini tidak bertanggung jawab,” kata Dimaz. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait