Bank Indonesia (BI) tampaknya semakin serius dalam menjajaki pengembangan CBDC Indonesia dengan meluncurkan inisiatif Project Garuda. Proyek Rupiah Digital merupakan langkah konkret BI dalam merespons perkembangan ekonomi digital dan tantangan yang ditimbulkan dari sistem pembayaran modern.
Perjalanan Awal Rupiah Digital Melalui Project Garuda
Tahap awal eksplorasi CBDC di Indonesia difokuskan pada Rupiah Digital dalam bentuk wholesale atau Wholesale Rupiah Digital (wRD).
Berdasarkan laporan Proof of Concept (PoC) Project Garuda yang dirilis pada Desember 2024, fokus utama Bank Indonesia adalah menguji kelayakan teknologi Distributed Ledger Technology (DLT) untuk mendukung proses suplai uang, mulai dari penerbitan (issuance), transfer dana, hingga penukaran kembali (redemption).
Dua platform teknologi yang diuji dalam tahap ini adalah R3 Corda dan Hyperledger Besu, masing-masing dengan karakteristik unggulan seperti privasi, kecepatan, dan skalabilitas.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa Project Garuda adalah upaya menjaga kedaulatan Rupiah di era digital dan saat ini proyek CBDC Indonesia tersebut baru saja menyelesaikan fase pertamanya.
“Bank Indonesia melalui Project Garuda telah menyelesaikan fase pertama eksplorasi Rupiah Digital, yang dikenal sebagai Immediate State, yang ditandai dengan selesainya tahap proof of concept wholesale Rupiah,” kata Perry.
Selain itu, pengembangan Rupiah Digital juga diarahkan untuk terintegrasi dengan infrastruktur keuangan domestik maupun lintas negara. Hal ini memastikan sistem pembayaran Indonesia tetap relevan dan mampu bersaing dalam skala global.
Bank Indonesia merancang integrasi teknologi R3 Corda dengan sistem BI-RTGS (Real-Time Gross Settlement) sebagai bagian dari uji konsep (PoC) pengembangan Rupiah Digital, mata uang digital bank sentral Indonesia.
R3 Corda berfungsi sebagai platform blockchain yang mendukung transaksi keuangan secara aman, cepat, dan transparan. Integrasinya dengan BI-RTGS memastikan distribusi dan pengelolaan Rupiah Digital berjalan efisien dan real-time.
Langkah ini menjadi tonggak penting dalam pemanfaatan teknologi blockchain di sektor perbankan, sekaligus memperkuat kedaulatan Rupiah di era digital melalui efisiensi, transparansi, dan keamanan sistem pembayaran.
Uji Kelayakan Teknologi dan Rencana Tahapan Selanjutnya
Dalam pengembangan CBDC Indonesia, BI melalui Project Garuda membagi eksplorasi menjadi tiga fase: Immediate State, Intermediate State, dan End State. Tahap Immediate State yang baru saja diselesaikan menekankan pada pengujian Rupiah Digital dalam skenario wholesale untuk bank dan lembaga keuangan.
Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menegaskan bahwa proof of concept ini adalah langkah strategis untuk menguji kelayakan blockchain yang mendukung pengembangan model bisnis Rupiah Digital.
“Pengujian ini dilakukan secara komprehensif, mencakup aspek teknis krusial, keamanan transaksi, dan interoperabilitas dengan sistem pembayaran serta infrastruktur keuangan yang sudah ada,” ujar Juda Agung.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa DLT dapat diandalkan untuk menjalankan model bisnis Rupiah Digital dengan efisiensi yang lebih baik.
Implementasi teknologi ini juga memungkinkan otomatisasi transaksi melalui penggunaan smart contract, meningkatkan transparansi, dan mengurangi risiko kesalahan manual.
Perry Warjiyo juga menambahkan bahwa tahapan pengembangan tersebut merupakan langkah penting untuk implementasi CBDC pada sistem keuangan yang lebih luas.
“Tahap proof of concept ini tidak hanya menjadi sarana pengujian teknis, tetapi juga alat untuk memastikan adopsi jangka panjang dan keberhasilan implementasi Rupiah Digital di Indonesia,” jelasnya.
Infrastruktur yang dirancang pada CBDC Indonesia menampilkan bagaimana platform R3 Corda diimplementasikan pada AWS untuk mendukung klaster peserta wholesale. Setiap node dalam konfigurasi ini berfungsi sebagai titik akses yang aman dan terpercaya untuk transaksi keuangan.
Konfigurasi ini memungkinkan pengujian berbagai skenario operasional dan teknis untuk memastikan bahwa teknologi R3 Corda dapat berfungsi secara optimal dalam mendukung Rupiah Digital sebagai mata uang digital bank sentral Indonesia.
Ini adalah langkah penting dalam pengembangan dan penerapan Rupiah Digital, menunjukkan kesiapan infrastruktur untuk mendukung skenario penggunaan skala besar.
Ancaman Quantum Computing terhadap Keamanan Rupiah Digital
Meskipun perkembangan Rupiah Digital terus berjalan, ancaman dari teknologi Quantum Computing menjadi perhatian utama. Komputer kuantum, seperti Willow milik Google, menunjukkan potensi untuk membobol enkripsi dalam jaringan blockchain, termasuk yang digunakan oleh CBDC Indonesia.
Bisakah Komputer Kuantum Terbaru dari Google Membobol Bitcoin?
Teknologi ini mampu menyelesaikan perhitungan yang membutuhkan waktu 10 septiliun tahun bagi komputer konvensional hanya dalam beberapa menit. Kemajuan ini memunculkan pertanyaan apakah komputer kuantum mampu meretas enkripsi yang menjaga keamanan aset kripto.
Willow telah mengurangi tingkat kesalahan komputasi hingga setengahnya dan mampu meningkatkan jumlah qubit, yang sangat penting dalam dunia Quantum Computing.
Zikril Hakim, Anti Fraud and Risk Management Specialist di Bank SMBC, mengungkapkan bahwa CBDC Indonesia kini menghadapi risiko serius dari Quantum Computing.
Namun, menurut Fransiskus Xaverius Tyas Prasaja dari Bank Indonesia, risiko ini lebih signifikan bagi sistem blockchain terbuka dibandingkan pada Project Garuda.
“Saya pikir risiko ini lebih besar bagi sistem blockchain terbuka dengan arsitektur tanpa izin, karena mereka sangat bergantung pada kriptografi kunci publik dan lebih rentan terhadap ancaman eksternal,” jelasnya.
Walaupun begitu, dirinya menekankan bahwa langkah-langkah seperti mengadopsi algoritma Rupiah Digital yang lebih tahan terhadap ancaman komputer kuantum memang harus dilakukan.
Ripple Bagikan Peringatan Akan Ancaman Komputer Kuantum Terhadap Blockchain
Pengembangan Rupiah Digital bukan hanya tentang kemajuan teknologi; ini adalah tentang membentuk masa depan keuangan di Indonesia. Saat negara ini menjelajahi kompleksitas ekonomi digital, pelajaran yang didapat dari Project Garuda akan memiliki implikasi yang luas bagi inklusi keuangan, pembayaran lintas batas, dan keseluruhan sistem moneter. [dp]