Pada acara KTT BRICS 2024, diskusi mengenai potensi penciptaan mata uang BRICS menjadi sorotan utama. Beberapa anggotanya telah menunjukkan minatnya sebagai alternatif yang mampu mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Meski belum ada rencana konkret untuk meluncurkan mata uang digitalnya sendiri ataupun cryptocurrency BRICS, ide penggunaan teknologi ini mengisyaratkan peluang ekonomi baru yang lebih terdesentralisasi dan mandiri.
Mengapa Mata Uang Digital BRICS Menjadi Sorotan?
Menurut laporan dari CNN Indonesia, salah satu inisiator BRICS, Rusia, menekankan bahwa saat ini belum ada langkah khusus untuk menciptakan mata uang BRICS.
“Presiden (Vladimir) Putin belum berencana membuat sistem pembayaran apa pun untuk negara-negara (anggota) BRICS, seperti mata uang BRICS. Sebab, kita tahu bahwa ini tidak mudah,” ungkap Sergei Tolchenov, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Senin (28/10/2024).
Meski demikian, beberapa anggotanya, seperti Brasil, India, dan Arab Saudi telah menunjukkan ketertarikan untuk meningkatkan kerja sama finansial yang dapat mengarah pada pengembangan sistem pembayaran lebih mandiri.
Di tengah ketegangan internasional dan sanksi yang menimpa Rusia setelah invasi Ukraina, mereka juga melihat kemungkinan penggunaan Bitcoin dalam perdagangan internasional.
Rencana ini melibatkan kolaborasi antara dana kekayaan negara Rusia dan perusahaan pertambangan kripto untuk membangun pusat data di negara-negara anggotanya, sehingga mendukung pengembangan teknologi blockchain.
Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih tahan terhadap kendala geopolitik dan mendukung adopsi mata uang digital BRICS yang mungkin akan dikembangkan bersama cryptocurrency BRICS di masa depan.
BRICS Pay: Alternatif Pembayaran Lintas Negara
BRICS Pay adalah sistem pembayaran lintas negara yang mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan global yang saat ini dominan, yaitu dolar AS. Dengan BRICS Pay, diharapkan adanya unit pembayaran tersendiri yang diakui internasional di antara negara anggota.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga menyebutkan bahwa aset digital mungkin akan digunakan untuk mendukung investasi internasional, terutama di negara-negara berkembang dan hal ini semakin memperkuat kemungkinan diciptakannya cryptocurrency BRICS.
Selain itu, menurut temuan terbaru yang diungkapkan oleh Tuur Demeester, salah satu Penasihat Blockcstream, menemukan bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) yang menyarankan undang-undang untuk mencegah perkembangan terhadap Bitcoin.
“Kemudian mereka secara terang-terangan mendorong adanya undang-undang … ‘untuk mencegah harga Bitcoin naik atau bahkan membuat Bitcoin lenyap sama sekali’ demi mencegah ‘terjadinya perpecahan dalam masyarakat’,” jelasnya di X.
Hal ini menunjukkan perbedaan pandangan yang semakin jelas antara negara-negara Barat dan kelompok ini mengenai masa depan penggunaan kripto, sekaligus memperkuat kemungkinan terciptanya mata uang digital atau mungkin cryptocurrency BRICS.
Menimbang Peran Indonesia di BRICS
Indonesia juga baru-baru ini menyatakan keinginan resminya untuk bergabung dengan BRICS dalam KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia.
Menurut laporan resmi dari Kementerian Luar Negeri Indonesia, Menteri Luar Negeri RI Sugiono menyampaikan bahwa Indonesia siap mendukung kelompok ini dalam memperkuat solidaritas negara berkembang atau Global South.
“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif,” ujarnya, Kamis (24/10/2024).
Melalui kelompok negara tersebut, Indonesia berharap untuk menjadi pendukung utama kepentingan negara-negara berkembang dalam isu ketahanan pangan, energi, dan kemiskinan.
BRICS juga dapat menjadi platform yang tepat untuk memajukan kerja sama negara berkembang di tengah isu global yang kompleks, salah satunya dengan menciptakan sistem ekonomi yang lebih transparan dengan diciptakannya mata uang BRICS.
“BRICS bisa menjadi perekat untuk mempererat kerja sama Global South,” tambahnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia siap berperan aktif tidak hanya di BRICS, tetapi juga di berbagai forum internasional lainnya, termasuk G20.
Langkah Indonesia untuk bergabung menunjukkan keseriusan dalam menghadirkan solusi bagi tantangan ekonomi negara berkembang. Dengan sikap yang lebih terkoordinasi dan kemitraan, blok ini mampu menciptakan perubahan sistemik dalam ekonomi global, terutama melalui adopsi teknologi blockchain dan kripto sebagai solusi masa depan yang potensial bagi mata uang BRICS. [dp]