Ekonom Deutsche Bank mengingatkan bahwa AS akan menderita resesi hebat tahun depan. Kendati demikian, sejumlah bank swasta besar lain, termasuk Goldman Sachs dan JPMorgan, lebih optimis soal prospek masa depan ekonomi AS.
News.Bitcoin.com melansir, dalam laporan yang diterbitkan pada Selasa (26/04/2022) kepada para nasabah, Deutsche Bank memrediksikan kelesuan ekonomi AS lebih mendalam dibanding prediksi sebelumnya.
Ekonom bank tersebut, termasuk David Folkerts-Landau, kepala ekonomi dan riset, menjelaskan mengapa resesi mendatang akan lebih parah dari yang diperkirakan.
Dalam laporan itu, Landau menggambarkan, “Kami akan mendapat resesi besar, tetapi pandangan kuat kami adalah semakin cepat dan agresif Federal Reserve bertindak, semakin berkurang kerusakan jangka panjang yang terjadi terhadap ekonomi AS.”
Laporan itu menjelaskan akan butuh waktu lama sebelum inflasi turun kembali ke tingkat 2 persen sesuai sasaran The Fed.
Para ekonom mengingatkan bank sentral AS berpeluang besar melakukan pengetatan moneter paling agresif sejak tahun 1980an. Hal tersebut diduga akan mendorong ekonomi AS ke resesi signifikan tahun depan.
Ekonom Deutsche Bank merinci, “Kami berasumsi secara konservatif bahwa suku bunga The Fed memasuki rentang 5 hingga 6 persen akan cukup untuk mengakibatkan resesi. Hal ini sebab proses pengetatan moneter akan didukung oleh pengurangan neraca uang The Fed.”
Di sisi lain, sejumlah bank swasta besar lebih optimis dibanding Deutsche Bank.
Belum lama ini, Goldman Sachs memperkirakan ada peluang 35 persen terjadi resesi dalam dua tahun mendatang. Ekonom Goldman mengaku akan sulit menurunkan laju inflasi.
Mereka menulis, ekonomi AS tidak membutuhkan resesi melainkan pertumbuhan yang pelan hingga ke tingkat dibawah laju yang dapat mengakibatkan inflasi.
Jacob Manoukian, kepala strategi investasi JPMorgan, berkata resesi dalam waktu dekat mungkin terjadi tetapi dengan peluang kecil.
Sementara itu, kepala strategi investasi Bank of America, Michael Hartnett, berpendapat kejutan resesi akan datang. Ia menambahkan, bahwa dalam konteks ini, uang tunai, volatilitas, komoditas, dan mata uang kripto dapat mengungguli pasar obligasi dan saham.
Menanggapi potensi terjadi resesi, Robert Kiyosaki, investor dan penulis buku Rich Dad Poor Dad, menyarankan untuk membeli Bitcoin (BTC), emas dan perak untuk menghadapinya. [ed]