Di Google, Penelusuran Kata Kunci “Emas” Tiga Kali Lipat Lebih Banyak Berbanding “Bitcoin”

Mengingat generasi investor muda berada di dunia digital sejak dini, banyak pendukung kripto yakin Bitcoin atau aset kripto lainnya akan suatu hari berperan sebagai “emas digital,” memberikan akses kepada khalayak terhadap perlindungan melawan ketidakjelasan pasar dan malpraktik bank sentral.

Kendati Bitcoin menjadi salah satu aset dengan kinerja paling tinggi dalam beberapa tahun terakhir, ia masih berada di fase price discovery (penemuan harga) sehingga masih merupakan instrumen keuangan spekulatif dan belum menjadi alat simpan nilai yang sejati.

Bitcoin telah memberikan pemiliknya keuntungan yang masif selama setengah dekade terakhir, tetapi juga sangat volatil bila dibandingkan emas, seperti yang terlihat di kinerja Bitcoin selama 2018.

Investor matang masa kini, seperti pendahulu mereka, masih mengandalkan emas dan logam mulia lain ketika menghadapi ketidakjelasan ekonomi. Data penelusuran Google mengungkap tren ini masih bertahan, bahkan ketika sejumlah investor menyatakan Bitcoin adalah aset pilihan mereka untuk simpanan jangka panjang.

CCN melansir, penelusuran di Google untuk kata kunci (keyword) “emas” dan “harga emas” meningkat di kuartal keempat tahun ini di tengah kecemasan yang membesar soal pergerakan jangka pendek bursa saham yang mengalami bull run panjang, tetapi bisa jadi mulai melemah. Pasar saham mengalami reli besar pada hari Rabu (26/12), tetapi perdagangan berjangka menurun setelah pasar tutup, mengindikasikan bahwa investor belum keluar dari zona berbahaya.

Penelusuran untuk Bitcoin sekali lagi menurun setelah pemulihan harga dari titik terendah tahun ini di bulan Oktober ketika pasar kripto mengalami masa kestabilan harga yang tidak seperti biasanya.

Selama 12 bulan terakhir, minat terhadap Bitcoin telah anjlok sebesar 80 persen, sebanding dengan kinerja harga Bitcoin. Minat terhadap kripto nomor satu tersebut, yang pada Januari lalu sepopuler emas, kini hanya bersisa 15 persen dibanding minat terhadap emas di Amerika Serikat. Secara global, perbedaan itu lebih besar lagi.

Data penelusuran “beli emas” dan “beli Bitcoin” mengungkap hal yang sama. Pada Desember tahun lalu, warga AS menelusuri “beli Bitcoin” menggunakan Google enam kali lipat “beli emas.” Kedua penelusuran tersebut menjadi seimbang hanya dua bulan setelah gelembung kripto pecah. Kini, satu tahun setelah harga Bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masanya, investor tiga kali lipat lebih mungkin mencari informasi tentang membeli emas dibanding membeli Bitcoin.

Data tersebut tidak sepenuhnya berita buruk bagi Bitcoin. Minat ritel yang menurun terhadap kripto tidak mencegah penelusuran “apa itu Bitcoin” menjadi salah satu kata kunci paling dicari di Amerika Serikat dan beberapa negara besar lainnya menurut Google. Hal ini adalah pencapaian besar mengingat kondisi pasar kripto yang sedang lesu, dan mengindikasikan masih ada ruang tumbuh yang luas bagi kesadaran rakyat akan kripto seiring Bitcoin menjadi “emas digital.”

Lebih dari itu, emas harus menghadapi peristiwa tak terduga yang menjadi pertanda bearish, yaitu penemuan baru yang berhasil mengubah tembaga murah menjadi zat pseudo-emas yang bisa menggantikan emas asli dalam penggunaan industri. Kendati kebanyakan permintaan emas merupakan spekulasi, pengurangan penggunaan emas di industri mau tidak mau akan berdampak terhadap harga emas, dan menjadi sebuah faktor yang bisa mendongkrak fungsi Bitcoin sebagai alat simpan nilai di era serba digital. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait