IKLAN

Dolar AS Goyang, Dunia Pilih Emas dan Bitcoin Sebagai Pelindung

Di tengah sorotan internasional yang makin tajam, banyak pihak mulai mempertanyakan, apakah dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia sedang menuju akhir?

Menurut YouTuber dan analis kripto Lark Davis, dunia memang tidak secara frontal membuang dolar AS, tetapi sedang perlahan menjauh. Penurunan indeks dolar AS dari 104 ke 99 mungkin terdengar kecil, namun menurut Davis, perubahan tersebut punya dampak besar dalam hal persepsi global.

Davis menjelaskan bahwa sistem keuangan dunia selama beberapa dekade bergantung pada dolar AS. Sejak Bretton Woods 1944, hampir semua perdagangan global, terutama energi, menggunakan mata uang ini. Hal ini memberi AS sebuah “kartu kredit global” yang bisa dicetak kapan saja, sementara negara lain menanggung bebannya.

Namun, ketika negara seperti Tiongkok dan Rusia mulai bertransaksi dalam yuan, rubel, bahkan Bitcoin, kepercayaan terhadap dolar AS mulai tergoyahkan.

Triffin Dillema dan Siklus Kejatuhan Kekaisaran

Salah satu titik kritis dalam sistem ini adalah apa yang disebut sebagai “Triffin Dilemma.” AS harus menjalankan defisit perdagangan agar bisa memenuhi kebutuhan dolar AS dunia. Sayangnya, strategi ini justru merusak ekonomi domestik.

BACA JUGA  Willy Woo: Bitcoin Akan Menyaingi Dolar AS di Masa Depan

Davis menyebutnya sebagai “self-destruct button” yang tertanam dalam sistem itu sendiri. Saat negara asing mulai mempertanyakan stabilitas dolar AS, dan rakyat AS mulai merasa sistem keuangan tak adil, ketegangan mulai muncul dari dua arah sekaligus.

Menariknya, Davis membandingkan posisi AS saat ini dengan kejatuhan kekaisaran besar seperti Romawi dan Inggris. Ia menyoroti bagaimana semua kekaisaran besar memiliki masa kejayaan dan masa keruntuhan, serta AS kini sedang tepat di ujung masa emas itu.

Dengan utang publik yang meroket dan masyarakat yang terpolarisasi, pertanyaan besarnya adalah, apakah AS siap menghadapi fase penurunan tersebut?

Sentralisasi Bergeser: Emas dan Bitcoin Makin Dilirik

Apa yang sebenarnya dilakukan oleh bank sentral dunia di tengah ketidakpastian ini? Menurut data yang dikutip Davis, mereka tidak berbondong-bondong membeli yuan atau euro. Sebaliknya, mereka justru mengakumulasi lebih dari 1.000 ton emas hanya dalam tahun 2024. Alasannya? Emas dianggap netral dan tidak bisa disita.

BACA JUGA  Baru! Spot Bitcoin ETF Diperkirakan Lahir November Ini

“Emas di dalam brankas Beijing atau Moskow adalah milik Anda. Tidak ada risiko counter-party,” ujar Davis.

Namun yang paling mengejutkan adalah bagaimana Bitcoin perlahan masuk ke dalam radar institusi besar. Menurut laporan CNBC, beberapa dana kekayaan negara dan institusi besar sudah mulai membeli Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap depresiasi dolar AS.

Bahkan CEO BlackRock, Larry Fink, tak ragu menyebut Bitcoin sebagai aset yang layak diperhatikan jangka panjang karena sifatnya yang terdesentralisasi dan tidak terkait geopolitik.

Dampak Langsung pada Dunia Kripto

Dalam konteks ini, Bitcoin dan aset kripto lainnya mendapatkan tempat yang lebih kokoh. Ketika dolar AS mulai ditinggalkan secara perlahan, aset-aset alternatif seperti kripto justru dilirik sebagai “pengaman.” Tidak hanya sebagai aset spekulatif, tetapi juga sebagai cadangan nilai.

Davis menyampaikan bahwa saat dolar AS melemah, Bitcoin justru bersinar. Hal ini bukan semata karena narasi emas digital, tapi karena fungsi lindung nilai yang makin dipahami oleh pemain besar. Bahkan menurut S&P Global, Bitcoin kini dinilai sebagai aset yang tak berkorelasi langsung dengan saham teknologi AS dalam jangka panjang.

BACA JUGA  Dogetti Tawarkan Kode Bonus Presale 25 Persen Saat Ethereum dan Bitcoin Kian Lesu

Meskipun situasi global menunjukkan pergeseran, proses ini tak berlangsung dalam semalam.

“Mereka mengemasi tasnya, hanya untuk berjaga-jaga,” ujar Davis menggambarkan sikap negara-negara dunia. Tidak ada yang berlari meninggalkan dolar AS, tetapi strategi diversifikasi perlahan sudah dijalankan.

Lebih lanjut lagi, Davis mengingatkan bahwa dunia sedang berada di tengah-tengah “perang modal,” bukan perang dengan senjata, tapi dengan mata uang, teknologi dan informasi. Dan dalam perang semacam itu, yang tidak bersiap, terutama secara finansial, akan tertinggal. [st]


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait