Ekonomi Tak Pasti, Kripto Jadi Pilihan Orang Kaya RI

Pergeseran besar tampaknya sedang terjadi di kalangan orang kaya RI. Ketakutan akan ketidakpastian fiskal dan stabilitas ekonomi membuat para konglomerat Indonesia memilih jalur sunyi: cryptocurrency.

Konglomerat Indonesia Resah, Ekonomi Dianggap Tak Stabil

Seiring naiknya Prabowo Subianto sebagai Presiden RI ke-8 pada Oktober 2024, kalangan kelas atas Indonesia mulai mengalihkan dananya ke luar negeri. 

Menurut laporan Bloomberg pada 12 April lalu, perpindahan ini tidak hanya berbentuk emas atau properti di luar negeri, tetapi juga mengalir deras ke aset digital, terutama stablecoin ternama milik Tether, yaitu USDT. 

Aset kripto ini menarik bagi orang kaya RI yang tengah mencari pelarian, karena nilainya dipatok terhadap dolar AS, membuatnya lebih aman dari fluktuasi rupiah. Pergeseran ini semakin terasa setelah nilai tukar rupiah menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir pada 9 April 2025, yakni mencapai level Rp16.957.

Pergerakan Harga Rupiah - TradingView
Pergerakan Harga Rupiah – TradingView

Selain itu, Ketidakpastian mengenai kebijakan fiskal Prabowo—yang mendorong pengeluaran negara besar-besaran serta memperluas peran militer dan BUMN—membuat banyak investor merasa panik. 

Banyak kalangan elite Indonesia yang mulai khawatir, karena kebijakan ekonomi ini dikhawatirkan akan memicu defisit anggaran, lonjakan utang, serta tekanan inflasi. Belum lagi sejumlah polemik kebijakan yang muncul belakangan ini semakin memperburuk sentimen pasar.

“Saya terus membeli USDT dalam beberapa bulan terakhir. Ini cara paling efisien untuk melindungi aset dan mengalihkannya ke luar negeri tanpa harus melewati prosedur perbankan konvensional,” ujar Chan, mantan eksekutif di salah satu konglomerat Indonesia.

Dari Properti hingga Cryptocurrency

Laporan juga mengungkapkan bahwa sejak Februari 2025, salah satu firma penasihat keuangan mencatat arus keluar dana sekitar US$50 juta dari kliennya menuju Dubai dan Abu Dhabi. Sebagian besar dana ini digunakan untuk membeli properti atas nama keluarga atau rekan agar tidak terdeteksi. 

Dubai kini menjadi alternatif baru bagi orang kaya RI yang mulai meninggalkan Singapura karena ketatnya regulasi pasca-skandal pencucian uang besar di negara tersebut. Sementara itu, aset digital muncul sebagai alat yang lincah dalam mobilisasi dana. Meski sifatnya volatil, fleksibilitas menjadikannya sangat menarik. 

Di Indonesia, transaksi pasangan USDT/Rupiah kini menyumbang lebih dari seperempat volume harian Tokocrypto, menurut CMO mereka, Wan Iqbal. Tidak heran jika Indonesia saat ini menjadi negara dengan tingkat adopsi kripto tertinggi kelima di dunia.

CMC: Indonesia di Peringkat ke-5 dalam Penggunaan Kripto

Gelombang Adopsi Kripto Meluas di Asia

Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Berdasarkan laporan sebelumnya, sebanyak 76 persen investor kaya di Asia kini telah berinvestasi di aset digital. Bahkan, 18 persen lainnya menyatakan akan segera mengikuti langkah tersebut.

Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan hanya 58 persen pada tahun 2022. Lonjakan ini tidak terlepas dari semakin populernya teknologi blockchain dan meningkatnya kebutuhan akan diversifikasi aset di tengah iklim ekonomi yang tidak menentu.

Sementara itu, laporan lain terkait riset Visa mengungkapkan bahwa masyarakat juga mulai memandang stablecoin sebagai alternatif terhadap layanan perbankan tradisional—pilihan yang kini juga diadopsi oleh kalangan elite Indonesia. 

Temuan ini tentunya semakin memperkuat posisi cryptocurrency sebagai salah satu solusi keuangan yang relevan dan tidak hanya menjadi sekedar instrumen spekulatif semata.

IHSG Terkapar, Kripto Jadi Pelarian Orang Kaya RI

Data terbaru dari TradingView memperkuat narasi soal pelarian dana orang kaya RI: IHSG terus merosot dalam enam bulan terakhir. Dari kisaran Rp7.700 di akhir 2024, indeks kini jatuh ke level Rp6.441 dan sempat menyentuh di bawah Rp6.000. 

Pergerakan Harga IHSG - TradingVIew
Pergerakan Harga IHSG – TradingView

Kepanikan pasar terlihat jelas. Aset pelindung nilai seperti emas mencatat lonjakan penjualan hingga 30 persen pada kuartal pertama 2025, menurut Hartadinata Abadi, peritel emas non-BUMN terbesar di Indonesia.

Meski belum sebesar eksodus modal saat krisis 1998, tren pelarian konglomerat Indonesia kali ini memberikan sinyal kuat bahwa kepercayaan investor sedang diuji. Analis dari Global Counsel, Dedi Dinarto, menilai bahwa Prabowo perlu segera memberikan kepastian dan komitmen yang jelas.

Dalam bayang-bayang ketidakpastian dan kebijakan ekonomi, kripto tampaknya bukan lagi sekadar tren. Bagi kalangan elite Indonesia, ia telah menjelma menjadi “lifeboat” digital—alat penyelamat yang siap membawa kekayaan mereka melintasi badai politik dan ekonomi. [dp]

Terkini

Warta Korporat

Terkait