Pada Selasa (30 Juni 2020), Tether hijrahkan USDT dari blockchain Tron ke Ethereum. Tether menjelaskan, jumlah USDT yang beredar akan tetap sama, di mana USDT TRC-20 akan dimusnahkan dan jumlah yang sama akan diterbitkan di Ethereum.
Menurut data terbaru, 61,6 persen pasokan USDT ada di blockchain Ethereum dan 29,4 persen di blockchain Tron. 9 persen selebihnya ada di blockchain Omni, EOSIO dan Liquid.
Data dari Flipside Crypto menunjukkan peralihan itu dilakukan melalui Binance yang mengirim USDT TRC-20 ke Bitfinex untuk ditukar USDT ERC-20.
Peralihan ini tampaknya tidak berdampak bagi pengguna USDT, tetapi nominal US$300 juta atau sekitar Rp4,3 triliun itu jelas tidaklah kecil. Muncul spekulasi tentang penyebab peralihan itu, apakah ada konflik antara Binance dengan Tron ataukah kinerja Ethereum semakin mengkilap?
Mengingat aset kripto dominan di blockchain Tron adalah USDT, perubahan ini bisa berdampak besar bagi jaringan tersebut.
Analis Flipside Crypto menduga Tron membayar “premi” agar Binance tetap memakai blockchainnya dan kini kesepakatan tersebut telah usai.
Kemungkinan lain adalah Binance, atau salah satu pelanggannya ingin berpartisipasi dalam yield farming atau perolehan bunga memakai token berbasis ERC-20. Keuangan desentralistik (decentralized finance atau DeFi) akhir-akhir ini semakin diminati pegiat kripto sebab peluang meraih cuan cukup besar.
Animo seputar DeFi menyebabkan reli kuat bagi sejumlah token terkait DeFi. Token seperti Aave (LEND) dan Compound (COMP) meningkat 208 persen dan 248 persen. COMP menjadi protokol DeFi terbesar berdasarkan modal yang disetor.
Protokol Compound memungkinkan partisipan mendapat token COMP sebagai imbalan bagi peminjam dan pemberi pinjaman. Dibarengi dengan imbalan standar dan bunga bagi pemberi pinjaman, insentif mendapat COMP sebagai imbalan membuat peluang penghasilan pasif ini menggiurkan.
Sebab itu, peralihan USDT bernilai dolar AS itu dari Tron ke Ethereum, bisa bermotivasi untuk turut serta dalam proyek DeFi. Saat ini, Compound menyimpan modal sekitar US$1 juta yang tersebar di sembilan pasar modal, termasuk USDT senilai 84 juta dengan bunga 2,97 persen.
Langkah hijrah itu bisa berarti positif bagi Ethereum dan ekonomi DeFi, tetapi bisa jadi bencana pula. Jaringan Ethereum masih bermasalah soal skalabilitas dan kemacetan jaringan yang berakibat transaksi melambat dan menjadi mahal. Persoalan ini bisa segera tuntas seiring akan hadirnya Ethereum 2.0 dan solusi lain dikembangkan.
Kesuksesan USDT tidak bergantung kepada platform tertentu. Sebagai proyek mandiri, Tether bisa melakukan penukaran sesuai kebutuhan dan beradaptasi terhadap keinginan ekosistem kripto. [cointelegraph.com/ed]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.