Etherwaifu, NFT Buatan Anak Muda Indonesia, Bernilai Rp18 Milyar

Di tengah maraknya NFT (benda koleksi digital), salah satu kategori yang banyak dicari kolektor adalah NFT bersejarah yang diterbitkan sekitar tahun 2017. Beberapa contohnya adalah Cryptopunks (Mei 2017),yang salah satunya dibeli Visa seharga Rp2,3 milyar dan EtherRock (Desember 2017), yang harga termurahnya saat ini Rp21 milyar.

Ternyata salah satu NFT di masa tersebut yaitu Etherwaifu, yang telah hadir dan dibuat oleh dua orang anak muda Indonesia.

Proyek ini adalah hasil kolaborasi antara Agro, software engineer asal Indonesia yang tinggal di jepang dan Jubi, seorang ilustrator dengan pengalaman lebih dari 10 tahun.

Menariknya, Agro juga pernah menjadi perhatian utama saat berhasil menciptakan dompet kripto pertama untuk kripto ciptaan Facebook, Libra (sekarang namanya adalah Diem).

Pada saat itu, pertengahan 2019, Agro mengklaim bahwa dompetnya adalah yang pertama di dunia untuk Libra, kendati sistem blockchain Libra saat itu masih dalam tahap ujicoba alias testnet.

Pada awalnya, dompet tersebut hanya tersedia untuk perangkat iOS.

ETherwaifu Laku Keras di OpenSea 

Sekadar informasi, Etherwaifu adalah NFT generatif karakter dengan style gambar anime. Saat minting (penerbitan) NFT, DNA karakternya akan ditentukan secara random dan adil oleh blockchain Ethereum dan nanti gambar yang muncul akan tergantung dari DNA tersebut.

Dan untuk arti Waifu itu sendiri adalah sebuah karakter fiksi perempuan yang memiliki hubungan khusus atau basis penggemar. Istilah ini biasa digunakan untuk karakter wanita di anime atau manga Jepang.

Smart contract proyek karakter waifu ini telah di-deploy ke Ethereum pada Maret 2018 dengan total pasokan genesis sebanyak 1025 NFT.

Saat itu cryptocurrency sudah memasuki bear market dan mungkin karenanya, hanya ada 29 saja yang berhasil dijual saat itu (plus 25 yang bisa di-mint gratis).

Selama tiga tahun, tidak ada aktivitas namun karena Ethereum bersifat immutable, smart contract-nya tetap eksis di blockchain.

Seorang arkeolog NFT, Adam McBride, pada awal 2021 berhasil menemukan smart contract-nya dengan analisis on-chain.

Setelah memastikan bahwa smart contract-nya masih berfungsi, dia menulis artikel tentang Etherwaifu, proyek seni NFT yang terlupakan.

Karena artikel tersebut, orang-orang berbondong-bondong membeli Etherwaifu yang tersisa dan setelah 3 tahun proyeknya “mati”, akhirnya seluruh 1025 Etherwaifu laku terjual.

Kini total volume trading Etherwaifu di OpenSea sudah mencapai 436 ETH (Rp18 milyar). Saat perrtama rilis, harga Etherwaifu termurah adalah 0,01 ETH (Rp120 ribu dengan harga ETH kala itu), namun sekarang harga termurah Etherwaifu di pasaran adalah 0,88 ETH (Rp38 juta).

Menariknya, Etherwaifu dengan DNA langka saat ini diperjualbelikan dengan harga 8 ETH (Rp345 juta). Diperkirakan, harga ini akan terus naik seiring popularitas dan minat yang meningkat.

Dengan dana yang terkumpul, kini penciptanya sedang menyelesaikan gambar seluruh karakternya.

Pengembangnya sedang menyelesaikan fitur crafting, yaitu fitur untuk membuat Etherwaifu baru jika kamu memiliki 2 Etherwaifu. Untuk mengakomodasi fitur tersebut, supply cap akan dinaikkan dari 1025 ke 4269.

“Kebanyakan NFT waktu itu style gambarnya sangat sederhana. Ide utama kami adalah merilis NFT generatif dengan engine grafis yang paling advanced, sehingga bisa dipakai untuk style gambar apapun. Saya harap ke depannya banyak programmer Indonesia yang mempelajari bahasa pemrograman Solidity agar bisa merilis aplikasi-aplikasi blockchain inovatif lainnya,” ujar Agro.

Perkembangan proyek ini bisa diikuti di akun Twitter resmi Etherwaifu. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait