Game Daring, Wadah Pamungkas Blockchain?

Darryn Pollock, kontributor Forbes yang kerap menulis seputar keuangan dan ekonomi, menyoroti kemiripan antara industri blockchain dengan game online, CryptoGlobe melansir, (28/10).

Pollock menyatakan, sektor gaming mirip dengan industri distributed ledger yang masih baru sebab kedua industri ini diramaikan oleh orang-orang yang paham teknologi dan berusia muda. Katanya, konsumen mainstream tidak banyak memahami konsep terkait ekonomi gaming di dunia, walaupun e-Sports, yang melibatkan kompetisi game daring multiplayer secara terorganisir, semakin popular.

Selain itu, banyak konsep penting terkait jaringan berbasis blockchain dan aset kripto sulit dipahami oleh orang yang tidak kenal baik dengan teknologi. Mengingat sistem berbasis distributed ledger dan gaming platform banyak kemiripannya, Pollock berpendapat game online bisa menjadi aplikasi pamungkas bagi teknologi blockchain.

Menurut Pollock, industri gaming memiliki orang-orang dan ekosistem yang tepat untuk menangani pembaruan teknologi yang disruptif. Dibandingkan dengan sektor kripto, para gamer sangat terbuka terhadap perubahan teknologi.

Menanggapi potensi penerapan distributed ledger terhadap pengembangan jaringan game daring yang lebih rumit, Andrew Colosimo, pendiri Xaya, sebuah platform blockchain bagi gamer, berpendapat industri gaming memang berpotensi menjadi katalis dan menarik massa lebih dekat dengan blockchain.

Kendati demikian, Colosimo mengakui saat ini industri blockchain masih sangat muda. Walau sudah ada investasi besar yang ditanam terhadap game berbasis blockchain, belum ada banyak pemain yang memainkan game-game tersebut.

Aria Rajasa, Product Head dari Playgame, setuju dengan pendapat Colosimo. Aria bilang, gaming bisa mendekatkan blockchain dan kripto kepada masyarakat mainstream. Para gamer sudah terbiasa dengan pembelian barang virtual, sehingga konsep tersebut tidak asing bagi mereka.

“Bahkan banyak juga yang sudah memperjualbelikan barang virtual di secondary marketplace (pasar di luar game tersebut), atau jual beli akun. Bisnis ini sangat besar di Korea dan sedang tumbuh di Indonesia,” jelas Aria.

Namun, Aria menekankan uang virtual di game dan uang kripto berbeda konsep, sehingga memerlukan edukasi lebih lanjut kepada gamer. Playgame, yang meluncurkan Initial Coin Offering (ICO) melalui Tokenomy, menerapkan strategi yang dimulai dengan platform web agar mudah diakses, sehingga gamer bisa langsung bermain tanpa unduh aplikasi. Hal ini memudahkan siapapun yang ingin mencoba game berbasis blockchain.

Selain itu, Playgame akan memberikan airdrop (token gratis) bagi semua gamer di platform mereka, sehingga para gamer tersebut menjadi pengguna uang kripto sekalipun mereka belum memahami apa itu kripto.

Token tersebut dapat digunakan untuk membayar biaya pendaftaran kompetisi, dan juga untuk pembelian barang virtual, sekaligus mengajarkan kepada gamer bahwa token Playgame (PXG) bisa diperjualbelikan di bursa kripto yang mendukung. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan game daring dapat mengedukasi orang tentang kripto dan mendorong mereka menggunakannya.

Dalam berita yang pernah diturunkan oleh BlockchainMedia, ada sejumlah tantangan dalam proses pemaduan blockchain dan e-sport. 

Menurut Peter, CEO EsportsEcosystem (ESE), tantangan utamanya adalah soal adopsi. Tak banyak orang yang memahami dunia kripto secara mendasar, belum lagi soal bagaimana ia diintegrasikan dengan model bisnis tradisional yang notabene sudah menerapkan teknologi digital.

“Saya bersama tim di Esportsecosystem.com menjajaki proses adopsi itu secara lebih hati-hati. Kami menggunakan pendekatan edukasi dan secara perlahan memandu mereka. Jikalau langkahnya terlalu cepat, ini ibarat menyorot mata mereka dengan cahaya secara langsung. Karena merasa silau, ini membuat mereka mundur menghindari. Tetapi jikalau cahaya itu kita sorotkan sebagian saja, maka mereka akan bisa memahaminya secara lebih menyeluruh,” ujar Peter.

Mengenai proyek EsportsEcosystem yang sedang dibangun oleh Peter dan kawan-kawan, Peter tak menyangkal sangat banyak proyek lain yang serupa. Tetapi, kata Peter, mayoritas di antaranya terlalu fokus pada permainan judi online daripada menyentuh para pelaku e-Sports itu sendiri. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait