Berdasarkan tweet yang dibagikan Cryptodips, laporan terbaru dari Outlier Ventures yang dirilis oleh Kepala riset mereka, Jasper De Maere, telah menggemparkan komunitas kripto.
De Maere secara tegas menyatakan bahwa siklus empat tahun yang selama ini menjadi acuan bagi investor dan analis dalam memprediksi harga Bitcoin, kini dinyatakan mati. Hal ini didasarkan pada data terbaru yang menunjukkan penurunan performa harga Bitcoin setelah halving keempatnya, yang terjadi pada 20 April 2024.
Halving Keempat dan Dampaknya pada Harga BitcoinÂ
Pada halving keempat tersebut, hadiah blok bagi para penambang dikurangi dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC. Penurunan ini tentu berdampak pada pasokan Bitcoin yang masuk ke pasar, seperti yang telah terjadi pada setiap halving sebelumnya. Namun, data menunjukkan bahwa performa harga BTC pasca-halving kali ini adalah yang terburuk.
Jika melihat data 125 hari setelah setiap peristiwa halving, hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2024, harga BTC turun sebesar 8 persen, sementara pada tahun 2020, harga mengalami kenaikan sebesar 22 persen.
Pada tahun 2016, harga Bitcoin naik 10 persen, dan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2012, di mana harga Bitcoin melonjak hingga 739 persen.
Data ini menegaskan bahwa performa harga Bitcoin setelah halving 2024 adalah yang terburuk dibandingkan dengan halving sebelumnya.
Dengan penurunan sebesar 8 persen pada tahun 2024, ini adalah performa terburuk dibandingkan tiga halving sebelumnya. Menurut De Maere, halving pada tahun 2016 merupakan kali terakhir di mana peristiwa ini memiliki dampak fundamental signifikan terhadap harga Bitcoin.
Mengapa Halving Tak Lagi Berdampak Signifikan?
De Maere menekankan bahwa seiring berjalannya waktu, hadiah blok untuk penambang semakin tidak signifikan dibandingkan dengan perkembangan pasar kripto yang semakin matang dan beragam.
Pada 2016, masih ada hubungan yang kuat antara pengurangan hadiah penambang dan peningkatan harga BTC. Namun, setelah itu, pasar kripto berkembang dengan masuknya banyak aset digital baru serta peningkatan likuiditas dari berbagai sumber, yang secara perlahan mengurangi pengaruh halving terhadap harga.
De Maere juga menunjukkan bahwa performa harga yang kuat setelah halving pada tahun 2020 lebih merupakan kebetulan, didorong oleh faktor-faktor eksternal seperti injeksi modal global pasca-COVID dan ledakan DeFi.
ETF dan Halving: Dua Peristiwa Berbeda
Pada bulan Maret 2024, Bitcoin mencapai titik tertinggi baru pasca bear market, dengan nilai US$73.836. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh antusiasme atas persetujuan ETF Bitcoin spot pada Januari 2024, yang memberikan katalis positif bagi permintaan.
Namun, menurut De Maere, persetujuan ETF adalah katalis yang didorong oleh permintaan, sementara halving lebih merupakan katalis yang didorong oleh penawaran. Keduanya adalah peristiwa independen yang tidak saling terkait secara langsung.
De Maere menyatakan bahwa ketergantungan pada halving sebagai penentu harga Bitcoin saat ini adalah sebuah kesalahan analisis.
Bitcoin, sebagai aset paling dominan di pasar kripto, memang mempengaruhi pasar secara luas, tetapi pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor penggerak sebenarnya sangat penting, terutama bagi para pendiri proyek blockchain yang ingin memprediksi peluang pendanaan di masa mendatang.
Dengan semakin beragamnya ekosistem kripto, dampak halving pada harga kripto utama itu tampaknya akan semakin berkurang di masa depan.
Outlier Ventures menekankan bahwa pasar telah berevolusi dan tidak lagi sepenuhnya bergantung pada mekanisme tradisional seperti halving. Investor dan Pendiri proyek blockchain perlu memahami faktor-faktor baru yang menggerakkan pasar untuk membuat keputusan yang lebih cerdas.
Dalam beberapa tahun terakhir, kenaikan harga Bitcoin lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti likuiditas global dan pergerakan regulasi. Oleh karena itu, menurut De Maere, peristiwa halving mungkin tidak lagi relevan dalam mempengaruhi tren harga Bitcoin di masa depan. [st]