Bitcoin kembali menjadi sorotan dengan prediksi harga yang mengejutkan. CEO dari perusahaan investasi kripto terkemuka memproyeksikan lonjakan harga Bitcoin hingga US$350 ribu.
Klaim ini memicu spekulasi luas di komunitas cryptocurrency, menimbulkan perdebatan antara optimisme dan skeptisisme. Apa faktor utama yang melandasi proyeksi ini, dan bagaimana dampaknya terhadap pasar kripto secara keseluruhan?
Harga Bitcoin Menuju US$350 Ribu?
CEO Abra Global, Bill Barhydt, mengklaim bahwa harga Bitcoin bisa mencapai US$350 ribu dalam waktu dekat. Pernyataannya yang diunggah di akun X pada 8 Februari 2025 memicu beragam reaksi dari komunitas kripto, mulai dari optimisme hingga skeptisisme.
Barhydt mendasarkan prediksi harga BTC tersebut pada kemungkinan perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat. Ia meyakini bahwa penurunan suku bunga dan potensi pelonggaran kuantitatif dapat membanjiri pasar dengan likuiditas baru.
“Pemerintahannya ingin suku bunga jauh lebih rendah dan akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapainya. Mereka juga perlu merestrukturisasi lebih dari US$7 triliun utang. Pemotongan pajak akan segera dilakukan. Semua ini berarti suntikan likuiditas besar-besaran, baik melalui QE atau cara lainnya,” jelasnya di X.
Menurutnya, hal ini akan menciptakan momentum positif yang berdampak pada aset-aset dengan pasokan terbatas, seperti Bitcoin, yang diperkirakan akan mengalami lonjakan harga signifikan.
“Cyclical Valhalla akan segera tiba. Mereka yang berani mengambil risiko akan mendapatkan imbalan yang setimpal,” tambahnya.
Namun, keterkaitan langsung antara kebijakan moneter AS dan lonjakan harga BTC masih menjadi topik perdebatan di kalangan analis.
Bagaimana Kebijakan Tarif AS dapat Mengguncang dan Menguntungkan Perdagangan Kripto?
Meskipun kenaikan harga BTC menjadi sorotan utama, Barhydt juga menyoroti potensi altcoin terkemuka seperti Solana dan Ethereum. Ia mengungkapkan bahwa harga SOL berpotensi meroket hingga US$900, sementara harga ETH dapat mencapai US$8.000.
Sentimen positif ini tidak hanya datang dari Barhydt. Robert Kiyosaki, penulis buku “Rich Dad Poor Dad,” juga memiliki pandangan serupa terhadap Bitcoin. Dalam tweet-nya yang diunggah pada 27 Desember 2024, Kiyosaki mengklaim bahwa institusi besar seperti BlackRock sedang menekan harga Bitcoin agar sebagian pihak dapat membelinya dengan harga lebih murah sebelum akhirnya melesat.
“BlackRock menekan harga BTC agar para whale bisa membelinya di bawah level US$100.000,” tegasnya.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya akan terus membeli aset digital tersebut dan memprediksi harga Bitcoin dapat naik hingga US$350 ribu pada tahun 2025, sejalan dengan prediksi sebelumnya dari Barhydt.
Realita atau Sekadar Hype?
Meskipun prediksi harga Bitcoin yang fantastis bukanlah hal baru, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum mengambil kesimpulan.
Pertama, meskipun kebijakan moneter yang lebih longgar dapat meningkatkan permintaan aset berisiko, pasar kripto tetap dipengaruhi oleh volatilitas tinggi dan dinamika pasar global yang kompleks.
Kedua, tekanan regulasi terhadap institusi keuangan yang terlibat dalam crypto juga bisa menjadi hambatan bagi rally harga BTC yang diharapkan.
Selain itu, meskipun banyak investor institusional mulai melirik Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi, beberapa pihak masih ragu terhadap keberlanjutan tren bullish ini.
Bagi investor kripto, penting untuk tidak terbuai oleh hype semata. Menganalisis tren pasar, memahami faktor makroekonomi, dan melakukan diversifikasi aset tetap menjadi strategi terbaik sebelum membuat keputusan. [dp]