Harga Bitcoin Semakin Rontok, Ini Kata Analis Kripto!

Harga Bitcoin hari ini semakin tertekan, imbas penurunan selama sepekan terakhir. Ke manakah dinamika ini akan berlanjut? Ini jawaban analis!

Harga Bitcoin menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan rekornya pada Februari 2025, di tengah tekanan jual yang terus berlanjut. Data per Selasa, 25 Februari 2025, pukul 08.00 WIB menunjukkan pergerakan harga aset kripto yang bervariasi pekan lalu, dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap kebijakan tarif, suku bunga, serta kasus peretasan Bybit senilai US$1,4 miliar (sekitar IDR 22,88 triliun) oleh Lazarus Group.

Terpantau pada Selasa petang ini, harga Bitcoin semakin rontok menjadi US$87 ribu dari sebelumnya di US$99.400 pada 21 Februari 2025 atau setara dengan penurunan 11 persen. Harga semakin meninggalkan rekor tertingginya, di atas US$100 ribu.

Berdasarkan informasi dari SoSoValue, ETF Bitcoin mencatat arus keluar bersih selama empat hari berturut-turut hingga akhir pekan lalu, dengan total penarikan mencapai US$62,77 juta pada 21 Februari 2025.

Sepanjang pekan itu, total arus keluar mencapai US$559,41 juta, menjadikannya pekan kedua berturut-turut dengan tren serupa dan total arus keluar kini mencapai sekitar US$1,14 miliar. Saat ini, ETF Bitcoin spot di AS menguasai BTC senilai US$110,8 miliar, setara dengan 5,88 persen dari total kapitalisasi pasarnya.

Sebaliknya, Ethereum Spot ETF berhasil menghindari arus keluar bersih secara mingguan meskipun mencatat penarikan sebesar US$8,92 juta pada 21 Februari 2025. Secara keseluruhan, ETF ETH masih membukukan arus masuk bersih mingguan sebesar US$1,61 juta, meskipun dalam jumlah yang relatif kecil.

Tekanan jual masih membayangi harga Bitcoin hari ini yang telah turun lebih dari 9 persen sejak awal Februari. Data historis selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa Bitcoin selalu mencatatkan kinerja positif di bulan ini, berdasarkan data dari Coinglass. Namun, dengan hanya beberapa hari tersisa, tantangan besar dihadapi untuk membalikkan tren bearish yang tengah berlangsung.

Menurut data Coinglass, Bitcoin sempat mencatat lonjakan signifikan di Februari pada tahun-tahun sebelumnya, seperti kenaikan 36,78 persen pada 2021 dan 43,55 persen pada 2024. Namun, Februari 2025 sejauh ini tidak menunjukkan pola serupa.

BITSTAMP:BTCUSD Chart Image by blockchainmediaid
Harga Bitcoin hari ini ambruk cepat hingga lokal terendah di kisaran US$80 ribu pada Selasa (25/02/2025) petang. Sumber: TradingView.

Berbagai peristiwa ekonomi dan fundamental dalam pekan ini dapat menjadi faktor penentu apakah Bitcoin dapat mempertahankan rekornya atau justru mencatat Februari bearish pertama dalam sejarahnya. Pasar kripto bersiap menghadapi sejumlah agenda penting antara 24 hingga 28 Februari 2025, termasuk laporan keuangan Nvidia, data ekonomi AS, serta sidang legislatif terkait aset digital.

Memahami Bullish dan Bearish dalam Pasar Kripto dan Cara Menghadapinya

Laporan keuangan Nvidia menjadi perhatian utama pekan ini, dengan hasil kinerja kuartal fiskal keempat (Q4) yang berakhir pada Januari 2025 dijadwalkan rilis pada Rabu, 26 Februari, setelah penutupan pasar. Sebagai produsen chip terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, performa Nvidia kerap dianggap sebagai indikator utama pertumbuhan sektor kecerdasan buatan (AI). Hal ini juga dapat mempengaruhi pergerakan harga aset kripto berbasis AI, seperti TAO, RENDER, dan FET.

Intip Data Ekonomi Terbaru Berikutnya!

Selain laporan Nvidia, beberapa data ekonomi utama juga menjadi perhatian pasar. Indeks kepercayaan konsumen (Consumer Confidence Report) yang dirilis pada 25 Februari akan memberikan gambaran optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi.

Panji Yudha dari Ajaib Kripto menilai, jika indeks ini meningkat, investor cenderung lebih berani mengambil risiko, yang berpotensi mendukung harga Bitcoin. Sebaliknya, penurunan indeks dapat meningkatkan kehati-hatian di pasar.

Pada 26 Februari, data New Home Sales akan memberikan wawasan mengenai kondisi pasar properti AS, yang merupakan indikator penting bagi stabilitas ekonomi. Di hari yang sama, laporan keuangan Nvidia juga dapat memberikan dampak luas pada sektor teknologi dan aset digital.

“Data PDB AS untuk kuartal IV 2024 yang akan dirilis pada 27 Februari menjadi salah satu indikator ekonomi utama yang diawasi investor. Jika angka pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari ekspektasi, pasar bisa mengalami peningkatan optimisme. Namun, jika hasilnya lebih lemah, kekhawatiran terhadap potensi resesi dapat meningkat, memicu volatilitas di pasar kripto,” ujarnya dalam keterangan tertulis hari ini.

Pada 28 Februari 2025 mendatang, laporan inflasi PCE yang menjadi acuan utama bagi Federal Reserve dalam menetapkan kebijakan moneter akan dipublikasikan. Jika inflasi tetap tinggi, peluang penurunan suku bunga bisa berkurang, yang dapat mempengaruhi pasar aset berisiko seperti Bitcoin. Selain itu, sepuluh pejabat The Fed dijadwalkan memberikan pernyataan pekan ini, yang berpotensi memicu pergerakan pasar lebih lanjut.

Inflasi AS Naik di Luar Dugaan: Pasar Kripto Kena Imbasnya

Pantaulah Prediksi Level Ini!

Saat ini, Bitcoin tengah berada di ambang support kritis US$91.000. Panji Yudha, mengungkapkan bahwa BTC masih berusaha menembus level psikologis US$100.000, namun dalam tiga pekan terakhir tetap tertahan. Pada Selasa, 25 Februari, pukul 08.00 WIB, harga BTC tercatat di US$91.840 (Rp1.498.859.680), turun 4,89 persen dalam 24 jam terakhir.

Harga Bitcoin dan Altcoin Tertekan, Perhatikan Level BTC Penting Ini

“Jika BTC berhasil rebound dari support level US$91.000, ada peluang kenaikan menuju US$95.000 (Rp1.548.025.000). Namun, jika tekanan jual semakin meningkat dan BTC turun dari support level tersebut, harga berisiko melanjutkan koreksi hingga US$88.000 (Rp1.433.960.000),” tegasnya.

Faktor eksternal seperti data ekonomi utama dan pernyataan pejabat The Fed dapat menjadi pemicu volatilitas tinggi. Di tengah ketidakpastian ini, pemantauan sentimen pasar serta kesiapan menghadapi pergerakan ekstrem menjadi kunci bagi investor. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait