Harga Bitcoin Terjungkal Setelah Suku Bunga The Fed Naik 25 bps

Harga Bitcoin (BTC) terjungkal hebat setelah bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga 25 basis poin (bp).

Bitcoin yang dalam beberapa hari terakhir bergerak konsisten ke Utara pun mengalami penurunan kuat dari kisaran US$28.000 setelah pengumuman The Fed. Harga kripto utama telah menurun sekitar 2,8 persen dalam 24 jam terakhir.

Selain itu, bank sentral pun mengisyaratkan bahwa itu mungkin akan menjadi kenaikan suku bunga terakhir, tidak akan terjadi di bulan berikutnya.

Harga Bitcoin Terjungkal 

Berdasarkan laporan Cointelegraph, Ketua The Fed Jerome Powell tampaknya memandang sebelah mata krisis perbankan yang tengah terjadi di AS.

“Peristiwa dalam sistem perbankan selama dua minggu terakhir cenderung menghasilkan kondisi kredit yang lebih ketat untuk rumah tangga dan bisnis, yang pada gilirannya akan mempengaruhi hasil ekonomi,” ujar Powell.

Ia pun menilai, masih terlalu dini untuk kebijakan moneter menyikapi krisis perbankan AS, sehingga dampak berikutnya masih perlu diamati terlebih dahulu.

“Akibatnya, kami tidak lagi menyatakan bahwa kami mengantisipasi bahwa kenaikan suku bunga yang berkelanjutan akan sesuai untuk meredam inflasi. Sebaliknya, kami sekarang mengantisipasi bahwa beberapa pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat,” tambahnya.

Harga Bitcoin (BTC) merosot karena investor sejatinya mengharapkan terjadinya pemangkasan suku bunga karena desakan krisis perbankan AS.

Market Watch melaporkan bahwa The Fed juga memilih untuk tidak memangkas suku bunga di sepanjang tahun 2023.

“Langkah The Fed telah melemahkan beberapa momentum yang menyebabkan kenaikan Bitcoin dalam beberapa hari terakhir,” ujar Mitra Pendiri Dexterity Capital, Michael Safai.

Namun, Safai menggarisbawahi bahwa pelemahan di sektor perbankan AS masih berpotensi berlanjut. Juga, potensi peningkatan neraca The Fed belum sepenuhnya lenyap.

Di sisi lain, Kepala Investasi di Castle Funds Peter Eberle menilai bahwa suntikan dolar AS oleh bank sentral ke sistem keuangan global masih menjadi dasar pelemahan mata uang AS.

Eberle juga melihat bahwa investor kemungkinan masih akan mencari diversifikasi dari deposito bank, termasuk ke aset berisiko dan safe haven non-mata uang seperti emas. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait