Baru-baru ini, harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan lebih dari 13 persen dalam minggu terakhir dan kini diperdagangkan sekitar harga US$62.000. Namun, beberapa trader dan analis percaya bahwa mungkin akan terjadi reli ‘kiamat’ yang didorong oleh ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.
Meskipun harga saat ini menurun, beberapa orang percaya bahwa peran BTC sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan geopolitik akan semakin menonjol.
Bitcoin Sebagai Lindung Nilai Geopolitik
Bitcoin diciptakan sebagai tanggapan atas krisis keuangan 2008, sebuah periode yang ditandai oleh ketidakstabilan finansial yang signifikan. Sejak saat itu, Bitcoin sering dianggap sebagai lindung nilai potensial terhadap gangguan geopolitik.
CryptoGlobal melaporkan, walaupun dalam beberapa tahun terakhir Bitcoin seringkali berperilaku lebih seperti aset risiko. Korelasinya dengan indeks keuangan tradisional seperti Nasdaq telah berfluktuasi, meningkat secara signifikan pada waktu-waktu tertentu dan menurun selama periode bullish di pasar kripto.
Chief Investment Officer di Tyr Capital, Edouard Hindi, menyatakan bahwa Bitcoin tetap merupakan aset ‘kiamat’ yang layak. Hindi menonjolkan bahwa korelasi Bitcoin dengan aset safe haven tradisional seperti emas telah meningkat.
Dia berpendapat bahwa ETF Bitcoin spot memimpin reli ‘kiamat’ ini dan mengungkapkan prediksinya bahwa harga BTC bisa mencapai US$120.000 dalam waktu dekat.
Konflik Geopolitik dan Pengaruhnya
Prediksi ini sebagian didorong oleh perkembangan geopolitik terbaru, khususnya eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Pada akhir pekan lalu, Iran melancarkan serangan langsung ke Israel menggunakan drone dan misil, meningkatkan ketegangan regional.
Bentrokan ini terjadi setelah serangan terhadap kedutaan Iran, mendorong taruhan pasar terhadap aset lindung nilai.
Di tengah ketegangan ini, analis lain juga telah menyampaikan prediksi harga yang sangat bullish untuk Bitcoin. Robert Kiyosaki, penulis buku keuangan pribadi terlaris Rich Dad Poor Dad, baru-baru ini mengulangi pandangannya yang optimis terhadap Bitcoin, memprediksi lonjakan harga hingga US$2,3 juta per BTC.
Prediksinya menekankan sentimen yang berkembang bahwa Bitcoin dapat melihat peningkatan harga yang substansial karena pasokannya yang terbatas dan permintaan yang meningkat.
Dinamika Permintaan dan Penawaran Bitcoin
Permintaan terhadap Bitcoin memang sedang tumbuh dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada saat yang sama, jumlah Bitcoin yang dipegang di bursa kripto telah mencapai rekor terendah, menunjukkan potensi kejutan pasokan.
Penurunan pasokan ini terutama karena investor Bitcoin mengadopsi strategi holding jangka panjang, memindahkan aset mereka dari bursa ke solusi penyimpanan yang aman.
Julio Moreno, Kepala Riset di CryptoQuant, menunjukkan bahwa dinamika permintaan untuk Bitcoin telah berubah secara signifikan. Untuk kali pertama, permintaan dari pemegang Bitcoin permanen telah melampaui tingkat penciptaan atau penerbitan Bitcoin baru.
Data dari CryptoQuant menunjukkan bahwa alamat bursa yang diketahui kini hanya berisi sekitar 1,94 juta BTC, yang hanya mencakup 9,8 persen dari total pasokan beredar Bitcoin sekitar 19,67 juta koin.
Implikasi Jangka Panjang dan Analisis Pasar
Penurunan stabil Bitcoin yang dipegang di bursa—dari puncak 2,85 juta BTC pada Juli 2021—menunjukkan tren lebih luas di mana investor lebih memilih untuk memegang aset mereka untuk jangka panjang daripada terlibat dalam perdagangan yang sering.
Perilaku penimbunan ini berpotensi menyebabkan kejutan pasokan. Kejutan pasokan terjadi ketika pasokan aset yang tersedia di bursa tiba-tiba menurun sementara permintaan meningkat. [st]