IMF: Pertumbuhan Kripto Beresiko bagi Sistem Keuangan Global

International Monetary Fund (IMF) menyatakan dalam laporan terbaru, pertumbuhan pesat Bitcoin dan uang kripto bisa berdampak bagi sistem keuangan internasional, seperti dilansir CCN, Minggu (14/10).

Laporan bertajuk “Pandangan Ekonomi Dunia: Tantangan Terhadap Pertumbuhan Stabil” yang dirilis IMF tersebut menuliskan, “Pelanggaran keamanan siber dan serangan siber ke infrastruktur finansial adalah sumber resiko tambahan, karena dapat menggerogoti sistem pembayaran lintas batas dan mengganggu aliran barang dan jasa. Pertumbuhan pesat aset kripto bisa menciptakan kelemahan baru di sistem keuangan internasional.”

Kepada BlockchainMedia, Pandu Sastrowardoyo, Sekjen Asosiasi Blockchain Indonesia dan co-founder Blockchain Zoo, mengatakan bahwa pertanyaan IMF tersebut tepat. Sebab, bursa-bursa kripto sebagian besar tidak memakai blockchain, melainkan masih menggunakan sistem trading sentral seperti biasa.

Walau kapitalisasi pasar kripto mengalami devaluasi sebesar 80 persen, industri kripto menjadi saksi banyaknya perkembangan positif dalam hal institusi yang masuk ke pasar, regulasi, dan pertumbuhan uang kripto sebagai kelas aset baru selama sembilan bulan terakhir.

Dipelopori oleh perusahaan seperti Coinbase dan Gemini, institusi keuangan besar seperti New York Stock Exchange, Chicago Board Options Exchange dan Goldman Sachs mulai memperkuat infrastruktur pasar kripto, sehingga trader ritel dan investor institusi dapat mengalokasikan dana besar dalam kelas aset ini.

Seiring berkembangnya sektor kripto dengan laju yang eksponensial, IMF menekankan hal tersebut dapat menciptakan kelemahan dalam sistem finansial. Karena kripto dianggap uang alternatif yang memiliki nilai, sejumlah peretas mulai menargetkan platform perdagangan aset digital dengan alat-alat dan metode peretasan yang canggih.

“Mencuri kripto mirip seperti mencuri uang, dan bursa-bursa kripto akan terus menjadi target serangan peretasan di masa depan. Sangat penting membangun sistem demi menangani akibat dari peretasan, seperti mengintegrasikan beragam metode untuk mencegah serangan tersebut,” kata Jeon Ha-jin, Ketua Asosiasi Blockchain Korea Selatan.

Di Korea Selatan, negara pasar kripto terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Jepang, bursa-bursa kripto mulai mengasuransikan dana mereka melalui penyedia asuransi seperti Samsung demi menambahkan lapisan keamanan tambahan dan perlindungan investor.

Gemini, bursa kripto di AS, beserta Coinbase, juga akhir-akhir ini mendapatkan layanan asuransi dari Aon untuk menjamin bursa tersebut dapat menutupi dana nasabah bila terjadi pelanggaran keamanan.

“Konsumen mencari perlindungan asuransi pada tingkat yang sama seperti yang diberikan institusi keuangan tradisional. Mendidik pemberi asuransi kami tidak hanya berarti kami dapat melindungi nasabah kami, tetapi juga menetapkan standar terhadap perlindungan konsumen di industri kripto,” jelas Yusuf Hussain, Kepala Resiko Gemini.

Industri kripto serta infrastruktur yang digunakan bursa kripto terbilang baru dan sangat berbeda dari teknologi yang diterapkan di sektor keuangan tradisional. Oleh karena itu, IMF dan badan pemerintah yang mendeskripsikan pertumbuhan kripto sebagai resiko terhadap keuangan global adalah tepat.

Kendati demikian, usaha untuk memperkuat infrastruktur pasar kripto dan meningkatkan perlindungan investor dapat mengurangi dampak negatif kripto terhadap industri keuangan global. Emin Gun Sirer, profesor di Cornell University dan seorang pakar blockchain, menyatakan pengakuan kripto sebagai kelas aset oleh IMF adalah sesuatu yang optimistis. [ed]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait