Regulasi Kripto Diperketat di AS, Bitcoin Beralih ke Asia

Pakar Keuangan Ajaib Kripto, Panji Yudha memperkirakan, berbagai regulasi dan tindakan regulator AS yang mengancam pasar kripto telah menyebabkan pergeseran Bitcoin ke Asia.

Dalam pengamatannya, Asia telah mengalami perkembangan peraturan yang positif, mulai dari pembukaan pasar aset kripto di Hong Kong pada awal Juni 2023.

Pergeseran ini terbukti melalui perubahan pasokan Bitcoin dari tahun ke tahun yang melacak jumlah Bitcoin yang dipegang oleh entitas regional.

Merujuk data dari perusahaan analitik on-chain Glassnode, sejak pertengahan 2022 hingga saat ini (YtD), jumlah pasokan BTC yang dimiliki dan diperdagangkan oleh entitas-entitas AS telah mengalami penurunan lebih dari 11 persen, sementara pasar Bitcoin Eropa mengalami kenaikan sebesar 1,1 persen.

Seperti diberitakan, dalam seminggu terakhir, pasar aset kripto dipengaruhi oleh peningkatan pengawasan regulasi aset kripto oleh SEC, yang telah mengajukan tuntutan terhadap Binance dan Coinbase.

Dalam konteks regulasi yang lebih luas ini, beberapa aset kripto dikategorikan sebagai sekuritas oleh SEC dalam tuntutan hukum tersebut.

Pasar aset kripto merespons perkembangan ini dengan kekhawatiran, yang menyebabkan beberapa altcoin mengalami penurunan signifikan, bahkan beberapa mencapai posisi terendah sejak tahun 2022.

Beberapa altcoin yang terdampak adalah Solana (SOL), Cardano (ADA), dan Polygon (MATIC) selama periode 7 hari terakhir.

Pada pekan lalu, SEC menyebutkan lebih dari 50 aset kripto yang dikategorikan sebagai sekuritas, tetapi Bitcoin (BTC) tidak termasuk dalam kategori tersebut. Akibatnya, Bitcoin Dominance (BTC.D) mencapai 49,35 persen pada Senin pukul 10:00 WIB.

“Angka ini merupakan level tertinggi sejak 26 Juli 2021 atau mencapai level tertinggi dalam dua tahun terakhir. Bitcoin Dominance adalah persentase nilai pasar BTC dalam total kapitalisasi pasar aset kripto,” kata Panji Yudha kepada Blockchainmedia.id melalui e-mail.

Pada Selasa (13/6) pukul 09:00 WIB, Bitcoin (BTC) mengalami kenaikan sebesar 1,13 persen dan diperdagangkan sekitar US$25.880, sementara Total Market Cap aset kripto naik tipis sebesar 0,78 persen menjadi US$1,05 Triliun.

Meskipun mengalami kenaikan, para investor masih menunggu perkembangan lebih lanjut terkait tindakan U.S. Securities and Exchange Commission (SEC) serta data ekonomi Amerika Serikat yang akan dirilis minggu ini.

Meskipun harga Bitcoin mengalami kenaikan, Panji Yudha menyarankan investor aset kripto untuk menunggu rilis data inflasi Amerika Serikat pada Selasa (13/6) malam ini untuk melihat langkah selanjutnya yang akan diambil oleh The Fed.

Menurut konsensus, tingkat inflasi bulan Mei diperkirakan akan berada di kisaran 0,2 persen-0,3 persen secara bulanan, turun dari posisi sebelumnya di 0,4 persen.

Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diperkirakan akan berada di kisaran 4,1 persen-4,3 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 4,9 persen.

Tingkat inflasi inti AS diperkirakan akan berada di kisaran 5,3 persen-5,4 persen secara tahunan, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,5 persen.

Selain itu, pada Kamis (15/6), The Fed akan merilis hasil pertemuan FOMC yang berkaitan dengan kebijakan suku bunga acuan.

Menurut Data CME FedWatch Tool yang dirilis pada Selasa (13/6), probabilitas suku bunga tetap 25 basis poin (bps) pada kisaran 5,00 persen-5,25 persen mencapai 80,4 persen pada 5 Juni 2023.

Sisanya, 19,6 persen probabilitas menunjukkan suku bunga akan naik 25 bps menjadi 5,25 persen-5,50 persen pada Juni 2023.

Pada Jumat (16/6), investor juga akan memantau beberapa data ekonomi Amerika Serikat, seperti klaim pengangguran, penjualan ritel, dan manufaktur AS. Data tersebut tentu akan mempengaruhi pergerakan USD dan Bitcoin.

“Jika tingkat inflasi AS sesuai atau lebih rendah dari ekspektasi pasar, investor akan semakin optimis bahwa The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga, yang akan menjadi sentimen positif bagi pasar aset kripto. Selain data ekonomi AS, investor juga perlu mengikuti perkembangan lebih lanjut terkait tindakan SEC terhadap bursa kripto di AS,” ujar Panji Yudha.

“Yang menarik, pasokan Bitcoin yang dipegang oleh entitas di Asia mengalami peningkatan sebesar 9,9 persen sejak pertengahan 2022, mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Mulainya peraturan yang mendukung kripto di wilayah ini dan langkah regulator AS yang semakin ketat terhadap industri aset kripto menjadi faktor utama dalam perpindahan pasokan Bitcoin ke Asia,” ungkap Panji Yudha.

Meskipun demikian, Panji mendorong investor aset kripto untuk mengelola risiko dalam perdagangan aset kripto yang memiliki volatilitas tinggi.

“Gunakan fitur Take Profit dan Stop Loss dalam aplikasi Ajaib Kripto sesuai dengan proyeksi keuntungan dan batas risiko potensial yang telah ditetapkan dalam rencana perdagangan.”

Analisis Teknikal Bitcoin & Ethereum Minggu Ini

Pada Selasa (13/6) pagi pukul 08:00 WIB, BTC diperdagangkan pada kisaran US$25.880. BTC cenderung stagnan dalam 24 jam terakhir.

Saat ini, BTC berpotensi menguat ke area MA-20 di kisaran US$26.600 selama masih bertahan di atas support terdekat di kisaran US$25.000 – US$25.300.

Indikator stochastic menunjukkan tanda-tanda penguatan di atas area oversold, sementara histogram bar MACD menunjukkan momentum bearish yang terbatas. Support level BTC/USDT saat ini adalah US$25.300 dan resistance di kisaran US$27.350.

Secara teknikal, pada Selasa (13/6) pagi pukul 08:00 WIB, ETH diperdagangkan pada kisaran US$1.734. ETH berpotensi melemah ke level support di US$1.700.

Jika mampu memantul dari area support, maka ETH berpotensi naik ke US$1.800. Namun, jika gagal, ETH akan terus melemah menuju support dinamis MA-200 di kisaran US$1.630 [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait