Contoh Header Banner Blockchainmedia

Indikator Pasar Bitcoin Tetap Stabil Usai BTC Hampir Sentuh US$112 Ribu

Harga BTC stabil di US$110.616, usai hampir mencetak ATH di US$112 ribu pada beberapa waktu lalu, didukung indikator pasar Bitcoin yang sehat dan faktor makro ekonomi global yang kuat.

Harga Bitcoin terus menunjukkan kekuatan fundamental meskipun mengalami koreksi ringan. Berdasarkan laporan mingguan dari NYDIG yang diterbitkan pada 23 Mei 2025, tidak ada tanda-tanda bahwa pasar aset kripto sedang mengalami euforia berlebihan. Indikator pasar Bitcoin saat ini masih menunjukkan stabilitas, yang mencerminkan bahwa lonjakan harga didukung oleh dinamika pasar yang lebih rasional dan pertimbangan makro yang matang.

Menurut NYDIG, indikator pasar Bitcoin seperti volume perdagangan, open interest di derivatif, dan perilaku investor masih berada pada level yang sehat dan tidak menandakan gelembung harga. Ini berbeda dengan reli sebelumnya yang kerap didorong oleh spekulasi ekstrem dan lonjakan partisipasi jangka pendek. Kali ini, reli tampaknya lebih didorong oleh faktor makro ekonomi, termasuk inflasi yang membandel di sejumlah negara maju, pelonggaran kebijakan moneter, serta ketidakpastian geopolitik yang mendorong investor mencari aset alternatif.

Pada saat laporan tersebut dirilis, harga Bitcoin tercatat sebesar US$110.616, mengalami koreksi sebesar 1,01 persen dalam 24 jam terakhir. Meskipun mengalami sedikit penurunan, harga itu masih berada dekat dengan rekor tertinggi barunya yakni US$112.000, yang berhasil melampaui rekor sebelumnya di US$109.358 pada Januari 2025. Koreksi minor ini tidak dianggap sebagai sinyal pelemahan, justru dipandang sebagai konsolidasi sehat oleh NYDIG.

“Reli saat ini tidak menunjukkan gejala pasar sedang overheat. Indikator pasar Bitcoin justru memperlihatkan kondisi yang lebih terkendali dibanding siklus sebelumnya,” kata Greg Cipolaro, Kepala Riset Global NYDIG dalam laporan itu.

“Investor tampak jauh lebih berhati-hati, dan banyak yang kini lebih fokus pada faktor makro ekonomi jangka panjang,” imbuhnya.

Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa sejak peristiwa halving pada April 2024, Bitcoin mencatat kenaikan harga sekitar 75 persen. Angka ini memang lebih rendah dibanding lonjakan tiga digit pada siklus sebelumnya, tetapi menunjukkan pasar yang mulai dewasa. Cipolaro menekankan bahwa dalam siklus saat ini, hanya terjadi tujuh kali koreksi harga lebih dari 10 persen. Sebagai perbandingan, siklus sebelumnya mencatat masing-masing 13 dan 10 kali koreksi tajam.

Menurut NYDIG, salah satu faktor makro ekonomi utama yang memperkuat posisi Bitcoin adalah penurunan nilai mata uang fiat di berbagai negara. Selain itu, meningkatnya ketertarikan dari institusi keuangan besar untuk memasukkan Bitcoin dalam portofolio mereka menunjukkan kepercayaan yang makin tumbuh terhadap aset ini sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

“Volatilitas Bitcoin memang masih ada, tetapi cenderung menurun dari tahun ke tahun. Ini pertanda baik bahwa pasar mulai memahami peran Bitcoin dalam konteks ekonomi global yang lebih luas,” ujar Cipolaro.

Sejak menyentuh titik terendah di US$15.450 pada November 2022, harga Bitcoin telah naik lebih dari tujuh kali lipat. Kenaikan ini tidak hanya didorong oleh permintaan, tetapi juga oleh kelangkaan pasokan, terutama pasca-halving. Namun, NYDIG memperingatkan bahwa pertumbuhan eksponensial seperti ini tidak selalu berulang, karena pasar mulai mengadopsi karakteristik yang mirip dengan pasar keuangan tradisional.

Dengan semakin eratnya kaitan antara kripto dan faktor makro ekonomi global, analis memperkirakan bahwa dinamika suku bunga, inflasi, dan kondisi geopolitik akan menjadi penggerak utama harga ke depan. Untuk saat ini, para pelaku pasar melihat Bitcoin sebagai aset strategis yang menawarkan diversifikasi portofolio dan potensi perlindungan terhadap tekanan ekonomi sistemik. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait