Indonesia Blockchain Hub Dibentuk di Jakarta

Teknologi blockhain dengan berbagai aplikasinya pada industri terus berkembang termasuk di Indonesia. Untuk mengembangkan teknologi yang terbilang masih baru ini, Asosiasi Blockhain Indonesia (ABI), Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan HARA telah membentuk Indonesia Blockchain Hub di Graha Tirtadi Ground Floor, Jl Senopati No.75 Kebayoran Baru, Jakarta pada medio Agustus lalu.

Indonesia Blockchain Hub dibuat sebagai pintu gerbang menuju ekosistem blockchain Indonesia yang terbuka untuk semua proyek global dan Indonesia. Misi Indonesia Blockchain Hub adalah untuk mengumpulkan para pegiat blockchain di Indonesia, mendorong inovasi dan memberikan pendidikan kepada semua pemangku kepentingan di Indonesia ekosistem blockchain .

Regi Wahyu, Pendiri dan CEO HARA, mengatakan ada tiga fungsi dari Indonesia Blockchain Hub. Pertama, ini adalah sebuah fasilitas untuk melakukan meet up para pelaku blockchain. Di sini mereka bisa saling membagi pengalaman mereka mengenai perkembangan blockchain. Fungsi kedua, lanjutnya, adalah menjadi tempat lokakarya.

“Karena di dalam ekosistem blockchain, ada institusi-institusi yang berkecimpung dalam bidang edukasi, memberikan pelatihan seperti mengenai smart contract dan lain-lain,” ujarnya.

Regi berharap agar kelak Indonesia memiliki institusi yang bisa memberikan sertifikasi terkait blockchain. Sebab bakat di bidang blockchain secara global itu masih sangat kurang dan paling banyak dicari. Apalagi di Indonesia. Saya yakin Indonesia sendiri mampu berkembang baik dan besar,” ujarnya.

Fungsi ketiga, Indonesia Blockchain Hub juga sebagai co-working space. Jadi, kalau ada teman-teman yang mempunyai ide mengenai proyek blockchain baru, Regi dan teman akan menyediakan tempat untuk mereka untuk fokus bekerja mengembangkan proyek itu.

Yos Ginting, penasihat ABI, organisasinya kian mendorong masyarakat Indonesia untuk terus mempelajari blockchain.

“Membicarakan blockchain itu tidak salah dan tidak perlu ragu atau khawatir. Sebab saat ini ada pemahaman yang keliru di masyarakat bahwa blockchain adalah hanya crypotcurrency, cryptocurrency hanya bitcoin, dan bitcoin dipakai untuk transaksi ilegal. Oleh karena itu kami sangat mendukung dibukanya Indonesia Blockchain Hub ini sebagai salah satu inisiatif agar masyarakat luas memiliki suatu tempat di mana informasi terkait blockhain bisa didapatkan secara mudah dan lengkap,” ujar pria yang juga pengurus Kadin ini.”

Teknologi blockchain dikembangkan pada tahun 2008 oleh nama samaran Satoshi Nakamoto dalam whitepaper yang bertajuk “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System”. Kini blockchain terus berkembang untuk menemukan solusi-solusi baru. Dalam situasi ini, Indonesia berpotensi untuk tumbuh setara dengan negara lain, termasuk negara maju yang sedang giatnya mengembangkan bisnis melalui teknologi ini. Teknologi blockhain dapat meningkatkan daya saing bisnis dan memperkuat peringkat Indonesia sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk ke dalam 20 negara besar yang memiliki Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tertinggi di dunia.

Ekonom Universitas Indonesia Chatib Basri yang hadir sebagai pembicara dalam peluncuran Indonesia Blockchain Hub ini mengatakan, blockchain bisa mengatasi masalah akut dalam ekonomi, yaitu asimetri informasi.

“Sebagai ekonom, saya menghadapi masalah yang dari dulu tidak terselesaikan dengan baik, yaitu di dalam banyak hal informasi itu tidak pernah sempurna. Blockchain menurut saya bisa menyelesaikan asimetri informasi dalam ekonomi, karena teknologi ini bersifat desentralisasi dan transparan. Semua orang bisa mendapatkan informasi yang sama. Kelak dengan teknologi blockchain, monopoli yang merupakan isu terbesar dalam ilmu ekonomi akan hilang,” papar mantan Menteri Keuangan Indonesia ini.

Vice Chairman Bekraf, Ricky Pesik mengatakan dengan menerapkan teknologi blockchain pada bisnis, Indonesia dapat lebih kompetitif. Menurutnya, teknologi ini dapat diterapkan dalam berbagai sektor, salah satunya dalam ekonomi kreatif. Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) di bidang ekonomi kreatif dipercaya juga dapat mengadopsi teknologi blockchain yang penerapannya relatif terjangkau untuk mencapai bisnis yang lebih optimal. [ptr]

Terkini

Warta Korporat

Terkait