Investasi Bitcoin Saat Resesi? Coba Pikir Lagi!

Investasi Bitcoin (BTC) saat resesi nanti mungkin bukanlah keputusan tepat, Anda perlu memperhatikan perubahan kebijakan suku bunga, termasuk melakukan diversifikasi.

OLEH: Muhammad Syafi’i Nurullah
Pengamat Aset Kripto

Desas-desus ancaman resesi semakin ramai diperbincangkan belakangan ini, para pengamat, pejabat pemerintahan, hingga lembaga-lembaga keuangan dunia memproyeksikan 2023 akan menjadi tahun yang gelap untuk perekonomian global. Akibat ketidakpastian yang terjadi, ditambah dengan kian panasnya konflik Rusia-Ukraina semakin memperburuk kondisi perekonomian global yang masih mencoba pulih setelah dihajar pandemi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers bulan lalu (26/9/2022) memperkirakan perekonomian global akan mengalami resesi pada 2023, hal ini terutama disebabkan karena tingginya kenaikan suku bunga acuan bank sentral di banyak negara, khususnya di AS.

“Kenaikan suku bunga cukup ekstrem bersama-sama, maka dunia pasti resesi pada 2023,” ungkap Sri Mulyani, dalam konferensi pers dikutip dari CNN Indonesia.

Kekhawatiran serupa juga ditunjukkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), mereka menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023 dari yang awalnya berada di angka 2,9 persen menjadi 2,7 persen.

Lebih lanjut lagi, dalam waktu dekat, ekonomi global juga masih dibayangi oleh aksi lanjutan The Fed dalam mengatasi resesi di negaranya. Diproyeksikan, hasil rapat FOMC pada 2 November 2022 akan menghasilkan kenaikan suku bunga acuan baru berkisar antara 25-75 basis points (bps).

Sebagian Besar Aset Tradisional Tumbang Selama Kuartal Ketiga 2022

Merespons kondisi perekonomian global yang masih belum pasti, berbagai aset tercatat tumbang selama kuartal tiga kemarin. Mengacu pada laporan dari perusahaan manajemen investasi asal Amerika NYDIG menunjukkan sejumlah kelas aset tradisional meliputi komoditas, obligasi, real estate, hingga saham-saham di Amerika Serikat dan Eropa mengalami penurunan, angkanya berkisar 0,6 persen hingga 12,9 persen.

investasi bitcoin saat resesi

Penurunan terparah terjadi pada aset real estate investment trusts (REIT), selama kuartal tiga kemarin aset ini mengalami penurunan sebesar 12,9 persen, sedangkan aset yang mengalami kenaikan adalah logam mulia, mata uang, dan secara mengejutkan, Bitcoin.

Bergerak melawan arus pertumbuhan sebagian besar kelas aset tradisional, Bitcoin tercatat naik tipis sebesar 3,1 persen, meskipun pada kuartal sebelumnya aset yang digadang-gadang sebagai aset safe haven ini justru terkoreksi parah hinga 58,6 persen.

Sejumlah kebijakan bank sentral dan pemerintah AS berpengaruh besar pada pergerakan harga Bitcoin selama kuartal tiga kemarin, mulai dari kenaikan suku bunga The Fed, tuntutan SEC kepada mantan manajer Coinbase atas tuduhan insider trading, sanksi Kemenkeu AS terhadap platform Tornado Cash, rilis laporan dampak lingkungan dari penambangan aset kripto oleh Gedung Putih, dan masih banyak lagi lainnya.

Berkaca pada Kinerja Bitcoin Selama Pandemi COVID-19

Sebelum memutuskan untuk memilih Bitcoin sebagai aset investasi dalam menghadapi resesi, investor perlu mengkaji performa aset ini pada krisis sebelumnya, yaitu pandemi COVID-19. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap sejumlah aset kripto terutama Bitcoin. 

Hasilnya, penelitian mengungkapkan bahwa masih terjadi pertumbuhan harga yang positif pada Bitcoin, Ethereum (ETH), Litecoin (LTC), dan Bitcoin Cash (BCH), masing-masing tumbuh antara 2,71–3,27 persen, 1,43–1,75 persen, 3,20–3,84 persen, dan 1,34–1,62 persen.

Namun, penelitian lain juga mengungkapkan bahwa aset kripto  mengalami votalitas yang lebih tinggi selama pandemi dibandingkan sejumlah pasar saham internasional yang diteliti.

Hasil penelitian yang ada menunjukkan bagaimana risiko investasi aset kripto yang harus dihadapi selama krisis ekonomi, perlu diingat bahwa harga Bitcoin sudah turun lebih dari 70 persen sejak menyentuh harga tertingginya pada November tahun lalu. Kondisi ini bukan tidak mungkin masih akan terus berlanjut, serta semakin meningkat kemungkinannya pada saat resesi global 2023 nanti.

Aset Investasi Terbaik untuk Menghadapi Resesi 

Bukan keuntungan tinggi, dalam kondisi resesi investor dituntut untuk cerdas dalam melindungi aset yang dimiliki agar tidak ikut runtuh dengan kondisi ekonomi yang ada.

Aset kripto memang memiliki efek rebound yang cukup tinggi dibandingkan kelas aset lainnya. Namun, tanpa diversifikasi aset dan pemilihan momentum yang baik, keputusan untuk berinvestasi Bitcoin selama resesi hanya akan meningkatkan risiko penjualan seluruh aset investasi di tengah gelombang resesi yang terjadi.

Oleh karena itu, dibutuhkan diversifikasi aset untuk menurunkan risiko tersebut. Selain Bitcoin, investor bisa memilih aset-aset lain yang terbukti menguntungkan di saat krisis seperti logam mulia, obligasi, dan beberapa saham perusahaan dengan kondisi fundamental yang mumpuni.

Investor juga diharapkan bisa lebih selektif dan tidak terburu-buru dalam menyiapkan aset investasi untuk menghadapi resesi, sejumlah gelombang pergerakan pasar masih akan terus terjadi hingga akhir tahun, sehingga menyebabkan harga sejumlah aset dapat naik-turun secara drastis. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait