Jika Bitcoin Membunuh Bank Sentral [BAGIAN PERTAMA]

Melirik kembali krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2018, bank sentral dan para pembuat kebijakannya jelas memiliki peran kunci di peristiwa tersebut.

Setahun setelah krisis, Bitcoin (BTC) telah hadir melalui tangan seorang Satoshi Nakamoto untuk menanggapi krisis tersebut, yang telah menciptakan pengalaman pahit bagi jutaan orang di dunia.

Berlawanan dengan sistem perbankan tradisional, Bitcoin membawa inovasi baru berupa transaksiĀ peer-to-peerĀ (P2P) dalam sistem yang tidak terpusat, atau terdesentralisasi.

Sudah sejak lama, nasib perekonomian global bergantung pada bank sentral. Dan inilah apa yang tampaknya sedang coba dilawan oleh Bitcoin.

Bank Sentral dan Posisinya di Perekonomian Global

Sebelum kita membahas potensi Bitcoin untuk “membunuh” bank sentral di masa depan, kita perlu memahami terlebih dahulu peran dan posisi bank sentral itu sendiri di perekonomian global.

Para pembuat kebijakan di tiap bank sentral memiliki peran tersendiri dalam menopang sistem keuangan global demi mencapai apa yang disebut kestabilan.

Untuk mewujudkan tujuan mereka, bank sentral memiliki berbagai macam cara yang disebut dengan kebijakan moneter. Itu termasuk memanipulasi jumlah uang yang beredar dan juga suku bunga.

Pada intinya, apa yang disebut pertumbuhan ekonomi adalah pada saat mereka menggelontokan lebih banyak uang ke perekonomian. Ini akan mendorong banyaknya pengeluaran (konsumsi) dari masyarakat.

Dan di saat terjadi hal yang sebaliknya, termasuk menyusutnya pengeluaran dari masyarakat, maka itu akan disebut dengan resesi.

Suku bunga pun dimainkan untuk upaya-upaya pembatasan pada kegiatan terkait investasi, impor dan ekspor.

Saat suku bunga dinaikan, itu adalah bentuk proteksi dari masuknya dana asing untuk ‘menguasai’ sektor properti. Di saat suku bunga diturunkan, ini diharapkan mampu mendorong masuknya investasi baru.

Bagaimana bank sentral mengambil kebijakan akan menjadi “pijakan tipis” bagi perekonomian seseorang, karena ini benar-benar terpusat dan sepenuhnya dikendalikan.

Meski banyak orang menyadari hal tersebut, kepercayaan pun di sisi lain telah dibangun oleh bank sentral melalui adanya dukungan otoritas tepercaya.

Puluhan tahun berlalu, sistem bank sentral telah menjadi suatu hal yang biasa saja bagi masyarakat sehingga kepercayaan pun secara naluri terbangun dan tumbuh dari situ.

Mata uang yang dikeluarkan oleh bank sentral pun ada dalam dukungan otoritas dan memiliki nilai yang diakui secara global.

Untuk menjaga kestabilan perekonomian, tiap mata uang yang dikeluarkan bank sentral pun memiliki nilai tukarnya masing-masing agar tidak menimbulkan kekacauan.

Kemampuan Bitcoin yang “Mengganggu”

Mengingat kemampuannya dalam hal transaksi P2P dan tanpa pusat (terdesentralisasi), Bitcoin telah hadir sebagai sosok yang mampu “menggoyahkan” peran bank sentral yang telah “menguasai” perputaran uang dan perekonomian dunia.

Kuat secara ekonomi dan teknologi, Bitcoin mampu memangkas biaya transaksi pengiriman uang, terutama antar negara, yang telah membuat bank sentral terlihat “tamak.”

Dengan teknologi dibelakangnya, yaitu blockchain, Bitcoin mampu memberikan transparansi nyata dari perputaran asetnya, BTC, sehingga semua dapat melihat dan memantau.

Dari dua hal ini saja, Bitcoin mulai terlihat menarik, sekaligus mengerikan, bagi bank sentral yang masih duduk asyik disinggasananya.

Lalu, apa lagi yang dapat memungkinkan Bitcoin untuk mampu menggeser bank sentral? Tunggu kami di BAGIAN KEDUA.. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait