Kasus Ripple Labs, Bos Galaxy Digital Berani Bilang SEC Keliru

Akhir pekan kemarin (21/7/2023), Pendiri dan CEO Galaxy Digital Michael Novogratz telah berbagi wawasan ahli tentang berbagai topik, termasuk tren pasar saat ini, dampak kecerdasan buatan (AI) dan masa depan Bitcoin.

Salah satu sorotan dari diskusi tersebut adalah pandangannya tentang kasus Ripple Labs dan lanskap regulasi yang mengitari aset kripto.

Kasus Ripple Labs telah menjadi perbincangan penting di komunitas kripto sejak gugatan SEC diluncurkan pada Desember 2020.

SEC menuduh bahwa Ripple Labs, bersama dengan eksekutifnya, Bradley Garlinghouse dan Christian A. Larsen, secara tidak sah menawarkan dan menjual surat berharga, melanggar Undang-Undang Sekuritas tahun 1933.

Namun, pada tanggal 13 Juli 2023, Hakim Analisa Torres memberikan putusannya, menyatakan bahwa token XRP itu sendiri tidak memenuhi persyaratan kontrak investasi menurut Tes Howey.

Mengomentari Kasus Ripple LabsĀ 

Crypto Globe melaporkan bahwa, Novogratz memulai percakapan dengan membahas tren pasar saat ini, mencatat dampak besar kecerdasan buatan (AI) terhadap momentum pasar.

Adopsi cepat saham-saham dengan komponen AI telah mendorong kinerja pasar secara keseluruhan.

Namun, ia memberi peringatan bahwa tren semacam itu seringkali bersifat sementara, berlangsung sekitar 12 hingga 18 bulan, dan mengingatkan tentang kemungkinan gelembung pasar yang dihasilkan oleh AI.

CEO Galaxy Digital juga membahas tentang kondisi ekonomi, dengan menekankan bagaimana pandemi COVID-19 menyebabkan respon fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Penerapan universal basic income (UBI) secara luas dan normalisasi defisit anggaran sebesar 5 persen telah menciptakan lingkungan ekonomi yang sulit diprediksi oleh model ekonomi tradisional.

Novogratz berspekulasi bahwa ekonomi kemungkinan akan melambat seiring berkurangnya efek dari langkah-langkah fiskal ini, namun waktu tepatnya tetap tidak pasti karena kinerja ekonomi yang kuat saat ini.

Terkait dengan Bitcoin, Novogratz menyoroti perannya yang unik sebagai lindung nilai terhadap potensi dampak dari ketidakbertanggungjawaban fiskal.

Ia mengaitkan kenaikan nilai Bitcoin dengan normalisasi defisit anggaran 5 persen, menyatakan bahwa seseorang pada akhirnya harus membayar pengeluaran pemerintah, dan aset-aset seperti Bitcoin, emas dan perak berfungsi sebagai perlindungan.

Ia menyatakan optimisme mengenai masa depan Bitcoin, terutama dengan prospek Bitcoin ETF yang akan segera hadir, sehingga ia merasa lebih yakin untuk mengambil posisi jangka panjang terhadap aset kripto tersebut.

Namun, lanskap regulasi yang mengitari aset kripto tetap menjadi isu yang kontroversial.

Novogratz menyoroti kurangnya kejelasan dalam peraturan-peraturan tersebut dan menunjukkan kasus gugatan Ripple sebagai contoh ambigu yang masih menghantui industri ini.

“Aturannya sama sekali tidak jelas. Hakim pada dasarnya mengatakan kepada SEC bahwa Anda salah,” ujar Novogratz.

Ia juga menekankan perlunya panduan yang lebih jelas dari pihak regulator, mengakui adanya tuntutan yang semakin meningkat dari komunitas kripto untuk mendapatkan pedoman tersebut.

Novogratz juga membahas sikap anti-kripto yang diambil oleh beberapa pihak progresif, termasuk Senator Elizabeth Warren.

Ia mengakui adanya ketegangan antara Bitcoin dan bank sentral, karena potensi Bitcoin sebagai mata uang global dapat mengancam dominasi dolar AS.

Meskipun demikian, ia menganjurkan untuk melihat Bitcoin sebagai emas digital, terutama sebagai sarana penyimpan nilai, yang menurutnya adalah konsep yang kurang mengancam bagi bank sentral. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait