Ada Death Cross pada Harga BTC, Tanda Bakal Dihajar Beruang?

Baru-baru ini, harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan yang cukup signifikan, turun lebih dari 8 persen dalam 30 hari terakhir. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan meredanya antusiasme terhadap peluncuran ETF Bitcoin spot di AS, menunjukkan adanya korelasi antara sentimen pasar dan fluktuasi harga BTC.

Pola Death Cross pada Harga BTC  

Berdasarkan laporan Crypto Globe, seorang analis popular, Ali Martinez, telah mengungkapkan sebuah pola yang mengkhawatirkan pada grafik 12 jam Bitcoin, yang dikenal sebagai death cross.

Pola ini terjadi ketika indikator MA jangka pendek jatuh di bawah MA jangka panjang, dalam hal ini, MA 50 telah turun di bawah MA 100. Secara umum, death cross dilihat sebagai indikator dari potensi penurunan harga.

Meskipun namanya yang menakutkan, data historis dari sumber seperti Investopedia menunjukkan bahwa death cross mungkin tidak selalu menandakan bencana bagi Bitcoin. Faktanya, pola ini cenderung diikuti oleh rebound jangka pendek yang dapat menghasilkan pengembalian di atas rata-rata.

Martinez juga menyoroti candlestick merah 9 dari TD Sequential, menunjukkan sinyal jual yang kuat, yang dapat mempengaruhi aksi pasar jika harga BTC turun di bawah support kritis US$63.300.

Optimisme Jangka Panjang

Secara kontras, masih ada optimisme kuat mengenai nilai jangka panjang Bitcoin. Banyak analis percaya bahwa meskipun tren bearish saat ini, Bitcoin diposisikan untuk peningkatan harga yang signifikan.

Dualitas opini ini menggambarkan sifat spekulatif yang sangat tinggi dari investasi kripto, di mana sentimen pasar dapat berubah dengan cepat, seringkali sebagai respons terhadap faktor ekonomi global, berita regulasi, atau perkembangan teknologi.

alam penilaian yang lebih optimis, indikator lain menunjukkan bahwa Bitcoin mungkin telah memasuki fase bullish. Penilaian ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga BTC hampir melebihi indikator SMA 200 harinya, metrik kunci untuk mengidentifikasi tren pasar jangka panjang. Gerakan semacam ini biasanya diinterpretasikan sebagai tanda momentum bullish yang kuat.

Pola historis mendukung pandangan optimis ini. Misalnya, setelah SMA 200 hari melampaui puncak sebelumnya pada awal November 2020, yang terjadi enam bulan setelah halving Bitcoin yang ketiga, harga BTC melonjak secara spektakuler.

Menjelang pertengahan April 2021, nilainya telah naik berkali-kali lipat, menyoroti dinamika pasar siklik aset digital ini.

Tren serupa diamati setelah pemotongan kedua pada Desember 2016, di mana Bitcoin melejit hingga 2.000 persen dalam tahun berikutnya. Siklus kenaikan dramatis pasca-halving ini layak diperhatikan dan menjadi pola yang diawasi oleh investor yang cerdik.

Prediksi Tertinggi Baru 

Menambahkan ke dalam pandangan bullish, seorang analis terkenal di ruang kripto, yang sebelumnya telah menentukan titik terendah pasar selama pasar bear 2018, baru-baru ini memprediksi bahwa Bitcoin kemungkinan akan mencapai rekor tertinggi baru segera.

Menurut analisisnya, Bitcoin bisa naik hingga sekitar US$120.000 dalam siklus ini, mengikuti gelombang yang ia identifikasi sebagai fase kelima dari tren yang lebih besar.

Namun, tidak semua pengamat pasar yakin dengan skenario optimis ini. Laporan terbaru dari Fidelity Digital Assets berpendapat bahwa Bitcoin tidak lagi dihargai murah tetapi malah diperdagangkan pada apa yang mereka anggap sebagai fair value-nya.

Penilaian ini menunjukkan pandangan yang lebih konservatif tentang potensi harga Bitcoin dalam jangka pendek, yang sangat berbeda dengan prediksi bullish. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait