Kisah Derita Investor Akibat Skema Ponzi Rp54 Triliun Onecoin

Pada tahun 2014, Ruja Ignatova, Sebastian Greenwood dan Konstantin Ignatov meluncurkan proyek Onecoin yang dikabarkan mengeruk US$4 miliar (Rp54 triliun) secara ilegal dari investor.

Ignatova beserta kelompoknya mengklaim Onecoin adalah “kripto asli”, tetapi beragam laporan menyatakan tidak ada blockchain di balik Onecoin dan proyek itu sekedar skema Ponzi.

Beberapa pekan lalu, Onecoin dilaporkan mulai runtuh saat para petingginya ditangkap dan situs-situs terkait Onecoin disita. Sejumlah situs sempat tetap operasional, tetapi sebagian besar sudah diblokir oleh penyedia hosting atau pihak berwenang.

Di beberapa kota di dunia, proyek terkait Onecoin mulai terbongkar dan mengungkap seberapa besar skema Ponzi tersebut bertumbuh. Muncul laporan yang menyatakan Onecoin besar di Australia dan Selandia Baru dan berhasil menarik investor dari berbagai kota.

Investor-investor tersebut mulai menerima kenyataan mereka tertipu dan kehilangan uang. Seorang investor dari kota Cairns, Queensland, Australia, berkata kepada Cairns Post ia kini menyadari informasi yang diberikan kepadanya tentang Onecoin tidak benar.

Gereja Diduga Terlibat
Selain Cairns di Australia, skema Ponzi Onecoin juga menyebar di kota Auckland, New Zealand, terutama di Gereja Samoan. Pihak berwenang saat ini sedang menyelidiki Samoa Worship Centre terkait hubungannya dengan Onecoin. Dikabarkan, petinggi Onecoin menjual produk Onecoin senilai puluhan ribu dolar kepada anggota gereja tersebut.

Sejumlah laporan mengungkap Gereja Samoan Independent Seventh Day Adventist (SISDAC) dan pusat ibadah terkait digunakan untuk menjual paket Onecoin. Menurut pastor Avele Tanielu, gereja dan organisasinya tidak ada hubungan apa-apa dengan operasi Onecoin. SISDAC sedang membantu pihak berwenang, dan menyatakan gereja mereka tidak melanggar hukum pencucian uang apapun.

Seorang mantan pengacara AS, Mark Scott, diduga juga terlibat di Onecoin. Saat ini ia sedang mempersiapkan pembelaan menghadapi dugaan pencucian uang hasil Onecoin senilai US$400 juta.

Scott saat ini sedang menjalani tahanan rumah, sementara pengacaranya menyiapkan persidangan. Kendati mengklaim butuh waktu untuk perawatan masalah kesehatan, Scott dikabarkan terlihat sedang foya-foya di Florida, Amerika Serikat.

Kendati kejatuhan Onecoin masih terus memakan korban, tampaknya operasional skema Ponzi tersebut sudah berhenti. Sang “Ratu Kripto” Ruja Ignatova masih belum ditemukan dalam satu tahun terakhir, sedangkan mitranya, Sebastian Greenwood dan Konstantin Ignatov sudah diseret ke pengadilan.

Di Amerika, Hakim Valerie Caproni memberikan izin kepada korban yang menuntut Onecoin untuk menjangkau Ignatova melalui cara alternatif. Para korban sebelumnya berusaha mengkontak sang Ratu Kripto melalui alamat email, tetapi kini mereka berhak menggunakan cara lain.

Hal ini berarti para penuntut bisa mengirimkan surat ke markas Onecoin di Dubai, mengirim pesan melalui media sosial dan cara-cara alternatif. Hakim Caproni menegaskan para penuntut harus memberitahu pengadilan apakah pesan tersebut berhasil disampaikan atau tidak. [news.bitcoin.com/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait