Konglomerat Ini Ternyata Masih Dukung Bitcoin, Ini Alasannya

Dalam wawancara dengan CNBC Squawk Box, konglomerat Paul Tudor Jones menegaskan bahwa dirinya dukung Bitcoin (BTC). Pada tahun 2020, Jones memberikan pandangan bullish bagi BTC sebagai alat perlindungan terhadap inflasi.

Jones mengomentari kondisi makroekonomi saat ini beserta inflasi tinggi yang mengakibatkan hambatan finansial bagi seluruh dunia. Federal Reserve AS berusaha mencegah inflasi dengan meningkatkan suku bunga.

Jones berkata, setelah inflasi terjadi, sulit untuk menjinakkannya. BTC, Ethereum (ETH) dan aset kripto akan terus bersinar di kondisi ekonomi global yang menghadapi potensi resesi.

Tetap Dukung Bitcoin (BTC)

Selama setahun terakhir, saham dan kelas aset beresiko menerima aliran modal dari investor. Hal tersebut menyebabkan aset finansial melesat seiring investor menanamkan modal di saham, BTC dan aset lainnya.

Tetapi The Fed berusaha memerangi inflasi dan mengakibatkan aset tertekan sebagai hasil suku bunga tinggi. Dalam kondisi suku bunga tinggi, investor lebih menyimpan uang tunai dan menghindari membeli aset beresiko.

“Pasar telah berubah sehingga investor harus melupakan apa yang sudah dipelajari selama 12 tahun terakhir. Bila suku bunga 4,3 persen atau lebih, akan terjadi penanaman modal yang lebih sedikit,” jelas Jones, dikutip dari Bitcoinist.

Investor ternama tersebut berbicara soal kebijakan The Fed yang mulai tidak terkendali. The Fed berusaha memulihkan ekonomi, tetapi Jones berpandangan bank sentral tersebut bergerak terlampau cepat.

Inflasi yang tinggi disertai dengan kebijakan The Fed yang bergerak terlalu cepat dapat menjadi sinyal positif bagi BTC dan kripto.

Jones berkata, The Fed dan bank sentral lain akan mengakhiri eksperimen kebijakan moneter dalam tahun-tahun mendatang sehingga mendatangkan periode likuiditas rendah. Bank sentral akan berusaha memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang.

Menurut Jones, BTC akan menuai untung dari kedua situasi tersebut, baik di masa penambahan uang maupun ketika suplai uang diperketat.

“Saya selalu memiliki simpanan BTC walau kecil. Siapapun yang menjadi presiden di tahun 2024 harus berhadapan dengan dinamika hutang yang darurat,” kata Jones.

Ia menambahkan, ketika suplai uang terlalu tinggi, aset kripto seperti BTC dan ETH akan memiliki nilai.

Selama kuartal terakhir, imbal hasil obligasi AS meningkat dari 2,88 persen menjadi 3,89 persen. Dalam kurun waktu sama, BTC menurun 2 persen sedangkan ETH meroket 90 persen. Pelemahan aset kripto menyebabkan banyak investor memilih membeli obligasi dibanding BTC dan ETH. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait