Kripto Gram Buatan Telegram Dikhawatirkan Digunakan oleh Organisasi Teroris

Organisasi teroris telah menggunakan media sosial dan mata uang kripto untuk mengumpulkan uang selama beberapa tahun. Rencana peluncuran kripto Gram oleh Telegram yang akan datang pun mengusik sejumlah pihak, khususnya soal potensi digunakannya Gram untuk pendanaan organisasi teroris.

Sebuah laporan dari Lembaga Penelitian Media Timur Tengah (MEMRI) yang bermarkas di Washington telah menemukan bahwa organisasi teroris seperti ISIS, Al-Qaeda dan Hamas menggunakan platform Telegram dan media sosial untuk mendapatkan mata uang kripto, sebut laporan Yahudi News Syndicate.

Salah satu temuan paling mengkhawatirkan dari laporan itu adalah bahwa distribusi kripto Gram Telegram yang akan datang dan peluncuran jaringan blockchain-nya, TON, kemungkinan akan membuat situasi semakin buruk.

“Banyak contoh organisasi teroris yang menggunakan Telegram untuk menyebarkan cara-cara penggalangan dana yang meminta sumbangan dalam mata uang kripto seperti Bitcoin,” sebut laporan itu, seperti yang dilansir oleh TheNextWeb.

Menurut laporan itu, staf MEMRI telah memberi pengarahan kepada lembaga-lembaga pemerintah Barat tentang temuan tersebut. Mereka juga telah berusaha meminta dukungan dari CEO Telegram Pavel Durov untuk mengambil tindakan terhadap teroris yang menggunakan aplikasi perpesanan (messaging app).

Telegram berencana untuk mulai mendistribusikan tahap pertama kripto Gram-nya dan memastikan 200 juta wallet tersedia di seluruh dunia dalam beberapa bulan ke depan.

Semua pihak, termasuk MEMRI memang berhak khawatir tentang kemungkinan teroris di Telegram menggunakan kripto Gram itu. Tetapi masih harus dilihat terlebih dahulu apakah memang akan berdampak pada bagaimana kelompok-kelompok ini mendanai diri mereka sendiri.

Sebuah laporan dari Europol tahun lalu mengklaim bahwa penjahat siber, termasuk organisasi teroris masih menyukai Bitcoin dibandingkan mata uang kripto lainnya.[TNW/red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait