Malaysia-Tiongkok Perkuat Misi Buang Dolar AS

Aroma dedolarisasi kian tercium di wilayah Asia saat Malaysia meminta Tiongkok membantu perkuat misi mereka untuk buang dolar AS.

Sebelumnya, dunia telah dihebohkan dengan langkah aliansi BRICS, yang berniat meluncurkan mata uang baru sebagai pengganti dolar AS untuk transaksi perdagangan internasional mereka.

BRICS, akronim dari  5 negara berkembang terbesar yaitu Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan, mengambil langkah tersebut guna mengurangi dominasi dolar AS di pasar global.

Malaysia Ingin Buang Dolar AS 

Berdasarkan laporan Cointelegraph, Malaysia menjadi salah satu negara yang tertarik dengan ide BRICS, mempertimbangkan untuk turut buang dolar AS.

Malaysia dan Tiongkok telah melanjutkan diskusi terkait pembentukan Dana Moneter Asia, untuk mengurangi dominasi mata uang AS di Negeri Jiran, yang diumumkan pada hari Selasa kemarin (4/4/2023) oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

Ibrahim menjelaskan bahwa, Presiden Tiongkok Xi Jinping telah menyambut baik diskusi tersebut, guna membantu Malaysia, Tiongkok dan beberapa negara di sekitarnya, untuk membangun jarak dengan dolar AS dan IMF (Dana Moneter Internasional).

Diketahui, Malaysia bukanlah satu-satunya negara di Asia yang melirik dedolarisasi, berniat untuk melakukan perdagangan internasional menggunakan mata uangnya sendiri.

“Sekarang dengan kekuatan ekonomi di Tiongkok, Jepang dan lainnya, saya pikir kita harus membahas ini, pertimbangkan Dana Moneter Asia, dan kedua, penggunaan mata uang kita masing-masing [untuk transaksi global],” ujar Ibrahim.

Pada akhir Maret (31/3/2023), Tiongkok dan Brasil telah menyetujui penggunaan mata uang nasional mereka untuk transaksi global, buang dolar AS seutuhnya dari prosesnya.

Bahkan pada bulan Oktober tahun lalu, peneliti Pemerintah Tiongkok telah mengusulkan mata uang digital yang nilainya dipatok dengan sekeranjang mata uang negara Asia.

Di sisi lain, Kolumnis di South China Morning Post Alex Lo melihat bahwa, saat ini ada lebih banyak negara yang ingin buang dolar AS.

Menurut Lo, alasannya bukan sekadar faktor ekonomi, tetapi untuk melepaskan diri dari cengkraman gangsterisme dari kebijakan luar negeri AS.

“Kebijakan itu telah mempersenjatai dominasi global dolar AS dengan pengabaian yang kian meningkat dalam dua dekade terakhir,” tambahnya.

Meski belum jelas dampak apa yang akan terjadi pada aset kripto dari dedolarisasi, tetapi itu tentu akan berdampak besar pada stablecoin yang nilainya dipatok pada fiat seperti dolar AS. Mari kita saksikan. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait