Tiongkok mendominasi tingkat hash rate pertambangan Bitcoin secara global hingga dua per tiga. Lebih dari separuhnya berasal dari satu provinsi, yakni Sichuan. Menurut penelitian CoinShares, angka itu meningkat 60 persen pada Juni 2019. Bagi mereka menambang Bitcoin masih menjanjikan, tapi bagaimana cara menghitung keuntungannya?
Sudah lama
Sejak tahun 2017, sudah menjadi rahasia umum, bahwa provinsi Sichuan yang berada di sebelah Barat Laut Tiongkok itu adalah ibukotanya pertambangan Bitcoin dunia. Harap maklum, tarif listrik di sana sangat murah, tidak dilarang oleh pemerintah dan pabrik alat pertambangan Bitcoin, seperti Bitmain dan Canaan memang bermarkas di Tiongkok.
Tetapi, hasil penelitian terbaru itu kian menegaskan Tiongkok secara umum, sebagai negara yang benar-benar mendukung perkembangan Bitcoin, khususnya dari segi pertambangannya. Aspek ini sangat penting sebagai pusat produksinya.
Pun lagi, tidak ada peraturan ketat soal siapa yang berhak menambang di Sichuan, asalkan punya izin dan tentu saja membayar biaya listriknya kepada negara.
Profil pertambangan Bitcoin di provinsi lain di Tiongkok, di dekat perbatasan dengan Mongolia.
Pengeluaran terbesar dari pertambangan Bitcoin adalah listrik, karena perangkat keras pertambangan memang haus energi agar bisa memproduksi Bitcoin.
Di Sichuan biaya listrik sangat murah dibandingkan di negara lain, karena memanfaatkan tenaga air (hydropower). Maklumlah, Sichuan memang berada di 4 jalur sungai yang bermuara ke Sungai Kuning di wilayah bertebing.
Pada masa-masa pasang naik sungai, biaya listrik bisa mencapai 0,08 yuan (Rp158) per kilowat jam. Sedangkan energi listrik bertenaga panas bumi hanya 0,28 yuan (Rp555) per kilowat jam.
Biaya listrik semurah itu tentu saja tak Anda temukan di Indonesia. Jadi, jikalau Anda nekat menambang Bitcoin di Indonesia, bersiap-siaplah jadi “gelandangan elit”.
Jika kita mengacu pada data tersebut, bahwa Tiongkok menguasai hash rate pertambangan Bitcoin sebanyak dua pertiga, maka Tiongkok berkontribusi hingga 56 juta terahash per detik dari sekitar 84 juta terahash per detik saat ini. Maka, Sichuan punya sumbangsih sekitar 28 juta terahash per detik.
Dan secara historis hingga detik ini, hash rate Bitcoin tak berkurang. Ini mencerminkan kepercayaan industri pertambangan Bitcoin ini di masa depan, sekaligus secara tak langsung Bitcoin mungkin masih diminati oleh banyak orang.
Hitung untung
Sebagai perhitungan kasar, anggaplah Anda menambang Bitcoin di Sichuan menggunakan satu unit alat pertambangan Bitcoin merek Bitmain, yakni Antminer S17+. Dengan kekuatan menambang hingga 73 tera hash per detik dan biaya listrik 0,08 yuan (US$0,011), ditambah biaya pool (1 persen), maka Anda bisa mendapatkan 0,001426 Bitcoin per hari dan 0,5203 Bitcoin per tahun dengan keuntungan bersih sekitar US$3.408,55. Itu pun mengacu pada harga Bitcoin saat ini, US$7.163. Patut dicatat harga alat itu adalah US$2.019 (Rp30 jutaan).
Ingat sekali lagi, bahwa itu adalah perhitungan kasar saja dan tidak dapat dijadikan acuan baku. Toh, bicara Bitcoin ini memang penuh ketidakpastian. Namun, hash rate Bitcoin yang semakin meningkat bisa dijadikan sebagai salah satu acuan dasarnya. [Red]