Mengapa Karya Seni Berbasis NFT Digandrungi?

2021 menjadi tahun dimana karya seni digital mengalami ledakan popularitas. Hal itu didukung teknologi NFT yang memungkinkan bukti kepemilikan benda di dunia virtual.

NFT memanfaatkan blockchain dan berdampak besar terhadap keuangan, seni, musik, properti intelektual serta barang-barang mewah. Berkat blockchain, semua transaksi karya seni dilacak setelah penjualan terjadi sehingga memudahkan pembayaran royalti.

Sebagai contoh, Robert Zumkeller, desainer grafis yang membuat ilustrasi digital, menerima royalti 10 persen atas setiap transaksi karya seninya. Hal itu tidak mungkin terjadi melalui karya seni berwujud fisik, jelas Zumkeller.

Di alam digital, karya seni berbentuk berkas data yang dapat memiliki banyak salinan. Berkat NFT, kepemilikan atas karya asli dapat dibuktikan kendati karya tersebut berbentuk digital.

Secara keseluruhan, pasar NFT melambung selama 12 bulan terakhir dengan peningkatan 700 persen dari kuartal kedua hingga kuartal ketiga menurut platform analisa Dappradar.

Gelembung ini mengkonfirmasi sifat spekulatif aplikasi blockchain dan kripto, dimana Bitcoin (BTC) meningkat 100 ribu kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir.

Claudio Tessone, profesor teknologi blockchain di Universitar Zurich, berkata keputusan desain pada teknologi NFT menyebabkan maraknya spekulasi, sebab itu NFT digandrungi.

“Penciptaan aset kian mahal sehingga mendorong peningkatan nilai mereka, mirip seperti minyak tanah yang naik ketika semakin sulit digali. Hal ini mengakibatkan insentif untuk berinvestasi di blockchain dan menjadi pola yang mendukung spekulasi,” jelas Tessone.

Konsumsi energi aplikasi blockchain menjadi topik yang diperbincangkan. Teknologi proof of stake menjadi harapan arsitektur baru bagi blockchain agar konsumsi listrik hampir tidak ada.

Kendati demikian, berkata arsitektur baru ini bisa menghasilkan problem baru. Blockchain proof of stake memberi imbalan bagi pengguna yang menaruh deposit sehingga mendorong spekulasi.

Tessone berpendapat saat ini sulit membayangkan blockchain tanpa spekulasi. Ia ingin komunitas kripto lebih memerhatikan ekonomi kripto dengan ekonomi yang berfungsi di masa depan.

Sebagian besar berita NFT menyoroti sisi spekulasi. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya percobaan untuk kegunaan ideal menurut Catherine Tucker, profesor MIT.

Satu permasalahan soal anonimitas pada teknologi blockchain adalah penipuan finansial. Sebagai contoh, seorang seniman dapat berkonspirasi dengan pembeli untuk mendorong harga karyanya.

Kendati demikian, Tucker berkata NFT tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Hal tersebut adalah gejala pengguna di lingkungan yang belum jelas dengan biaya transaksi tinggi.

“Pada akhirnya, teknologi hanyalah teknologi,” tandas Tucker. [futurity.org/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait